25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kadisdik dan Kasek ‘Sembunyi’

Foto: Wiwin/PM Seseorang melintas di depan toliet wanita SDN Percobaan, yang berdekatan dengan ruang guru.
Foto: Wiwin/PM
Seseorang melintas di depan toliet wanita SDN Percobaan, yang berdekatan dengan ruang guru.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasca kasus ini mencuat, pihak SD Negeri Percobaan terlihat bungkam. Beberapa awak media yang sudah menunggu sejak siang hingga jelang sore, sempat tak memperoleh satu patah kata pun dari Elly Zahrami boru Simatupang yang menjabat sebagai kepala sekolah. Bahkan Elly sengaja bersembunyi dan disembunyikan di kantornya.

Seorang lelaki yang merupakan staf sekolah tersebut mengatakan, Elly letih dan tak bisa diganggu. Dia mengatakan agar besok kembali datang untuk konfirmasi. Padahal Elly ada di dalam, terlihat mencoba menyembunyikan diri di sela-sela staf yang duduk di sampingnya. “Ibu udah letih. Besok sajalah ya,” ujarnya.

Beberapa wartawan yang sedang menunggu konfirmasi dari Elly pun terlihat jengkel, karena sebelumnya Elly mengatakan sebentar kepada mereka. Namun kenyataannya, Elly tak kunjung menampakkan batang hidungnya. “Sudah dari jam 12 siang kami di sini. Tadi dia bilang bentar. Mana ada dia. Tadi dia kan lagi mediasi di dalam, makanya kami tunggu,” keluh salah seorang wartawan.

Di hari itu, sekira pukul 10.00 WIB, orangtua korban dan beberapa orangtua murid meminta kepada pihak sekolah agar terduga pelaku segera dikeluarkan dari sekolah. Menanggapi itu, pihak sekolah pun mendatangkan Marasutan Siregar, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Muslim Harahap selaku Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, orangtua korban, dan orangtua yang diduga sebagai pelaku.

Beberapa wartawan yang menunggu di pintu depan pun kehilangan kesempatan mewawancarai Marasutan, karena tiba-tiba ia sudah tidak berada di sekolah. Diduga Marasutan sengaja menghindari awak media.

Perilaku tidak ingin terbuka oleh awak media rupanya diikuti oleh anak buahnya. Elly bertahan di ruangan kerjanya. Namun akhirnya saat waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB Elly pun harus keluar dari kantor untuk kembali ke rumahnya. Disapa dari luar pintu, Elly terlihat gelisah.

Setelah mengambil tas tangannya dia pun memasuki kamar mandi, menutup gorden, melihat sekeliling ruangan, lalu keluar dari ruangan. Tatapan matanya pun terlihat tak fokus. Suaranya saat memberi jawaban terdengar gemetar. Bahkan awalnya pun dia tetap menolak memberikan konfirmasi. “Saat ini gak dululah ya. Nanti saja ya,”ungkapnya sembari berlalu.

Namun karena didesak, akhirnya dia pun buka suara saat awak media mengatakan bahwa pihak sekolah lepas tangan atas kejadian ini. Elly pun mengatakan orangtua korban ngotot meminta pelaku dikeluarkan. “Sekolah nggak lepas tangan. Kami udah usahakan yang terbaik. Kasus ini juga sudah ditangani pihak Dinas Pendidikan Kota Medan. Tadi pak Kadis juga sudah datang. Mereka minta agar dikeluarkan tapi kan semua butuh proses,”ujarnya sambil masuk ke dalam mobilnya.

Sebelum pintu mobil hitam tertutup, awak media kembali mencercanya dengan beberapa pertanyaan mengenai pengawasan sekolah yang terlihat begitu longgar. Pasalnya, lokasi penganiayaan itu terjadi di kamar mandi yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari ruang guru. Ada 2 kamar mandi berpintu hijau muda bersebelahan di sekolah itu. Bahkan ruangan guru pun pintunya selalu terbuka saat jam sekolah aktif. Di sebelah ruang guru terdapat ruang administarasi atau tata usaha. Ruangan Kasek pun berada di sebelahnya, dengan dibatasi koridor jalan dari pintu masuk gerbang sekolah.

Tentu pemandangan ini mengundang banyak tanya, seperti apa pengawasan pihak sekolah terhadap anak didiknya.

“Kejadian ini kan di kamar mandi. Itu ruang privasi. Kejadiannya saat jam istirahat sekolah,” ungkap Elly dan langsung menutup pintu mobilnya lalu berlalu.

Sebelumnya Elly sempat menyatakan dia sudah berbicara dengan dua murid yang melakukan penganiayaan itu. Ada beberapa informasi yang sudah diperoleh tentang kejadian tersebut. Keterangan pelaku berubah-ubah, namun salah satunya menyatakan dia mencontoh adegan di film porno. Terhadap hal ini sekolah masih melakukan penelusuran.

“Katanya ada yang mengajari, namanya bahasa anak-anak, berubah-ubah. Katanya dulu ada kawannya yang sudah pindah dari sekolah menunjukkan film di handphone, namun sudah pindah dari sekolah ini,” kata Elly.

Salah seorang petugas keamanan sekolah pun mengatakan tak tahu menahu mengenai kejadian ini. Dirinya biasa berjaga di dekat pintu masuk sekolah. “Sebelumnya gak pernah ada kejadian begini. Tapi memang saya gak ada dengar suara gaduh atau apapun dari kamar mandi,” ujarnya. (win/deo)

Foto: Wiwin/PM Seseorang melintas di depan toliet wanita SDN Percobaan, yang berdekatan dengan ruang guru.
Foto: Wiwin/PM
Seseorang melintas di depan toliet wanita SDN Percobaan, yang berdekatan dengan ruang guru.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasca kasus ini mencuat, pihak SD Negeri Percobaan terlihat bungkam. Beberapa awak media yang sudah menunggu sejak siang hingga jelang sore, sempat tak memperoleh satu patah kata pun dari Elly Zahrami boru Simatupang yang menjabat sebagai kepala sekolah. Bahkan Elly sengaja bersembunyi dan disembunyikan di kantornya.

Seorang lelaki yang merupakan staf sekolah tersebut mengatakan, Elly letih dan tak bisa diganggu. Dia mengatakan agar besok kembali datang untuk konfirmasi. Padahal Elly ada di dalam, terlihat mencoba menyembunyikan diri di sela-sela staf yang duduk di sampingnya. “Ibu udah letih. Besok sajalah ya,” ujarnya.

Beberapa wartawan yang sedang menunggu konfirmasi dari Elly pun terlihat jengkel, karena sebelumnya Elly mengatakan sebentar kepada mereka. Namun kenyataannya, Elly tak kunjung menampakkan batang hidungnya. “Sudah dari jam 12 siang kami di sini. Tadi dia bilang bentar. Mana ada dia. Tadi dia kan lagi mediasi di dalam, makanya kami tunggu,” keluh salah seorang wartawan.

Di hari itu, sekira pukul 10.00 WIB, orangtua korban dan beberapa orangtua murid meminta kepada pihak sekolah agar terduga pelaku segera dikeluarkan dari sekolah. Menanggapi itu, pihak sekolah pun mendatangkan Marasutan Siregar, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Muslim Harahap selaku Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, orangtua korban, dan orangtua yang diduga sebagai pelaku.

Beberapa wartawan yang menunggu di pintu depan pun kehilangan kesempatan mewawancarai Marasutan, karena tiba-tiba ia sudah tidak berada di sekolah. Diduga Marasutan sengaja menghindari awak media.

Perilaku tidak ingin terbuka oleh awak media rupanya diikuti oleh anak buahnya. Elly bertahan di ruangan kerjanya. Namun akhirnya saat waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB Elly pun harus keluar dari kantor untuk kembali ke rumahnya. Disapa dari luar pintu, Elly terlihat gelisah.

Setelah mengambil tas tangannya dia pun memasuki kamar mandi, menutup gorden, melihat sekeliling ruangan, lalu keluar dari ruangan. Tatapan matanya pun terlihat tak fokus. Suaranya saat memberi jawaban terdengar gemetar. Bahkan awalnya pun dia tetap menolak memberikan konfirmasi. “Saat ini gak dululah ya. Nanti saja ya,”ungkapnya sembari berlalu.

Namun karena didesak, akhirnya dia pun buka suara saat awak media mengatakan bahwa pihak sekolah lepas tangan atas kejadian ini. Elly pun mengatakan orangtua korban ngotot meminta pelaku dikeluarkan. “Sekolah nggak lepas tangan. Kami udah usahakan yang terbaik. Kasus ini juga sudah ditangani pihak Dinas Pendidikan Kota Medan. Tadi pak Kadis juga sudah datang. Mereka minta agar dikeluarkan tapi kan semua butuh proses,”ujarnya sambil masuk ke dalam mobilnya.

Sebelum pintu mobil hitam tertutup, awak media kembali mencercanya dengan beberapa pertanyaan mengenai pengawasan sekolah yang terlihat begitu longgar. Pasalnya, lokasi penganiayaan itu terjadi di kamar mandi yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari ruang guru. Ada 2 kamar mandi berpintu hijau muda bersebelahan di sekolah itu. Bahkan ruangan guru pun pintunya selalu terbuka saat jam sekolah aktif. Di sebelah ruang guru terdapat ruang administarasi atau tata usaha. Ruangan Kasek pun berada di sebelahnya, dengan dibatasi koridor jalan dari pintu masuk gerbang sekolah.

Tentu pemandangan ini mengundang banyak tanya, seperti apa pengawasan pihak sekolah terhadap anak didiknya.

“Kejadian ini kan di kamar mandi. Itu ruang privasi. Kejadiannya saat jam istirahat sekolah,” ungkap Elly dan langsung menutup pintu mobilnya lalu berlalu.

Sebelumnya Elly sempat menyatakan dia sudah berbicara dengan dua murid yang melakukan penganiayaan itu. Ada beberapa informasi yang sudah diperoleh tentang kejadian tersebut. Keterangan pelaku berubah-ubah, namun salah satunya menyatakan dia mencontoh adegan di film porno. Terhadap hal ini sekolah masih melakukan penelusuran.

“Katanya ada yang mengajari, namanya bahasa anak-anak, berubah-ubah. Katanya dulu ada kawannya yang sudah pindah dari sekolah menunjukkan film di handphone, namun sudah pindah dari sekolah ini,” kata Elly.

Salah seorang petugas keamanan sekolah pun mengatakan tak tahu menahu mengenai kejadian ini. Dirinya biasa berjaga di dekat pintu masuk sekolah. “Sebelumnya gak pernah ada kejadian begini. Tapi memang saya gak ada dengar suara gaduh atau apapun dari kamar mandi,” ujarnya. (win/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/