Sebelumnya pada Rabu (15/3) sekira pukul 01.00 WIB, keponakan korban, Ependi Saragih Garingging tersentak dari tidur. Ia mendengar suara mirip lolongan anjing di tempatnya tinggal. Awalnya ia merasa heran karena sejak dua bulan terakhir, mereka sudah tidak memelihara hewan peliharaan. Ependi pun bangkit dari tidur karena penasaran dengan lolongan tersebut. Ia memeriksa ruang demi ruang di rumah.
Semakin melangkah memeriksa beberapa kamar yang ada di rumahnya. Suara lolongan semakin jelas didengar Ependi. Dan betapa terkejutnya dia, saat membuka kamar yang ditempati oleh bapatua (abang dari ayah,red), suara itu semakin keras terdengar berulang-ulang. Ependi terperangah, ternyata suara lolongan seperti anjing itu adalah suara bapatuanya Sudiman Saragih Garingging.
Perasaan panik, takut dan khawatir langsung bercampur aduk. Ependi tak tahu harus berkata apa lagi. Ia langsung teringat peristiwa dua bulan sebelumnya, saat Sudiman yang sudah dianggapnya sebagai orangtua sendiri dan tempatnya menumpang selama ini, digigit anjing peliharaannya.
Tak hanya melolong, kondisi Sudiman saat itu tidak seperti biasa. Ia berbicara sendiri dan sesekali mengamuk, menyenggol barang-barang yang ada di sekitarnya hingga berjatuhan.
Karena kondisi itu pula, Ependi langsung keluar dari rumah dan menemui kerabatnya yang tinggal tak jauh dari kediaman Sudiman yang hingga kini diketahui masih berstatus lajang.
Kepada Metro Siantar, Ependi mengakui bahwa tangan kiri Sudiman pernah digigit anjing peliharaannya pada akhir bulan Januari 2017 silam. “Dulu kan kami memelihara anjing. Kebetulan aku memang tinggal di sini bersama Bapatua,” ujarnya membuka pembicaraan.
Dia melanjutkan, setelah digigit Sudiman langsung menangkap hewan peliharaannya tersebut. Dibantu keluarga yang lain, anjing itu kemudian dibunuh.
“Setelah itu kami sudah menganjurkan agar Bapatua segera berobat dan disuntik rabies. Tapi beliau tidak mendengarnya,” jelas Ependi.
Setelah itu, memang tidak ada perubahan drastis terhadap Sudiman. Hari-harinya berjalan seperti biasa. Bahkan keluarganya yang lain sempat senang karena tidak ada gejala rabies yang diderita Sudiman.
Namun pada Rabu dinihari, keanehan itu terjadi. Sudiman mengerang kesakitan lalu melolong, berbicara sendiri dan mengamuk. Selain itu, Sudiman terkesan takut dengan air. Minuman serta makanan yang diberikan juga tidak disentuh. Bahkan ia tidak menyukai cahaya dan lebih memilih lokasi yang gelap.
Ependi yang mengetahui hal itu langsung memanggil keluarga dan tetangganya yang lain di kampung itu. Mereka pun berembuk untuk mengambil tindakan terhadap Sudiman. Sebab menurut keluarga, apa yang dialami Sudiman itu merupakan penyakit rabies stadium akhir dan tidak akan tertolong lagi jika diberi pengobatan saat ini.
Mereka juga tidak mau rabies itu tertularkan ke warga sekitar.
“Lalu ada kesimpulannya, Bapatua diisolasi di kediamannya sendiri. Makanya seluruh pintu dan jendela dikunci, agar Bapatua tidak bisa keluar,” jelasnya. (ss/hez)