25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Wujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan

MEDAN- Ketergantungan masyarakat terhadap beras relatif tinggi, akibatnya harga beras berangsur-angsur naik. Padahal beras bukan satu-satunya bahan pokok yang dikonsumsi manusia untuk menghasilkan gizi.
Anggota Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan, Prof DR Posman Sibuea, Selasa (15/6) mengakui, setiap manusia memang membutuhkan gizi seimbang demi kesehatan dan perkembangan tubuhnya. Untuk memenuhi gizi bisa didapat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Tapi, persoalannya tak ada satu pun jenis makanan yang mengandung unsur-unsur gizi lengkap seperti yang dibutuhkan tubuh manusia.

Menyiasati kekurangan itu, Posman menyatakan upaya yang bisa dilakukan yakni diversifikasi (penganekaragaman) konsumsi pangan. Diversifikasi layak dipercepat pelaksanaannya, sebab beras sebagai bahan pokok harganya berangsur-angsur naik.

Dalam melaksanaan diversifikasi ini, sebutnya ada dua cara yang harus dilakukan. Pertama difokuskan pada internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dengan gizi seimbang dan aman. Tapi, pemerintah harus melakukan sosialisasi, advokasi, dan promosi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.
“Selanjutnya BKP Medan harus menggandeng Dinas Pendidikan dan memasukkannya dalam kurikulum sekolah dasar,” sebutnya.

Posma menambahkan, apabila seluruh makanan umbi-umbian nonberas dikemas dengan baik, dan bisa dinikmati dengan gaya hidup yang gaul serta kosmopolitan. Diyakini, kalangan eksekutif gemar mengonsumsinya.
Selain itu, sebutnya pola makanan nonberas ditujukan pula pada maskapai penerbangan sepertiGaruda dan Maskapai penerbangan swasta serta beberapa hotel berbintang.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Hj Eka R yanti Danil MM mengatakan, rasa optimisnya akan keberhasilan startegi diversifikasi. Meski sampai sekarang sebagian masyarakat masih berasumsi makanan nonberas seperti umbi-umbian menjadi kelas dua yang biasa dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah.
Dia menambahkan, pola konsumsi pangan harus meninggalkan pencitraan diri, sehingga makanan nonberas yang bersumber daya lokal dapat naik kelas.

“Bisa dikatakan pola konsumsi kita sekarang ini berorientasi pada pencitraan diri, sebab semakin tinggi tingkat sosial seseorang, makan yang dipilih cenderung exotic food (makanan asing, red), sebagian orang beranggapan makanan itu menaikkan gengsi,” katanya. (ril)

MEDAN- Ketergantungan masyarakat terhadap beras relatif tinggi, akibatnya harga beras berangsur-angsur naik. Padahal beras bukan satu-satunya bahan pokok yang dikonsumsi manusia untuk menghasilkan gizi.
Anggota Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan, Prof DR Posman Sibuea, Selasa (15/6) mengakui, setiap manusia memang membutuhkan gizi seimbang demi kesehatan dan perkembangan tubuhnya. Untuk memenuhi gizi bisa didapat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Tapi, persoalannya tak ada satu pun jenis makanan yang mengandung unsur-unsur gizi lengkap seperti yang dibutuhkan tubuh manusia.

Menyiasati kekurangan itu, Posman menyatakan upaya yang bisa dilakukan yakni diversifikasi (penganekaragaman) konsumsi pangan. Diversifikasi layak dipercepat pelaksanaannya, sebab beras sebagai bahan pokok harganya berangsur-angsur naik.

Dalam melaksanaan diversifikasi ini, sebutnya ada dua cara yang harus dilakukan. Pertama difokuskan pada internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dengan gizi seimbang dan aman. Tapi, pemerintah harus melakukan sosialisasi, advokasi, dan promosi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.
“Selanjutnya BKP Medan harus menggandeng Dinas Pendidikan dan memasukkannya dalam kurikulum sekolah dasar,” sebutnya.

Posma menambahkan, apabila seluruh makanan umbi-umbian nonberas dikemas dengan baik, dan bisa dinikmati dengan gaya hidup yang gaul serta kosmopolitan. Diyakini, kalangan eksekutif gemar mengonsumsinya.
Selain itu, sebutnya pola makanan nonberas ditujukan pula pada maskapai penerbangan sepertiGaruda dan Maskapai penerbangan swasta serta beberapa hotel berbintang.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Hj Eka R yanti Danil MM mengatakan, rasa optimisnya akan keberhasilan startegi diversifikasi. Meski sampai sekarang sebagian masyarakat masih berasumsi makanan nonberas seperti umbi-umbian menjadi kelas dua yang biasa dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah.
Dia menambahkan, pola konsumsi pangan harus meninggalkan pencitraan diri, sehingga makanan nonberas yang bersumber daya lokal dapat naik kelas.

“Bisa dikatakan pola konsumsi kita sekarang ini berorientasi pada pencitraan diri, sebab semakin tinggi tingkat sosial seseorang, makan yang dipilih cenderung exotic food (makanan asing, red), sebagian orang beranggapan makanan itu menaikkan gengsi,” katanya. (ril)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/