26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

MKD Kalah Galak di Depan Luhut

FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan saat menghadiri sidang Mahkamah Kehormatan Dewan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta. Luhut Panjaitan memberikan kesaksian pada sidang etik MKD DPR terkait kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam perpanjangan kontrak Freeport. Senin 14 Desember 2015.
FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan saat menghadiri sidang Mahkamah Kehormatan Dewan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta. Luhut Panjaitan memberikan kesaksian pada sidang etik MKD DPR terkait kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam perpanjangan kontrak Freeport. Senin 14 Desember 2015.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan tampil temperamental di sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Senin (14/12). Luhut menjawab seluruh pertanyaan dengan intonasi tegas, ringkas, dan padat. Sikap kaku itu membuat sejumlah anggota MKD terlihat kalah galak saat menggali informasi dari mantan komandan pasukan elite TNI AD itu. Beberapa kali pertanyaan ‘Yang Mulia’ anggota MKD dipatahkan oleh jawaban Luhut yang fokus dan ‘to the point’.

Sejak awal, Luhut memang dicecar mengenai kedekatannya dengan Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) yang memang sudah tidak asing karena sama-sama kader Partai Golkar dan sama-sama pejabat negara. Tapi dengan pengusaha M Riza Chalid, diakui mantan Kepala Staf Kepresidenan itu, baru-baru ini saja berteman dekat. Apalagi, Riza berasal dari kalangan eks pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2014 lalu.

“Apa Saudara mengenal Setya Novanto dan Riza Chalid?” tanya anggota MKD dari Fraksi Partai Hanura, Syarifudin Sudding, dalam sidang terbuka MKD, Senin (14/12). Luhut pun dicecar apakah antara dia dan Riza memiliki hubungan bisnis. Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini lantas membantahnya.

“Saya kira sebatas pekerjaan, beliau (Setya Novanto) sebagai ketua DPR dan saya menpolhukam. Tapi saya tak pernah sejak saya sebagai pejabat negara bicarakan masalah bisnis. Kalau Riza, teman biasa, baik di kalangan KMP tentu saya berteman, karena KMP bagian pekerjaan saya untuk memelihara hubungan politik,” kata Luhut.

Sudding lalu memaparkan isi rekaman yang menyebutkan nama Luhut sebanyak 66 kali. Rekaman itu berisi percakapan antara Setnov, Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Pada salah satu bagiannya, Riza dan Setnov mengungkapkan bahwa Luhut mengincar proyek pembangunan PLTA di Urumuka, Papua. Pada proyek itu, pemerintah berencana menggandeng Freeport untuk membangunnya.

“Apakah benar Pak Luhut sebagai pihak yang menjamin?” ucap Sudding.

“Saya tidak tahu itu, tanya saja yang bersangkutan Yang Mulia,” kata dia.

Tidak puas dengan jawaban Luhut, Sudding pun kembali mencecar Luhut dengan pernyataan Riza Chalid yang mengungkapkan ada permintaan saham Freeport untuk Luhut dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Di dalam rekaman, MR menyebutkan bahwa ‘Kalau gue, gue bakal ngomong ke Pak Luhut jangan ambil 20 persen, kasihlah Pak JK 11 persen, harus adil’. Apakah maksudnya ini?” ucap politisi Partai Hanura itu.

Luhut pun menjawab dengan tenang.

“Yang Mulia tanya saja ke saudara Riza, kok tanya saya, saya enggak tahu itu. Saya tidak ada waktu untuk berpikir yang begitu-begituan, urusan saya terorisme dan drugs,” kata Luhut.

FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan saat menghadiri sidang Mahkamah Kehormatan Dewan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta. Luhut Panjaitan memberikan kesaksian pada sidang etik MKD DPR terkait kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam perpanjangan kontrak Freeport. Senin 14 Desember 2015.
FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan saat menghadiri sidang Mahkamah Kehormatan Dewan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta. Luhut Panjaitan memberikan kesaksian pada sidang etik MKD DPR terkait kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam perpanjangan kontrak Freeport. Senin 14 Desember 2015.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan tampil temperamental di sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Senin (14/12). Luhut menjawab seluruh pertanyaan dengan intonasi tegas, ringkas, dan padat. Sikap kaku itu membuat sejumlah anggota MKD terlihat kalah galak saat menggali informasi dari mantan komandan pasukan elite TNI AD itu. Beberapa kali pertanyaan ‘Yang Mulia’ anggota MKD dipatahkan oleh jawaban Luhut yang fokus dan ‘to the point’.

Sejak awal, Luhut memang dicecar mengenai kedekatannya dengan Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) yang memang sudah tidak asing karena sama-sama kader Partai Golkar dan sama-sama pejabat negara. Tapi dengan pengusaha M Riza Chalid, diakui mantan Kepala Staf Kepresidenan itu, baru-baru ini saja berteman dekat. Apalagi, Riza berasal dari kalangan eks pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2014 lalu.

“Apa Saudara mengenal Setya Novanto dan Riza Chalid?” tanya anggota MKD dari Fraksi Partai Hanura, Syarifudin Sudding, dalam sidang terbuka MKD, Senin (14/12). Luhut pun dicecar apakah antara dia dan Riza memiliki hubungan bisnis. Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini lantas membantahnya.

“Saya kira sebatas pekerjaan, beliau (Setya Novanto) sebagai ketua DPR dan saya menpolhukam. Tapi saya tak pernah sejak saya sebagai pejabat negara bicarakan masalah bisnis. Kalau Riza, teman biasa, baik di kalangan KMP tentu saya berteman, karena KMP bagian pekerjaan saya untuk memelihara hubungan politik,” kata Luhut.

Sudding lalu memaparkan isi rekaman yang menyebutkan nama Luhut sebanyak 66 kali. Rekaman itu berisi percakapan antara Setnov, Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Pada salah satu bagiannya, Riza dan Setnov mengungkapkan bahwa Luhut mengincar proyek pembangunan PLTA di Urumuka, Papua. Pada proyek itu, pemerintah berencana menggandeng Freeport untuk membangunnya.

“Apakah benar Pak Luhut sebagai pihak yang menjamin?” ucap Sudding.

“Saya tidak tahu itu, tanya saja yang bersangkutan Yang Mulia,” kata dia.

Tidak puas dengan jawaban Luhut, Sudding pun kembali mencecar Luhut dengan pernyataan Riza Chalid yang mengungkapkan ada permintaan saham Freeport untuk Luhut dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Di dalam rekaman, MR menyebutkan bahwa ‘Kalau gue, gue bakal ngomong ke Pak Luhut jangan ambil 20 persen, kasihlah Pak JK 11 persen, harus adil’. Apakah maksudnya ini?” ucap politisi Partai Hanura itu.

Luhut pun menjawab dengan tenang.

“Yang Mulia tanya saja ke saudara Riza, kok tanya saya, saya enggak tahu itu. Saya tidak ada waktu untuk berpikir yang begitu-begituan, urusan saya terorisme dan drugs,” kata Luhut.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/