25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Bantah Menantu Terpapar Istri, Mertua Ogah Urus Jenazah Dedek

GELEDAH Tim gabungan dari Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Gegana Polda Sumut menggeledah salah satu rumah di Canang Kering, Lingkungan 20, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan, Jumat (15/11) pukul 15.00 WIB.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menantunya Rabbial Muslim Nasution (24) alias Dedek jadi pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, membuat Andi Syahputra, kesal. Apalagi, putrinya Dewi Anggraini (DA) disebut-sebut sebagai orang yang mempengaruhi Dedek dengan radikalisme. Ayah kandung Dewi ini pun angkat bicara.

“Saya membantah putri saya disebut sebagai orang duluan terpapar radikalisme ketimbang menantu saya. Saya juga membantah putri saya dituding sebagai orang yang mendoktrin menantu saya,” kata Andi, usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Polres Belawann

Berita Acara Pemeriksaan (BAP)-nya dua laporan: Polres Belawan dan Densus 88. Selain Andi, orang tua Dedek juga sudah diperiksa.

Andi menjelaskan, Dedek dan putrinya Dewi melangsungkan pernikahan pada tanggal 2 Desember 2018 lalu. “Si Dedek bagus, saya tidak menyangkal itu. Setelah pindah ke Marelan, baru berubah (sikapnya),” tutur Andy.

Setelah pindah ke rumah kontrakan mereka di Pasar I Gang Melati 8, Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, menantu dan putrinya didatangi orang yang tidak diketahui. Setelah itu, mereka rajin mengaji. “Diajak-ajak ngaji, bagus orang itu ngaji pertama. Tidak ada menceritakan kejahatan kriminal,” sebut Andi.

Dedek dan istrinya rajin mengikuti pengajian yang berada di Belawan, Kota Medan. Setelah mengikuti pengajian itu, menurutnya, Dewi memang jadi keras kepala saat dinasehati orang tuanya. Tapi ia belum curiga.

Karenanya, ia tidak menyangka menantunya berakhir menjadi pelaku bom bunuh diri.

Atas kejadian itu, Andi mengaku tidak mau mengurusi jenazah Dedek. Ia hanya fokus dengan nasib putrinya yang kini masih ditahan di Brimob Polda Sumut. “Kalau itu (jenazah, Red), keluarga laki-lakilah. Saya tidak mau beripikir. Saya tidak mau lagi mengurus masalah si Dedek. Masalah anak saya saja yang saya urus. Kondisinya masih sehat. Sekarang masih tahanan Brimob,” tutur Andi.

Andi mengakui, putrinya pernah menjenguk tahanan teroris di Lapas Wanita Tanjung Gusta Medan berinsial IPS alias I alias TS alias SBS (38). Tapi menurutnya, Dewi tidak sendirian menjumpai napi teroris itu. Namun bersama temannya.

“Itu diterangkan Humas Mabes Polri. Yang berniat mau nyerang Bali ya si napi itu. Bukan si Dewi. Rencana I, bukan orang mereka berdua. Jadinya si Dewi ditumbalkan dan dijebak. Karena I tahanan, dibilang tidak bersalah,” katanya kesal.

Menurutnya, Dewi hanya mengantar obat ke Lapas. Kata dia, saat menjenguk ke lapas, si napiter berkata ke Dewi: “Kau jangan takut. Kalau kau ditangkap, kami turun tangan semua,” jelas Andi.

“Setelah menjenguk tahanan (napiter) itu, kami tanya Dewi. Dia bilang ia tidak sendiri. Tapi berdua sama kawannya. Malah kami dimop si Dewi itu. ‘Sudah mamak, tidak apa-apa itu.’ Sudah keras kepala si Dewi itu. Sudah rusak dicuci otaknya,” katanya.

Pemko dan Polisi Diminta Tidak Lengah

Terkait serangan bom bunuh diri di Mapoltabes Medan pada Rabu (13/11) pagi, Pemko Medan dan pihak Kepolisian diniali gagal mencegah paham radikalisme merasuk ke tengah-tengah masyarakat Kota Medan.

“Ini harus jadi pelajaran bagi semua pihak, baik itu pemerintah maupun pihak kepolisian. Kota Medan yang selama ini aman dan jauh dari paham radikalisme, sudah mulai terusik. Ini harusnya jadi perhatian khusus,” Ucap Ketua Fraksi NasDem DPRD Medan, Afif Abdillah, Jumat (15/11).

Disebutkan Afif, sebenarnya paham-paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat bisa terdeteksi sejak awal, bila fungsi pemerintah bisa bergerak dari bawah. “Misalnya Kepling, harus memantau warganya. Lihat apa kebiasaan serta kesehariannya. Bila ada hal-hal yang mencurigakan, harusnya koordinasi dengan TNI atau Polri,” sebutnya.

Diterangkan Afif, orang-orang yang terpapar paham radikalisme sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan berkelompok. Perhatiakn, apakah orang itu berbaur atau tidak. Kalau berbaur dan berkelompok, dengan siapa? Ini harus diketahui Kepling. Karena orang seperti itu biasanya punya kelompok yang terbangun dengan kuat,” terangnya.

Selain itu, sambung Afif, pemerintah wajib mencegah masuknya paham-paham radikalisme dengan berkoordinasi pada pengurus-pengurus masjid serta aparat keamanan di tingkat lingkungan.

“Bisa juga berangkat dari remaja-remaja masjid. Mereka harus diberi pemahaman, diberi edukasi serta pengetahuan akan bahayanya paham radikalisme. Usia remaja harus dijaga ketat, karena merekalah usia yang paling mudah untuk terpengaruh oleh paham-paham seperti itu. Mereka harus dibina dalam ilmu agama termasuk rasa cinta kebangsaan,” sambungnya.

Terakhir, lanjut Afif, kepolisian diminta meningkatkan keamanan agar tidak terjadi aksi-aksi susulan atas peristiwa bom bunuh diri di Mapoltabes Kota Medan.

“Khususnya ditempat-tempat keramaian seperti mall, rumah sakit, hotel, dan tempat-tempat ramai lainnya. Kalau markas polisi saja bisa diserang, apalagi tempat-tempat seperti itu,” tutupnya. (gus/map)

GELEDAH Tim gabungan dari Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Gegana Polda Sumut menggeledah salah satu rumah di Canang Kering, Lingkungan 20, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan, Jumat (15/11) pukul 15.00 WIB.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menantunya Rabbial Muslim Nasution (24) alias Dedek jadi pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, membuat Andi Syahputra, kesal. Apalagi, putrinya Dewi Anggraini (DA) disebut-sebut sebagai orang yang mempengaruhi Dedek dengan radikalisme. Ayah kandung Dewi ini pun angkat bicara.

“Saya membantah putri saya disebut sebagai orang duluan terpapar radikalisme ketimbang menantu saya. Saya juga membantah putri saya dituding sebagai orang yang mendoktrin menantu saya,” kata Andi, usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Polres Belawann

Berita Acara Pemeriksaan (BAP)-nya dua laporan: Polres Belawan dan Densus 88. Selain Andi, orang tua Dedek juga sudah diperiksa.

Andi menjelaskan, Dedek dan putrinya Dewi melangsungkan pernikahan pada tanggal 2 Desember 2018 lalu. “Si Dedek bagus, saya tidak menyangkal itu. Setelah pindah ke Marelan, baru berubah (sikapnya),” tutur Andy.

Setelah pindah ke rumah kontrakan mereka di Pasar I Gang Melati 8, Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, menantu dan putrinya didatangi orang yang tidak diketahui. Setelah itu, mereka rajin mengaji. “Diajak-ajak ngaji, bagus orang itu ngaji pertama. Tidak ada menceritakan kejahatan kriminal,” sebut Andi.

Dedek dan istrinya rajin mengikuti pengajian yang berada di Belawan, Kota Medan. Setelah mengikuti pengajian itu, menurutnya, Dewi memang jadi keras kepala saat dinasehati orang tuanya. Tapi ia belum curiga.

Karenanya, ia tidak menyangka menantunya berakhir menjadi pelaku bom bunuh diri.

Atas kejadian itu, Andi mengaku tidak mau mengurusi jenazah Dedek. Ia hanya fokus dengan nasib putrinya yang kini masih ditahan di Brimob Polda Sumut. “Kalau itu (jenazah, Red), keluarga laki-lakilah. Saya tidak mau beripikir. Saya tidak mau lagi mengurus masalah si Dedek. Masalah anak saya saja yang saya urus. Kondisinya masih sehat. Sekarang masih tahanan Brimob,” tutur Andi.

Andi mengakui, putrinya pernah menjenguk tahanan teroris di Lapas Wanita Tanjung Gusta Medan berinsial IPS alias I alias TS alias SBS (38). Tapi menurutnya, Dewi tidak sendirian menjumpai napi teroris itu. Namun bersama temannya.

“Itu diterangkan Humas Mabes Polri. Yang berniat mau nyerang Bali ya si napi itu. Bukan si Dewi. Rencana I, bukan orang mereka berdua. Jadinya si Dewi ditumbalkan dan dijebak. Karena I tahanan, dibilang tidak bersalah,” katanya kesal.

Menurutnya, Dewi hanya mengantar obat ke Lapas. Kata dia, saat menjenguk ke lapas, si napiter berkata ke Dewi: “Kau jangan takut. Kalau kau ditangkap, kami turun tangan semua,” jelas Andi.

“Setelah menjenguk tahanan (napiter) itu, kami tanya Dewi. Dia bilang ia tidak sendiri. Tapi berdua sama kawannya. Malah kami dimop si Dewi itu. ‘Sudah mamak, tidak apa-apa itu.’ Sudah keras kepala si Dewi itu. Sudah rusak dicuci otaknya,” katanya.

Pemko dan Polisi Diminta Tidak Lengah

Terkait serangan bom bunuh diri di Mapoltabes Medan pada Rabu (13/11) pagi, Pemko Medan dan pihak Kepolisian diniali gagal mencegah paham radikalisme merasuk ke tengah-tengah masyarakat Kota Medan.

“Ini harus jadi pelajaran bagi semua pihak, baik itu pemerintah maupun pihak kepolisian. Kota Medan yang selama ini aman dan jauh dari paham radikalisme, sudah mulai terusik. Ini harusnya jadi perhatian khusus,” Ucap Ketua Fraksi NasDem DPRD Medan, Afif Abdillah, Jumat (15/11).

Disebutkan Afif, sebenarnya paham-paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat bisa terdeteksi sejak awal, bila fungsi pemerintah bisa bergerak dari bawah. “Misalnya Kepling, harus memantau warganya. Lihat apa kebiasaan serta kesehariannya. Bila ada hal-hal yang mencurigakan, harusnya koordinasi dengan TNI atau Polri,” sebutnya.

Diterangkan Afif, orang-orang yang terpapar paham radikalisme sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan berkelompok. Perhatiakn, apakah orang itu berbaur atau tidak. Kalau berbaur dan berkelompok, dengan siapa? Ini harus diketahui Kepling. Karena orang seperti itu biasanya punya kelompok yang terbangun dengan kuat,” terangnya.

Selain itu, sambung Afif, pemerintah wajib mencegah masuknya paham-paham radikalisme dengan berkoordinasi pada pengurus-pengurus masjid serta aparat keamanan di tingkat lingkungan.

“Bisa juga berangkat dari remaja-remaja masjid. Mereka harus diberi pemahaman, diberi edukasi serta pengetahuan akan bahayanya paham radikalisme. Usia remaja harus dijaga ketat, karena merekalah usia yang paling mudah untuk terpengaruh oleh paham-paham seperti itu. Mereka harus dibina dalam ilmu agama termasuk rasa cinta kebangsaan,” sambungnya.

Terakhir, lanjut Afif, kepolisian diminta meningkatkan keamanan agar tidak terjadi aksi-aksi susulan atas peristiwa bom bunuh diri di Mapoltabes Kota Medan.

“Khususnya ditempat-tempat keramaian seperti mall, rumah sakit, hotel, dan tempat-tempat ramai lainnya. Kalau markas polisi saja bisa diserang, apalagi tempat-tempat seperti itu,” tutupnya. (gus/map)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/