31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Gindo Meninggal di Kamar Mandi Tahanan Poldasu

Polisi Menduga Sakit Jantung, Keluarga Membantah

MEDAN-Tahanan sel penjara yang ada di lantai 1 gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Poldasu, Jumat (14/10) sekitar pukul 16.20 WIB, mendadak heboh. Pasalnya, mantan Kadis Bina Marga, Gindo Marganti Hasibuan, tergeletak kaku di kamar mandi yang berada di dalam sel tahanan.

Informasi yang didapat Sumut Pos di Poldasu, peristiwa itu diketahuinya setelah para tahanan merasa aneh melihat Gindo tidak keluar-keluar dari kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Para tahanan pun mencoba memanggil-manggil Gindo, tapi tak ada sahutan. Beberapa tahanan langsung memanggil petugas polisi yang berjaga untuk memberitahu. Oleh petugas polisi serta dibantu tahanan mendobrak pintu secara paksa. “Biasa jam segitu Bapak (Gindo, Red) ke kamar mandi mau ambil air wudhu. Salat Bapak tidak tinggal, Bapak tadi mau salat Ashar,” ujar seorang tahanan.

Begitu pintu berhasil dibuka, alangkah terkejutnya mereka melihat Gindo tergeletak dengan posisi telengkup Petugas polisi dan para tahanan lalu mengangkat tubuh Gindo ke luar dari kamar mandi dan membaringkannya di depan Ruang Tahanan.

Sedangkan petugas polisi yang sedang berjaga langsung berlari memanggil petugas tim medis di gedung Biddokkes Polda Sumut, sekitar 50 meter dari Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. Petugas tim medis yang datang berupaya memberikan pertolongan sementara dengan menekan-nekan dada Gindo sambil menyuruh rekannya untuk mengambil mobil ambulans di gedung Biddokkes Polda Sumut.

Gindo yang sudah tak bergerak dan diduga sudah meninggal langsung diangkat petugas Polisi ke ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan di Jalan KH Wahid Hasyim. Setibanya di rumah sakit, Gindo langsung dimasukan ke ruang UGD. Di dalam ruang UGD terlihat rekan-rekan istri Gindo yang berprofesi seorang dokter.

Tim medis mencoba memompa jantung Gindo, tapi tak ada reaksi. Seorang tim medis pun terlihat menyenter mata Gindo dan memeriksa nadi. Setelah diperiksa, tim medis rumah sakit milik Polri itu lalu menggelengkan kepala menyatakan kalau Gindo sudah tak bernyawa.

Mendengar keterangan pihak polisi dan tim medis, keluarga almarhum Gindo yang datang bersama rekan-rekan seprofesi Erliana Siregar SPD, (istri almarhum Gindo) langsung terkejut.

Melihat kematian Gindo yang mendadak, pihak keluarga meminta dilakukan otopsi ke RSU Pirngadi Medan. “Sebenarnya di sini (RS Bhayangkara Medan) bisa otopsi. Tapi pihak keluarga meminta supaya otopsi dilakukan di RS Pirngadi Medan. Maka akan kita bawa ke rumah Sakit Pirngadi Medan,” ujar Kasubdit III Tipikor Polda Sumut Verdi H Kalele, SH,Sik saat ditemui Sumut Pos di RS Bhayangkara.

Selain Verdi, Waka Polda Sumatera Utara Brigjen Sahala Allagan juga datang ke RS Bhayangkara dengan mengendarai mobil dinas. Sahala yang dikonfirmasi para wartawan menjelaskan, almarhum diduga meninggal karena sakit jantung. “Dari keterangan keluarga jantung almarhum 2 tahun lalu sudah operasi bay pass,” terang Sahala Allagan.
Atas permintaan keluarga, pukul 18.30 WIB, jasad almarhum dikeluarkan dari UGD dan dimasukan ke ambulans dan dibawa ke RS Pirngadi Medan.

Keterangan Sahala soal penyakit Gindo sangat berbeda dengan pengakuan pihak keluarga. Di kamar jenazah RSU Pirngadi Medan, Sumut Pos berhasil berbincang dengan adik korban, dr Indra. Dari keterangan dr Indra, Gindo memang memiliki penyakit jantung, namun itu sudah sangat lama. “Kami  enam bersaudara. Kenapa ya, padahal dia (almarhum) sehat-sehat saja saat dijenguk di sel. Kalau sakit jantung sudah tidak ada, saya rasa tidak mungkin. Tahun 1990 dia (almarhum) kena sakit jantung dan di bay pass. Tapi sudah 21 tahun lalu,” terang Dr Indra.

Selang beberapa menit,  terlihat beberapa petugas polisi di antaranya beberapa pejabat Polda Sumut masuk ke kamar jenazah, di antaranya AKBP Verdi H  Kalele membawa surat otopsi. “Ini baru diberikan surat otopsinya,” terang Verdi.

Bersamaan dengan itu sekira pukul 20.30 WIB  beberapa petugas dokter yang akan melakukan otopsi masuk ke ruang jenazah. Dr Surjit Singh SPF DFM, Kepala Instalasi Forensik RSU Pirngadi Medan mengatakan, kematian Gindo belum bisa disimpulkan penyebabnya. “Masih diperlukan hasil uji laboratorium kriminal Poldasu dan Patologi Forensik yang bisa diketahui 2-3 minggu nanti,” tambah Verdi.

Jenazah Gindo diboyong ke rumah duka sekira pukul 23.40 WIB, tadi malam. Dari rumah duka di Komplek Perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Jalan Ring Road Medan No 60, tampak tamu yang ingin melayat cukup ramai. Dari pantauan Sumut Pos di rumah mewah berlantai II tersebut dikunjungi kerabat dekat dan sanak famili.

Tampak silih berganti mobil mewah berbagai merek terpakir di depan rumah Gindo yang merupakan mobil pelayat. Di rumah duka pelayat hanya duduk di bangku plastik warna hijau dan tenda belum terpasang seperti rumah duka pada umumnya.

Sedangkan petugas keamanan (satpam) melakukan ekstra penjaga di pintu masuk komplek perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Medan. Bukan itu saja setiap tamu masuk di komplek ini ditanyai oleh petugas keamanan.

Seorang pelayat yang juga tetangga almarhum saat mengatakan, almarhun sehari-harinya termasuk orang ramah dan baik. “Beliau kalau lewat di depan rumah sering menyapa saya. Pak Gindo orangnya baik,” ungkap bapak tua yang mengenakan baju putih celana hitam serta peci yang tinggal hanya berjarak sekitar 20 meter dari kediaman almarhum. (mag-5/mag-7)

Polisi Menduga Sakit Jantung, Keluarga Membantah

MEDAN-Tahanan sel penjara yang ada di lantai 1 gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Poldasu, Jumat (14/10) sekitar pukul 16.20 WIB, mendadak heboh. Pasalnya, mantan Kadis Bina Marga, Gindo Marganti Hasibuan, tergeletak kaku di kamar mandi yang berada di dalam sel tahanan.

Informasi yang didapat Sumut Pos di Poldasu, peristiwa itu diketahuinya setelah para tahanan merasa aneh melihat Gindo tidak keluar-keluar dari kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Para tahanan pun mencoba memanggil-manggil Gindo, tapi tak ada sahutan. Beberapa tahanan langsung memanggil petugas polisi yang berjaga untuk memberitahu. Oleh petugas polisi serta dibantu tahanan mendobrak pintu secara paksa. “Biasa jam segitu Bapak (Gindo, Red) ke kamar mandi mau ambil air wudhu. Salat Bapak tidak tinggal, Bapak tadi mau salat Ashar,” ujar seorang tahanan.

Begitu pintu berhasil dibuka, alangkah terkejutnya mereka melihat Gindo tergeletak dengan posisi telengkup Petugas polisi dan para tahanan lalu mengangkat tubuh Gindo ke luar dari kamar mandi dan membaringkannya di depan Ruang Tahanan.

Sedangkan petugas polisi yang sedang berjaga langsung berlari memanggil petugas tim medis di gedung Biddokkes Polda Sumut, sekitar 50 meter dari Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. Petugas tim medis yang datang berupaya memberikan pertolongan sementara dengan menekan-nekan dada Gindo sambil menyuruh rekannya untuk mengambil mobil ambulans di gedung Biddokkes Polda Sumut.

Gindo yang sudah tak bergerak dan diduga sudah meninggal langsung diangkat petugas Polisi ke ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan di Jalan KH Wahid Hasyim. Setibanya di rumah sakit, Gindo langsung dimasukan ke ruang UGD. Di dalam ruang UGD terlihat rekan-rekan istri Gindo yang berprofesi seorang dokter.

Tim medis mencoba memompa jantung Gindo, tapi tak ada reaksi. Seorang tim medis pun terlihat menyenter mata Gindo dan memeriksa nadi. Setelah diperiksa, tim medis rumah sakit milik Polri itu lalu menggelengkan kepala menyatakan kalau Gindo sudah tak bernyawa.

Mendengar keterangan pihak polisi dan tim medis, keluarga almarhum Gindo yang datang bersama rekan-rekan seprofesi Erliana Siregar SPD, (istri almarhum Gindo) langsung terkejut.

Melihat kematian Gindo yang mendadak, pihak keluarga meminta dilakukan otopsi ke RSU Pirngadi Medan. “Sebenarnya di sini (RS Bhayangkara Medan) bisa otopsi. Tapi pihak keluarga meminta supaya otopsi dilakukan di RS Pirngadi Medan. Maka akan kita bawa ke rumah Sakit Pirngadi Medan,” ujar Kasubdit III Tipikor Polda Sumut Verdi H Kalele, SH,Sik saat ditemui Sumut Pos di RS Bhayangkara.

Selain Verdi, Waka Polda Sumatera Utara Brigjen Sahala Allagan juga datang ke RS Bhayangkara dengan mengendarai mobil dinas. Sahala yang dikonfirmasi para wartawan menjelaskan, almarhum diduga meninggal karena sakit jantung. “Dari keterangan keluarga jantung almarhum 2 tahun lalu sudah operasi bay pass,” terang Sahala Allagan.
Atas permintaan keluarga, pukul 18.30 WIB, jasad almarhum dikeluarkan dari UGD dan dimasukan ke ambulans dan dibawa ke RS Pirngadi Medan.

Keterangan Sahala soal penyakit Gindo sangat berbeda dengan pengakuan pihak keluarga. Di kamar jenazah RSU Pirngadi Medan, Sumut Pos berhasil berbincang dengan adik korban, dr Indra. Dari keterangan dr Indra, Gindo memang memiliki penyakit jantung, namun itu sudah sangat lama. “Kami  enam bersaudara. Kenapa ya, padahal dia (almarhum) sehat-sehat saja saat dijenguk di sel. Kalau sakit jantung sudah tidak ada, saya rasa tidak mungkin. Tahun 1990 dia (almarhum) kena sakit jantung dan di bay pass. Tapi sudah 21 tahun lalu,” terang Dr Indra.

Selang beberapa menit,  terlihat beberapa petugas polisi di antaranya beberapa pejabat Polda Sumut masuk ke kamar jenazah, di antaranya AKBP Verdi H  Kalele membawa surat otopsi. “Ini baru diberikan surat otopsinya,” terang Verdi.

Bersamaan dengan itu sekira pukul 20.30 WIB  beberapa petugas dokter yang akan melakukan otopsi masuk ke ruang jenazah. Dr Surjit Singh SPF DFM, Kepala Instalasi Forensik RSU Pirngadi Medan mengatakan, kematian Gindo belum bisa disimpulkan penyebabnya. “Masih diperlukan hasil uji laboratorium kriminal Poldasu dan Patologi Forensik yang bisa diketahui 2-3 minggu nanti,” tambah Verdi.

Jenazah Gindo diboyong ke rumah duka sekira pukul 23.40 WIB, tadi malam. Dari rumah duka di Komplek Perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Jalan Ring Road Medan No 60, tampak tamu yang ingin melayat cukup ramai. Dari pantauan Sumut Pos di rumah mewah berlantai II tersebut dikunjungi kerabat dekat dan sanak famili.

Tampak silih berganti mobil mewah berbagai merek terpakir di depan rumah Gindo yang merupakan mobil pelayat. Di rumah duka pelayat hanya duduk di bangku plastik warna hijau dan tenda belum terpasang seperti rumah duka pada umumnya.

Sedangkan petugas keamanan (satpam) melakukan ekstra penjaga di pintu masuk komplek perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Medan. Bukan itu saja setiap tamu masuk di komplek ini ditanyai oleh petugas keamanan.

Seorang pelayat yang juga tetangga almarhum saat mengatakan, almarhun sehari-harinya termasuk orang ramah dan baik. “Beliau kalau lewat di depan rumah sering menyapa saya. Pak Gindo orangnya baik,” ungkap bapak tua yang mengenakan baju putih celana hitam serta peci yang tinggal hanya berjarak sekitar 20 meter dari kediaman almarhum. (mag-5/mag-7)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/