30 C
Medan
Monday, October 28, 2024
spot_img

Kasus Pembongkaran Masjid Diungkit

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Puluhan warga yang tergabung dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Masyarakat Pribumi Indonesia dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM) terlibat bentrok dengan satpam centre Point saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Centre Point di Jln. Jawa Medan, Senin (16/3).  Mereka menolak pembangunan Centre Point karena masih bersengketa di dalam proses hukum tanpa Ijin Membangun Bangunan (IMB).
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Puluhan warga yang tergabung dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Masyarakat Pribumi Indonesia dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM) terlibat bentrok dengan satpam centre Point saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Centre Point di Jln. Jawa Medan, Senin (16/3). Mereka menolak pembangunan Centre Point karena masih bersengketa di dalam proses hukum tanpa Ijin Membangun Bangunan (IMB).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua gelombang massa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Utara dan Masyarakat Pribumi Indonesia berunjuk rasa di depan gedung Centre Point, Jalan Jawa, Medan, Senin (16/3) siang. Massa yang diperkirakan berjumlah 50 orang ini menuntut beberapa hal kepada pihak Centre Point, yakni membangun kembali Madrasah dan Masjid Al Hidayah serta membuka Jalan Madura.

“Kita menuntut Madrasah dan Masjid Al Hidayah yang dibongkar oleh PT ACK agar dibangun kembali ditempat semula. Selain itu, Jalan Madura yang ditutup juga dibuka kembali,” teriak massa dari Masyarakat Pribumi Indonesia.

Menurut salah seorang pengunjuk rasa, Leo Adnan Imsar, ngotot mengatakan Centre Point di bangun di atas tanah bermasalah. “Memang bangunan masjid dipindahkan ke depan (samping kantor Polsek Medan Timur, Red). Tapi ternyata, lahan masjid itu bermasalah lantaran milik PT KAI. Jadi, kami meminta kepada PT ACK agar arif dalam melihat persoalan ini apalagi menyangkut masalah ibadah,” kata Leo.

Ia menyebut, seharusnya masjid itu dibangun di tempat semula. “Jadi, dalam minggu ini kami harap bisa dirundingkan bagaimana solusinya. Jangan mentang-mentang memiliki kekuatan atau uang bisa sewenang-wenang soal masjid,” sebutnya.

Leo menambahkan, dalam tenggat waktu 3×24 jam pihak Centre Point dapat memberikan jawaban atau solusi. “Kami akan terus melakukan aksi jika tuntutan ini belum terpenuhi,” tukasnya.

Sementara itu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Utara menyatakan, agar Centre Point membebaskan tanah PT KAI yang merupakan aset negara. Selain itu, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dipertanyakan.

“Kita melihat bersama adanya kezaliman, ketidakadilan yang dilakukan PT Agra Citra Kharisma (ACK) yang menyerobot tanah negara yang dipercayakan kepada PT KAI,” kata kata koordinator aksi Rahman Syahputra Sirait.

Setelah setengah jam menyampaikan tuntutannya, perwakilan manajemen Centre Point pun akhirnya menanggapi aksi massa. Irwan selaku Humas Centre Point menyebut akan menyampaikan ke pimpinannya.

“Aspirasinya saya tampung dan saya akan sampaikan ke pimpinan. Apalagi terkait masalah ibadah, saya selaku Muslim akan serius menyampaikan ini,” kata Irwan.

Jadi, tambahnya, apapun aspirasinya akan segera disampaikan ke pimpinan secara tertulis.

Amatan Sumut Pos, sebelum pihak Centre Point menanggapi tuntutan tersebut, massa sempat ricuh dengan petugas sekuriti lantaran memaksa masuk ke dalam gedung. Massa nyaris terlibat baku hantam dengan sekuriti Centre Point. Pasalnya, sekuriti menghalangi pengunjuk rasa yang mencoba merangsek masuk.

“Kau (sekuriti, Red) jangan bodoh, digaji untuk melawan saudara kau sendiri,” kata salah seorang pengunjuk rasa.

Untungnya, keributan ini tidak berlangsung lama. Petugas Polsek Medan Timur yang turun ke lokasi berhasil menenangkan aksi masa.

Akibat aksi ini, arus lalu lintas di Jalan Jawa sempat macet. Pasalnya, kendaraan yang melintas terhalang lantaran sejumlah massa berdiri di badan jalan. Petugas kepolisian pun tampak sibuk mengurai kemacetan tersebut. (ris/rbb)

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Puluhan warga yang tergabung dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Masyarakat Pribumi Indonesia dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM) terlibat bentrok dengan satpam centre Point saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Centre Point di Jln. Jawa Medan, Senin (16/3).  Mereka menolak pembangunan Centre Point karena masih bersengketa di dalam proses hukum tanpa Ijin Membangun Bangunan (IMB).
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Puluhan warga yang tergabung dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Masyarakat Pribumi Indonesia dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM) terlibat bentrok dengan satpam centre Point saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Centre Point di Jln. Jawa Medan, Senin (16/3). Mereka menolak pembangunan Centre Point karena masih bersengketa di dalam proses hukum tanpa Ijin Membangun Bangunan (IMB).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua gelombang massa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Utara dan Masyarakat Pribumi Indonesia berunjuk rasa di depan gedung Centre Point, Jalan Jawa, Medan, Senin (16/3) siang. Massa yang diperkirakan berjumlah 50 orang ini menuntut beberapa hal kepada pihak Centre Point, yakni membangun kembali Madrasah dan Masjid Al Hidayah serta membuka Jalan Madura.

“Kita menuntut Madrasah dan Masjid Al Hidayah yang dibongkar oleh PT ACK agar dibangun kembali ditempat semula. Selain itu, Jalan Madura yang ditutup juga dibuka kembali,” teriak massa dari Masyarakat Pribumi Indonesia.

Menurut salah seorang pengunjuk rasa, Leo Adnan Imsar, ngotot mengatakan Centre Point di bangun di atas tanah bermasalah. “Memang bangunan masjid dipindahkan ke depan (samping kantor Polsek Medan Timur, Red). Tapi ternyata, lahan masjid itu bermasalah lantaran milik PT KAI. Jadi, kami meminta kepada PT ACK agar arif dalam melihat persoalan ini apalagi menyangkut masalah ibadah,” kata Leo.

Ia menyebut, seharusnya masjid itu dibangun di tempat semula. “Jadi, dalam minggu ini kami harap bisa dirundingkan bagaimana solusinya. Jangan mentang-mentang memiliki kekuatan atau uang bisa sewenang-wenang soal masjid,” sebutnya.

Leo menambahkan, dalam tenggat waktu 3×24 jam pihak Centre Point dapat memberikan jawaban atau solusi. “Kami akan terus melakukan aksi jika tuntutan ini belum terpenuhi,” tukasnya.

Sementara itu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Utara menyatakan, agar Centre Point membebaskan tanah PT KAI yang merupakan aset negara. Selain itu, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dipertanyakan.

“Kita melihat bersama adanya kezaliman, ketidakadilan yang dilakukan PT Agra Citra Kharisma (ACK) yang menyerobot tanah negara yang dipercayakan kepada PT KAI,” kata kata koordinator aksi Rahman Syahputra Sirait.

Setelah setengah jam menyampaikan tuntutannya, perwakilan manajemen Centre Point pun akhirnya menanggapi aksi massa. Irwan selaku Humas Centre Point menyebut akan menyampaikan ke pimpinannya.

“Aspirasinya saya tampung dan saya akan sampaikan ke pimpinan. Apalagi terkait masalah ibadah, saya selaku Muslim akan serius menyampaikan ini,” kata Irwan.

Jadi, tambahnya, apapun aspirasinya akan segera disampaikan ke pimpinan secara tertulis.

Amatan Sumut Pos, sebelum pihak Centre Point menanggapi tuntutan tersebut, massa sempat ricuh dengan petugas sekuriti lantaran memaksa masuk ke dalam gedung. Massa nyaris terlibat baku hantam dengan sekuriti Centre Point. Pasalnya, sekuriti menghalangi pengunjuk rasa yang mencoba merangsek masuk.

“Kau (sekuriti, Red) jangan bodoh, digaji untuk melawan saudara kau sendiri,” kata salah seorang pengunjuk rasa.

Untungnya, keributan ini tidak berlangsung lama. Petugas Polsek Medan Timur yang turun ke lokasi berhasil menenangkan aksi masa.

Akibat aksi ini, arus lalu lintas di Jalan Jawa sempat macet. Pasalnya, kendaraan yang melintas terhalang lantaran sejumlah massa berdiri di badan jalan. Petugas kepolisian pun tampak sibuk mengurai kemacetan tersebut. (ris/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru