Penyataan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengenai kemungkinan Pembajakan pesawat Boeing 777-200 yang raib sejak 8 Maret lalu memunculkan secercah harapan untuk para keluarga korban. Mereka berharap, kabar itu benar adanya. Dan, semua penumpang kembali dengan selamat.
BAGI Danica Weeks, insiden bukanlah sesuatu yang baru. Perempuan asal Selandia Baru itu beberapa kali berhadapan dengan tragedi dan peristiwa buruk yang nyaris merenggut nyawa. Misalnya, kejadian yang dia alami pada 2010.
Saat gempa bumi dahsyat mengguncang Kota Christchurch, dirinya sedang berjuang melahirkan Lincoln, putra pertamanya.
Sekitar tiga tahun kemudian, tepatnya pada Desember 2013, Danica kembali bergulat dengan maut. Ketika itu, dalam perjalanan menuju Australia, dia beserta suami dan anaknya terlibat dalam kecelakaan parah. Untungnya, mereka masih selamat. Tetapi, kali ini Danica seakan tidak kuasa berhadapan lagi dengan ancaman kematian setelah sang suami, Paul, dikabarkan berada dalam pesawat nahas tersebut.
‘’Mirip firasat, Paul sengaja melepas cincin kawin kami dan menyimpannya di rumah. Dia berpesan agar saya memberikan cincin itu kepada anak-anak kami jika ada hal buruk yang menimpanya,’’ ungkap ibu dua putra tersebut sebagaimana dilansir CNN Jumat lalu (14/3). Selain cincin, Paul yang seorang pekerja tambang itu meninggalkan arlojinya di rumah.
Belakangan, Danica baru paham bahwa Paul yang bertolak ke Mongolia untuk urusan pekerjaan tersebut sudah merasa akan berpisah dengan keluarga kecilnya. ‘’Enam hari berlalu sejak peristiwa itu terjadi. Tapi, rasanya tampak selamanya,’’ ujarnya. Sambil menggenggam cincin kawin sang suami, Danica menyebut Paul sebagai suami dan ayah yang sangat baik dan penyayang.
Larut dalam kesedihan yang sama dengan Danica, Hu Xianquan cemas menantikan perkembangan kabar MH370. Berbeda dengan keluarga dan kerabat korban lainnya, suami Mao Tugui itu memilih memantau berita dari hotel di dekat Bandara Internasional Beijing. Sebab, dia tidak yakin menyerap lebih banyak informasi jika berada di Malaysia. Apalagi dirinya tidak bisa berbahasa Inggris atau Melayu.
Hu berbicara melalui telepon dengan Mao kali terakhir pada 2 Maret. Saat itu Mao yang seorang pelukis sedang boarding pesawat tujuan Malaysia untuk menghadiri sebuah pameran. ‘’Saya baru tahu pesawat itu hilang beberapa hari setelah insiden terjadi. Tidak ada yang menginformasikan hal tersebut kepada saya,’’ katanya dalam bahasa Mandarin.
Hu tidak sendiri. KS Narendran dari India pun memilih menantikan kabar tentang istrinya dari Negeri Taj Mahal. Dia menolak diberangkatkan ke Malaysia. ‘’Saya tidak perlu terbang ke Kuala Lumpur hanya untuk mendapat informasi yang sama dengan yang saya terima di sini,’’ paparnya dari Kota Chennai. Dia berharap ada kabar tentang sang istri, Chandrika Sharma, dari Malaysia.
Selain pebisnis dan turis, pesawat nahas itu mengangkut Ju Kun, pakar bela diri asal Tiongkok yang cukup punya nama sebagai stuntman. Pria 35 tahun itu menumpang MH370 karena terlibat dalam serial Marco Polo yang rencananya mulai syuting pada akhir bulan ini. Melalui akun Weibo-nya, bintang film Zhang Ziyi menyampaikan untaian doanya kepada Ju.
Jika sebagian besar penumpang bepergian secara individu, tidak demikian Wang Rui dan Jiao Weiwei. Pasangan suami istri tersebut sengaja mengajak balita mereka yang masih berusia 22 bulan, Wang Moheng, berlibur ke Malaysia. Keluarga muda yang berasal dari Tiongkok itu juga mengajak orang tua Jiao dalam perjalanan luar negeri perdana mereka tersebut.
Malangnya, perjalanan jarak jauh pertama mereka itu harus berakhir tragis. Mereka dinyatakan raib bersama pesawat yang mereka tumpangi akhir pekan lalu. Wang pun tercatat sebagai penumpang terkecil dalam pesawat. Menurut data lain, seorang bocah berusia setahun asal Amerika Serikat (AS) merupakan korban termuda. Tetapi, belum ada konfirmasi tentang hal tersebut.
Beberapa media Barat menyebut nama Leo Meng sebagai penumpang termuda. Konon, dia bepergian bersama sang kakak, Nicole Meng, yang usianya baru tiga tahun. Tidak jelas dua bocah berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS) itu menumpang pesawat bersama orang tua atau keluarga lain. Sebab, dalam daftar manifes, tidak ada orang dewasa asal AS dengan nama keluarga yang sama.
Dalam manifes yang banyak beredar di internet, disebutkan beberapa nama orang dewasa dengan marga Meng dari Tiongkok. Sayangnya, pihak maskapai tidak bisa mengonfirmasi apa pun soal data tersebut. Bila Leo atau Wang menjadi penumpang atau korban termuda, penumpang tertua yang ikut raib dalam insiden tersebut adalah Rusheng Liu yang berusia 76 tahun.
Kesedihan juga pasti melanda dua anak perempuan pasangan Gu Naijun dan Li Yuan. Dua warga Tiongkok itu menjajal peruntungan mereka di Australia. Namun, nasib belum berpihak kepada mereka. Bisnis yang dibangun bangkrut. Gu dan Li lantas memutuskan untuk pulang kampung. Dua gadis kecil mereka lebih dulu dipulangkan ke Tiongkok. Sementara itu, Gu dan Li menumpang MH370. Tetapi, takdir berkata lain. Keduanya sangat mungkin tidak akan lagi bertemu dengan putri terkasih. Dua anak perempuan lucu itu pun kehilangan orangtua mereka.
Dalam akun blog-nya di Weibo, Gu, 31, mem-posting fotonya bersama si kecil sebelum boarding ke MH370. Foto-foto tersebut menggambarkan kebahagiaan mereka sebagai keluarga kecil.
Tidak kunjung adanya kejelasan terkait dengan insiden yang menyedot perhatian dunia itu membuat Malaysia, khususnya Malaysia Airlines, tertekan. Selain bekerja sama dengan beberapa negara di sekitar lokasi raibnya pesawat, maskapai tersebut menghentikan operasional seluruh pesawat dengan kode MH370 dan MH-371. Tujuannya adalah menghormati para korban yang nasibnya belum jelas. (cnn/waj/hep/c14/tia/jpnn/rbb)