MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana operasi pemisahan Adam dan Malik, bayi kembar siam dempet perut yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, masih terus dianalisis oleh tim dokter yang menanganinya. Dari hasil analisis tim dokter sejauh ini, ternyata ada pembuluh darah kedua bayi yang menyeberang.
Sekretaris Tim Dokter Penanganan Adam dan Malik, dr Rizky Adriansyah SpA mengatakan, pembuluh darah yang menyeberang dari Adam dan Malik menjadi pertimbangan utama dalam operasi pemisahan. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika operasi dilakukan nantinya.
“Hasil analisis terakhir, ada bagian dari hati yang menyatu dengan jarak 4,2 cm. Hatinya menempel sedikit karena ada jaringan yang lengket. Selain itun
ada pembuluh darah yang menyeberang,” ujar Rizky dalam keterangan pers di RSUP Haji Adam Malik, Medan, Senin (15/7).
Rizky mengaku, tim dokter terus melakukan berbagai persiapan untuk operasi pemisahan. Mulai dari fasilitas atau peralatan, sumber daya manusia, obat-obatan dan bahkan nantinya dilakukan gladiresik atau semacam skenario satu hari sebelum operasi dilakukan. Jadi, semuanya harus dipersiapkan secara matang.
“Memang kita memiliki pengalaman terhadap operasi pemisahan bayi kembar siam sebelumnya yang pernah kita tangani, yaitu Sahira dan Fahira. Namun, kita tidak mau terlalu percaya diri karena tentunya masih ada kemungkinan-kemungkinan risiko. Oleh karenanya, analisis awal sangat penting terhadap keberhasilan operasi pemisahan kedua bayi,” akunya.
Diutarakan Rizky, kasus bayi kembar siam yang ditangani pihaknya sudah beberapa kali. Namun, yang berhasil dan selamat dipisahkan baru tiga kasus. Antara lain, Suryana dan Suryani, Mariana dan Mariani serta Sahira dan Fahira. “Makanya, mudah-mudahan kasus yang keempat ini berakhir dengan baik, yakni Adam dan Malik tetap hidup,” ucapnya.
Disinggung kenapa rencana operasi pemisahan baru dilakukan ketika usia bayi 7 bulan, bukan lebih awal atau bahkan pada usia remaja? Menurut Rizky, tim dokter harus menganalisis terlebih dahulu organ-organ tubuh yang ada pada kedua bayi, apakah mereka memang sudah layak dipisah atau tidak? Sebab, tidak semua kasus bayi kembar siam harus dipisah seperti kepalanya dua tetapi badannya satu.
“Kasus bayi kembar siam sebelumnya terhadap Sahira dan Fahira, kita putuskan dioperasi lebih awal pada usia 3 bulan karena ada kelainan pada jantungnya. Operasi pun berhasil dan kedua bayi selamat. Jadi, belajar dari pengalaman apabila semakin matang organ tubuh bayi maka kemungkinan hasil operasi semakin baik,” ujarnya.
Sebaliknya, jika semakin dini dilakukan operasi maka semakin besar risikonya. Artinya, kematangan dari suatu organ tubuh bayi kembar siam tetap menjadi pertimbangan utama kapan waktunya untuk dipisahkan. Berbeda terhadap kasus yang sama tetapi ada kelainan jantung yang berat, maka operasi dilakukan segera mungkin atau tidak menunggu lama.
Namun demikian, sambung dia, pihaknya tidak bisa memberi angka 100 persen keberhasilan terhadap operasi pemisahan nantinya karena pasti ada peluang-peluang bisa saja hal-hal yang tidak diduga dapat terjadi.
“Penentuan operasi pada usia 7 bulan ini berdasarkan hasil analisis subyektif saja dan dinilai lebih layak. Tidak ada patokan atau acuan operasi pemisahan terhadap bayi kembar siam harus usia berapa tahun, tetapi relatif semua. Kalau masih ingat kasus yang sama tetapi dempet pada kepala yang terjadi di Singapura, dimana operasi pemisahan dilakukan pada usia dewasa. Alasannya, karena salah satunya ingin menikah. Namun, proses operasi kabarnya tidak berlangsung lancar lantaran keduanya meninggal dunia,” paparnya.
Dokter Erjan Fikri (spesialis bedah anak) mengatakan, ada hal yang meragukan dari hasil scan yang dilakukan sehingga mengundang dokter bedah dari Korea Selatan untuk berdiskusi. Sebab, ada yang menjadi persoalan sewaktu dilakukan rekonstruksi scan ternyata ditemui pembuluh darah yang menyeberang. Artinya, ada pembuluh darah Adam menyeberang ke tubuh Malik atau sebaliknya.
“Kita mengkhawatirkan apakah pembuluh darah ini dominan atau tidak? Dengan kata lain, pembuluh darah tersebut apakah benar-benar menyuplai atau hanya sekedar menyeberang saja. Jadi, apabila ketika kita potong ternyata menyuplai tentu jelas membahayakan. Makanya, harus betul-betul memastikan pembuluh darah masing-masing bayi yang dimiliki dapat menyuplai darah ke hatinya,” ujar dia.
Setelah berdiskusi, lanjut Erjan, maka disimpulkan bahwa kedua bayi cukup layak untuk dipisah pada perut bagian atas. Sebab, yang menyatu adalah kulit dan sebagian jaringan hati. Dalam jaringan hati ini, ada pembuluh darah yang lumayan besar dan posisinya menyeberang. Inilah yang mungkin menjadi masalah dan dikhawatirkan dalam proses operasi pemisahan.
“Pembuluh darah tersebut disimpulkan sekedar menyeberang, tetapi sementara kalapun ini diputus maka mereka punya suplai darah masing-masing untuk dialirkan ke hatinya,” beber dia.
Sementara, dokter Utama Abdi (spesialis bedah plastik) mengatakan, dari pemeriksaan yang dilakukan timnya terhadap hati masing-masing bayi ternyata lengkap. Namun, timnya mau memastikan lagi dengan pemeriksaan apakah ada sambungan aliran darah antara kedua bayi yang membuat kesulitan.
“Sejauh ini Adam dan Malik memiliki masing-masing hati yang lengkap. Kasus bayi kembar siam yang kita tangani kali ini tidak seperti kasus sebelumnya terhadap Sahira dan Fahira, karena tingkat kesulitannya lebih rumit. Artinya, kasus Adam dan Malik lebih mudah dalam teknik operasinya,” tutur Utama.
Dia menjelaskan, rencana operasi pemisahan akan diawali dengan timnya terlebih dahulu dengan membuat desain. Kemudian, dilanjutkan oleh tim dokter bedah anak. Lalu, tim dokter bedah toraks (spesialis yang menangani kasus penyakit di organ dalam rongga dada). Berikutnya, bedah-bedah yang lain untuk memastikan organ di dalamnya apakah ada kelainan atau persambungan antara organ yang satu dengan lainnya. “Setelah itu, kita akan menutup kembali proses operasi pemisahan yang dilakukan. Artinya, tim dokter bedah plastik yang mengawali dan mengakhiri proses operasi pemisahan terhadap Adam dan Malik,” terangnya.
Utama menyebutkan, waktu operasi pemisahan paling tidak atau minimal sekitar 4 hingga 5 jam. Dokter yang terlibat lebih sedikit dibanding kasus Sahira dan Fahira yang melibatkan sekitar 50 dokter spesialis, karena ada kelainan jantung. “Kalau kasus Adam dan Malik, melibatkan dokter spesialis anak, dokter ICU anak, dokter bedah anak, dokter bedah plastik, dokter anestesi anak dan dokter penunjang seperti radiologi, patologi klinik dan beberapa lainnya,” tandasnya.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, dr Zainal Safri menyampaikan, operasi dijadwalkan pada Selasa (23/7) mendatang. Operasi dilakukan dua hari setelah Hari Ulang Tahun (HUT) RSUP Haji Adam Malik. “Biaya operasi diperkirakan berada dikisaran Rp600 sampai 700 juta, hampir sama dengan operasi dalam kasus yang sebelumnya,” ungkap dia.
Lebih lanjut Zainal menjelaskan, sejauh ini persiapan yang dilakukan oleh semua tim di RSUP Haji Adam Malik sudah cukup detail. Sedangkan masalah biaya, sama sekali tidak ada diambil dari keluarga bayi kembar siam tersebut. Artinya, keseluruhan ditanggulangi oleh pihak rumah sakit dan BPJS Kesehatan. “Ini sumbangsih kami yang bertepatan dengan HUT (RSUP Haji) Adam Malik, makanya harus kita persiapkan yang terbaik untuk pemisahan,” pungkasnya. (ris/ila)