27 C
Medan
Monday, October 28, 2024
spot_img

Pilot Putar ke Kiri ke Kanan untuk Memecah Awan, Heli Berputar Terlalu Tajam

Dengan kondisi mata yang masih memerah dan suara yang terbata-bata, Frans mengatakan, Minggu (11/10) sekitar pukul 11.25 WIB, dirinya bersama empat rekannya keluar dari helikopter karena engineer sudah membuka seluruh pintu darurat.

“Semua melompat dari heli, tetapi saya masih tetap di helikopter untuk mencari alat penyelamat badan tetapi saya tidak menemukannya. Karena heli sudah semakin tenggelam dan air mulai memasuki badan heli maka saya putuskan juga keluar dari heli,” ungkapnya.

Cerita Frans tiba-tiba terputus seolah akan mencoba mengingat kejadian yang dialaminya tersebut. Hingga sekitar  20 menit keluar dari heli Frans dan empat rekannya masih teriak-teriak meminta tolong.

“Dari kejauhan kami melihat ada sebuah benda yang mirip dengan kepal. Kami berenang menuju benda tersebut namun setelah mendekat benda itu ternyata hanya tumpukan eceng gondok,” tambahnya.

Dengan mata berlinang dan sebentar berhenti dari ceritanya, Frans kemudian mengatakan, setelah melihat jam tangannya, sekitar pukul 18.30WIB, dirinya tidak lagi melihat Capt. Teguh Mulyatno (pilot) dan Hari Poerwantono (teknisi).

“Pukul setengah enam saya tidak melihat lagi pilot dan engineer. Tidak berselang lama, teman saya Nurhayanto juga tidak kelihatan,” jelasnya dengan suara yang semakin kecil.

Hingga minggu malam,  Frans masih bersama dengan Nurhayanto dan Giyanto. Tetapi kemudian Nurhayanto juga tidak tampak lagi. Sehingga minggu malam, dirinya (Frans) bersama Giyanto yang tertinggal.

“Tidak ada pelampung yang kami gunakan. Eceng gondok itu kami buat ke dalam baju karena malam hari air semakin tinggi. Kami tetap mengusahakan agar posisi kepala selalu lebih tinggi dari air. Besok paginya, Senin (12/10), Gyanto juga tidak tampak lagi,” ungkapnya dengan mata berlinang.

Setelah tinggal seorang sendiri, Frans kemudian berpikir apakah lebih baik berjalan ke arah timur. Tetapi karena mengingat di peta itu masih terlalu jauh sehingga berinisiatif bergerak ke arah selatan. “Oh bukan ke arah selatan tetapi ke arah barat,” jelasnya mempertegas ingatannya.

Setelah keluar dari helikopter, Frans melepas sepatu, celana, baju dan kaos. “Saat itu saya hanya menggunakan celana dalam dan singlet. Namun ketika saya ditemukan, saya ditemukan tanpa busana sama sekali. Dan saya bersyukur akhirnya dapat selamat,” jelasnya dengan suara lelah sembari mengakhiri ceritanya. (rah/sam/jpnn)

Dengan kondisi mata yang masih memerah dan suara yang terbata-bata, Frans mengatakan, Minggu (11/10) sekitar pukul 11.25 WIB, dirinya bersama empat rekannya keluar dari helikopter karena engineer sudah membuka seluruh pintu darurat.

“Semua melompat dari heli, tetapi saya masih tetap di helikopter untuk mencari alat penyelamat badan tetapi saya tidak menemukannya. Karena heli sudah semakin tenggelam dan air mulai memasuki badan heli maka saya putuskan juga keluar dari heli,” ungkapnya.

Cerita Frans tiba-tiba terputus seolah akan mencoba mengingat kejadian yang dialaminya tersebut. Hingga sekitar  20 menit keluar dari heli Frans dan empat rekannya masih teriak-teriak meminta tolong.

“Dari kejauhan kami melihat ada sebuah benda yang mirip dengan kepal. Kami berenang menuju benda tersebut namun setelah mendekat benda itu ternyata hanya tumpukan eceng gondok,” tambahnya.

Dengan mata berlinang dan sebentar berhenti dari ceritanya, Frans kemudian mengatakan, setelah melihat jam tangannya, sekitar pukul 18.30WIB, dirinya tidak lagi melihat Capt. Teguh Mulyatno (pilot) dan Hari Poerwantono (teknisi).

“Pukul setengah enam saya tidak melihat lagi pilot dan engineer. Tidak berselang lama, teman saya Nurhayanto juga tidak kelihatan,” jelasnya dengan suara yang semakin kecil.

Hingga minggu malam,  Frans masih bersama dengan Nurhayanto dan Giyanto. Tetapi kemudian Nurhayanto juga tidak tampak lagi. Sehingga minggu malam, dirinya (Frans) bersama Giyanto yang tertinggal.

“Tidak ada pelampung yang kami gunakan. Eceng gondok itu kami buat ke dalam baju karena malam hari air semakin tinggi. Kami tetap mengusahakan agar posisi kepala selalu lebih tinggi dari air. Besok paginya, Senin (12/10), Gyanto juga tidak tampak lagi,” ungkapnya dengan mata berlinang.

Setelah tinggal seorang sendiri, Frans kemudian berpikir apakah lebih baik berjalan ke arah timur. Tetapi karena mengingat di peta itu masih terlalu jauh sehingga berinisiatif bergerak ke arah selatan. “Oh bukan ke arah selatan tetapi ke arah barat,” jelasnya mempertegas ingatannya.

Setelah keluar dari helikopter, Frans melepas sepatu, celana, baju dan kaos. “Saat itu saya hanya menggunakan celana dalam dan singlet. Namun ketika saya ditemukan, saya ditemukan tanpa busana sama sekali. Dan saya bersyukur akhirnya dapat selamat,” jelasnya dengan suara lelah sembari mengakhiri ceritanya. (rah/sam/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/