26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Berangkat dari Modal Pinjaman Orangtua

Usaha budidaya ikan hias masih memiliki harapan. Seperti yang dilakoni Wagito alias Giso (40), warga Dusun Sukadamai Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, merintis usahanya sejak tahun 2005 lalu.

———————————————–

Batara Tampubolon, Deliserdang

———————————————–

Dengan modal usaha awal Rp9 juta dengan meminjam dari orangtuanya, Wagito memanfaatkannya untuk membeli benih ikan hias jenis koi, koki serta komet. Lalu membuat enam kolam berukuran 10 x 10 meter.

Sejak saat itu, pria yang beristrikan Tuti Handayani (39) tersebut menjadi peternak ikan hias. Ada sekitar 30 ribu ekor benih dibelinya dari penangkar di sekitar Kecamatan Beringin. Selanjutnya, dibesarkannya untuk dijual kembali kepada agen.

Empat bulan kemudian, 30 ribu ekor ikan hias peliharanya laris di borong agen. Dari penjualan panen perdana itu, Wagito mendapat keuntungan sekitar Rp3 juta, setelah dipotong biaya modal awalnya sebesar Rp9 juta.

“Omset pertama saya Rp12 juta dari penjualan ikan hias. Semuanya habis diborong agen ikan hias yang khusus datang ke kolam saya,” ungkap bapak dua orang anak itu, saat Sumut Pos menyambanginya.

Wagito mengisahkan, modal pertama yang banyak dikeluarkannya adalah membuat enam petak kolam pembesaran, serta biaya pemasangan jarring untuk menghindari burung. Selain itu pakan ikan hias buatan pabrik.

“Pembuatan kolam serta pemasangan jaring saya lakukan sendiri,” kenangnya.

Didukung keyakinan bahwa usahanya berhasil, dia tidak memerlukan waktu yang lama. “Menjadi peternak ikan benihnya tergantung kepada pembudidaya. Kalau dilakukan sendiri tentu akan mendapat keuntungan tersendiri,” kata Wagito yang pernah gagal menjadi petani padi.

Usaha budidaya ikan hias masih memiliki harapan. Seperti yang dilakoni Wagito alias Giso (40), warga Dusun Sukadamai Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, merintis usahanya sejak tahun 2005 lalu.

———————————————–

Batara Tampubolon, Deliserdang

———————————————–

Dengan modal usaha awal Rp9 juta dengan meminjam dari orangtuanya, Wagito memanfaatkannya untuk membeli benih ikan hias jenis koi, koki serta komet. Lalu membuat enam kolam berukuran 10 x 10 meter.

Sejak saat itu, pria yang beristrikan Tuti Handayani (39) tersebut menjadi peternak ikan hias. Ada sekitar 30 ribu ekor benih dibelinya dari penangkar di sekitar Kecamatan Beringin. Selanjutnya, dibesarkannya untuk dijual kembali kepada agen.

Empat bulan kemudian, 30 ribu ekor ikan hias peliharanya laris di borong agen. Dari penjualan panen perdana itu, Wagito mendapat keuntungan sekitar Rp3 juta, setelah dipotong biaya modal awalnya sebesar Rp9 juta.

“Omset pertama saya Rp12 juta dari penjualan ikan hias. Semuanya habis diborong agen ikan hias yang khusus datang ke kolam saya,” ungkap bapak dua orang anak itu, saat Sumut Pos menyambanginya.

Wagito mengisahkan, modal pertama yang banyak dikeluarkannya adalah membuat enam petak kolam pembesaran, serta biaya pemasangan jarring untuk menghindari burung. Selain itu pakan ikan hias buatan pabrik.

“Pembuatan kolam serta pemasangan jaring saya lakukan sendiri,” kenangnya.

Didukung keyakinan bahwa usahanya berhasil, dia tidak memerlukan waktu yang lama. “Menjadi peternak ikan benihnya tergantung kepada pembudidaya. Kalau dilakukan sendiri tentu akan mendapat keuntungan tersendiri,” kata Wagito yang pernah gagal menjadi petani padi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/