28 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Burung Gagak Berkicau Saat Azmi Ngapelin Puji

Puji Astuti bersama pacarnya Ululazmi.
Puji Astuti bersama pacarnya Ululazmi.

TANJUNGMORAWA, SUMUTPOS.CO – Tewasnya Puji Astuti dalam kecelakaan di Jalan SM. Raja dekat Jembatan Amplas, meninggalkan kesedihan mendalam bagi kedua orangtuanya, Sutarto (49) dan Painem (42), serta abangnya, Basuki Rahman (21).

amatan di rumah duka, Jl. Irian, Gang Karya, Link. V, Kel. Tanjung Morawa Pekan, Kec. Tanjung Morawa, pada Selasa (16/12) pagi. Warga sekitar dan teman-teman kampus Puji di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, memadati rumah duka hingga ke teras.

Sutarto sendiri terlihat duduk lemas di bangku plastik warna biru. Dari wajah pria yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu, terpancar kesedihan yang mendalam. Kedua matanya memerah karena terus menangis. Pun begitu, pria yang keseharian berprofesi sebagai penjual bakso tersebut tetap berusaha tegar dihadapan pelayat.

Setelah mengucapkan turut berduka cita, wartawan mencoba melakukan wawancara terkait kematian putri bungsunya. Walau sempat terdiam sejenak, pria ini akhirnya bersedia mengisahkan kenangan di hari-hari terakhir Puji.

Secara perlahan, Sutarto pun menceritakan bahwa pada Sabtu (13/12) malam lalu, Ulul Azmi Lubis (sebelumnya disebut Lutfi Azmi Lubis), berkunjung ke rumah mereka.

Kehadiran Azmi pun disambut ceria oleh korban. Saat itu, dua insan yang sedang memadu kasih ini terlihat asyik bercerita di ruang tamu. Tidak ingin mengganggu, Sutarto dan istrinya memilih istirahat lebih awal (masuk kamar).

Tidak diketahui secara pasti sampai jam berapa Azmi dan Puji berbincang. Namun yang jelas, pagi harinya, Minggu (14/12), korban sangat ceria. “Sehari-hari Puji memang ceria. Tapi hari Minggu itu, dia (Puji) lebih ceria dari yang biasanya,” kenang Sutarto.

Keceriaan tersebut diluapkan anak kedua dari dua bersaudara ini dengan bernyanyi sembari membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah. “Dia terus bernyanyi lagu barat yang saya sendiri tidak mengerti apa artinya,” ujar Sutarto.

Sambil sesekali mengusap air mata yang membasahi pipinya, Sutarto mengungkapkan kalau Puji memang sering diantar pulang oleh Azmi. Soal firasat, selain bernyanyi, dirinya sama sekali tidak ada yang aneh pada diri putrinya.

Puji berprilaku biasa. Sebagai contoh saat akan berangkat kuliah pada Senin (15/12) siang. Puji hanya meminta uang jajan yang biasa diminta setiap pergi kuliah.

Begitu juga saat akan berangkat kuliah, seperti biasanya, Puji permisi kepada Sutarto dan ibunya. “Tidak ada tingkah atau pun perbuatan aneh ditunjukkan Puji pada hari nahas kemarin,” sedih Sutarto.

Meski mengaku tidak ada firasat langsung ditunjukkan Puji, namun Sutarto mengatakan kalau dirinya mendengar suara burung gagak di belakang rumah mereka pada Sabtu (13/12) lalu, malam saat Azmi mengapelin Puji. Hanya saja, dia sama sekali tidak mengira suara burung gagak itu sebagai pertanda buruk.

Selain suara burung Gagak, kejadian aneh lainnya terjadi pada Rabu (10/12) lalu, saat mengikuti acara perkumpulan di Pasar IX, Desa Tanjung Baru, Kec. Tanjung Morawa.

Ketika itu, dirinya tiba-tiba diberikan Rp 350 ribu sebagai uang duka. Merasa tidak ada anggota keluarganya yang meninggal, Sutarto sempat mempertanyakan dana santunan tersebut.

Atas pertanyaannya, seorang pengurus perkumpulan menjelaskan kalau dana itu merupakan uang duka atas ayahnya, kakek Puji yang meninggal dunia pada 15 Agustus 2014 lalu.

Mendengar penjelasan itu, dirinya langsung menolak dengan alasan kalau santunan dimaksud sudah diterimanya dari perkumpulan pada tanggal 11 September 2014 lalu.

Sejak saat itu, pikiran dan hati Sutarto tidak tenang. Bahkan, beberapa kali sempat terpikir kalau sesuatu yang buruk akan menimpanya atau keluarganya. “Yah, mungkin kejadian itu salah satu tanda kemalangan ini,” kesahnya.

Masih dari rumah duka, salah seorang teman kampus Puji menyebutkan kalau almarhum dikenal sebagai sosok yang ceria. Sifatnya yang mudah bergaul membuat Puji banyak dikenal. Tidak hanya oleh teman-teman di semester I jurusan Bahasa Inggris, tetapi juga di kalangan senior mereka. ‘Terkenalnya’ Puji juga tidak terlepas dari keaktifannya dalam kegiatan kampus. Ditambah lagi, gadis berjilbab ini mengikuti kelompok tari di kampus mereka.

Terpisah, kondisi Azmi yang mengalami patah tangan, kaki, dan pinggang saat kecelakaan itu mulai membaik. Guna mempercepat pemulihannya, keluarga membawa kekasih Puji tersebut berobat alternatif.

Langkah yang dipilih keluarga Azmi terungkap saat kru menyambangi rumahnya di Dusun I, Gang Tapai, Desa Tanjung Morawa B, Kec. Tanjung Morawa.

Awalnya, di rumah yang merangkap Yayasan Pendidikan Islam An-Nur itu terlihat sepi. Pun begitu, kru Koran ini berhasil bertemu dengan adik Azmi bernama Iqrowia (16).

Disebutkan anak kedua dari tiga bersaudara ini menyebutkan kalau Azmi merupakan anak sulung. Disinggung tentang kondisi Azmi, Iqrowia menyebutkan bahwa abangnya sedang dibawa kerabat mereka berobat ke dukun patah.

Ditambahkan gadis berjilbab ini, abangnya adalah pekerja keras dan mandiri. Sebagai bukti, selain kuliah, Azmi adalah seorang guru. “Abang mengajar di SD Harapan Bangsa Tanjung Morawa. Sekarang ini, abang sudah semester III jurusan Bahasa Inggris,” bebernya.

“Aku tahu abang kecelakaan dari SMS kawan kuliahnya. Selain itu, ada juga kawannya yang datang langsung kemari untuk mengabari kecelakaan itu,” tambahnya.

Sembari mengaku kalau dirinya mengetahui kecelakaan yang dialami abangnya melalui teman kampus Azmi yang datang ke rumah serta melalui SMS.

 

Sopir Truk Minta Maaf

Dari gedung Satlantas Polresta Medan, kepada POSMETRO MEDAN, Baim (27) yang merupakan sopir truk yang menggilas Puji mengaku sama sekali menyesali kecelakaan tersebut dan meminta maaf kepada keluarga korban.

Dijelaskan warga Jalan Srigunting, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, ini dirinya melajukan truk dengan sangat lambat yakni sekitar 10 km/jam. “Nggak sangka aku bang. Soalnya, pelan kali aku saat itu bang. 10 kilometer per jam nya kecepatan aku bang,” akunya.

Dikatakannya, korban melajukan sepedamotor ketika berada di pemutaran tersebut. Karena itu pula, dirinya tidak dapat menghindari benturan. Pun begitu, Baim tetap mengaku salah.

“Uda nggak bisa ngelak lagi lah bang. Jaraknya dekat lagi. Orang itu pun kencang. Saya minta maaf kepada keluarga korban. Bagaimana pun saya tetap salah. Saya minta maaf ya,” ungkapnya.

Sesaat menenangkan diri, Baim menyebutkan bahwa dirinya sama sekali tidak berniat untuk melarikan diri usai kecelakaan. Karena takut diamuk massa, dirinya memilih menyerahkan diri ke kantor polisi terdekat.

Sebagai ungkapan bela sungkawa, pimpinan tempatnya bekerja telah menyantuni keluarga korban. “Orang kantor sudah datang ke rumah korban. Mereka (pihak perusahaan) juga sudah kemari,” imbuhnya.

Terpisah, Kasat Lantas Polresta Medan, Kompol Budi Hendrawan mengatakan, kalau saat ini tersangka dijerat Pasal 310 ayat (4) UU LLAJ dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 juta. (cr-1/ind/ras)

Puji Astuti bersama pacarnya Ululazmi.
Puji Astuti bersama pacarnya Ululazmi.

TANJUNGMORAWA, SUMUTPOS.CO – Tewasnya Puji Astuti dalam kecelakaan di Jalan SM. Raja dekat Jembatan Amplas, meninggalkan kesedihan mendalam bagi kedua orangtuanya, Sutarto (49) dan Painem (42), serta abangnya, Basuki Rahman (21).

amatan di rumah duka, Jl. Irian, Gang Karya, Link. V, Kel. Tanjung Morawa Pekan, Kec. Tanjung Morawa, pada Selasa (16/12) pagi. Warga sekitar dan teman-teman kampus Puji di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, memadati rumah duka hingga ke teras.

Sutarto sendiri terlihat duduk lemas di bangku plastik warna biru. Dari wajah pria yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu, terpancar kesedihan yang mendalam. Kedua matanya memerah karena terus menangis. Pun begitu, pria yang keseharian berprofesi sebagai penjual bakso tersebut tetap berusaha tegar dihadapan pelayat.

Setelah mengucapkan turut berduka cita, wartawan mencoba melakukan wawancara terkait kematian putri bungsunya. Walau sempat terdiam sejenak, pria ini akhirnya bersedia mengisahkan kenangan di hari-hari terakhir Puji.

Secara perlahan, Sutarto pun menceritakan bahwa pada Sabtu (13/12) malam lalu, Ulul Azmi Lubis (sebelumnya disebut Lutfi Azmi Lubis), berkunjung ke rumah mereka.

Kehadiran Azmi pun disambut ceria oleh korban. Saat itu, dua insan yang sedang memadu kasih ini terlihat asyik bercerita di ruang tamu. Tidak ingin mengganggu, Sutarto dan istrinya memilih istirahat lebih awal (masuk kamar).

Tidak diketahui secara pasti sampai jam berapa Azmi dan Puji berbincang. Namun yang jelas, pagi harinya, Minggu (14/12), korban sangat ceria. “Sehari-hari Puji memang ceria. Tapi hari Minggu itu, dia (Puji) lebih ceria dari yang biasanya,” kenang Sutarto.

Keceriaan tersebut diluapkan anak kedua dari dua bersaudara ini dengan bernyanyi sembari membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah. “Dia terus bernyanyi lagu barat yang saya sendiri tidak mengerti apa artinya,” ujar Sutarto.

Sambil sesekali mengusap air mata yang membasahi pipinya, Sutarto mengungkapkan kalau Puji memang sering diantar pulang oleh Azmi. Soal firasat, selain bernyanyi, dirinya sama sekali tidak ada yang aneh pada diri putrinya.

Puji berprilaku biasa. Sebagai contoh saat akan berangkat kuliah pada Senin (15/12) siang. Puji hanya meminta uang jajan yang biasa diminta setiap pergi kuliah.

Begitu juga saat akan berangkat kuliah, seperti biasanya, Puji permisi kepada Sutarto dan ibunya. “Tidak ada tingkah atau pun perbuatan aneh ditunjukkan Puji pada hari nahas kemarin,” sedih Sutarto.

Meski mengaku tidak ada firasat langsung ditunjukkan Puji, namun Sutarto mengatakan kalau dirinya mendengar suara burung gagak di belakang rumah mereka pada Sabtu (13/12) lalu, malam saat Azmi mengapelin Puji. Hanya saja, dia sama sekali tidak mengira suara burung gagak itu sebagai pertanda buruk.

Selain suara burung Gagak, kejadian aneh lainnya terjadi pada Rabu (10/12) lalu, saat mengikuti acara perkumpulan di Pasar IX, Desa Tanjung Baru, Kec. Tanjung Morawa.

Ketika itu, dirinya tiba-tiba diberikan Rp 350 ribu sebagai uang duka. Merasa tidak ada anggota keluarganya yang meninggal, Sutarto sempat mempertanyakan dana santunan tersebut.

Atas pertanyaannya, seorang pengurus perkumpulan menjelaskan kalau dana itu merupakan uang duka atas ayahnya, kakek Puji yang meninggal dunia pada 15 Agustus 2014 lalu.

Mendengar penjelasan itu, dirinya langsung menolak dengan alasan kalau santunan dimaksud sudah diterimanya dari perkumpulan pada tanggal 11 September 2014 lalu.

Sejak saat itu, pikiran dan hati Sutarto tidak tenang. Bahkan, beberapa kali sempat terpikir kalau sesuatu yang buruk akan menimpanya atau keluarganya. “Yah, mungkin kejadian itu salah satu tanda kemalangan ini,” kesahnya.

Masih dari rumah duka, salah seorang teman kampus Puji menyebutkan kalau almarhum dikenal sebagai sosok yang ceria. Sifatnya yang mudah bergaul membuat Puji banyak dikenal. Tidak hanya oleh teman-teman di semester I jurusan Bahasa Inggris, tetapi juga di kalangan senior mereka. ‘Terkenalnya’ Puji juga tidak terlepas dari keaktifannya dalam kegiatan kampus. Ditambah lagi, gadis berjilbab ini mengikuti kelompok tari di kampus mereka.

Terpisah, kondisi Azmi yang mengalami patah tangan, kaki, dan pinggang saat kecelakaan itu mulai membaik. Guna mempercepat pemulihannya, keluarga membawa kekasih Puji tersebut berobat alternatif.

Langkah yang dipilih keluarga Azmi terungkap saat kru menyambangi rumahnya di Dusun I, Gang Tapai, Desa Tanjung Morawa B, Kec. Tanjung Morawa.

Awalnya, di rumah yang merangkap Yayasan Pendidikan Islam An-Nur itu terlihat sepi. Pun begitu, kru Koran ini berhasil bertemu dengan adik Azmi bernama Iqrowia (16).

Disebutkan anak kedua dari tiga bersaudara ini menyebutkan kalau Azmi merupakan anak sulung. Disinggung tentang kondisi Azmi, Iqrowia menyebutkan bahwa abangnya sedang dibawa kerabat mereka berobat ke dukun patah.

Ditambahkan gadis berjilbab ini, abangnya adalah pekerja keras dan mandiri. Sebagai bukti, selain kuliah, Azmi adalah seorang guru. “Abang mengajar di SD Harapan Bangsa Tanjung Morawa. Sekarang ini, abang sudah semester III jurusan Bahasa Inggris,” bebernya.

“Aku tahu abang kecelakaan dari SMS kawan kuliahnya. Selain itu, ada juga kawannya yang datang langsung kemari untuk mengabari kecelakaan itu,” tambahnya.

Sembari mengaku kalau dirinya mengetahui kecelakaan yang dialami abangnya melalui teman kampus Azmi yang datang ke rumah serta melalui SMS.

 

Sopir Truk Minta Maaf

Dari gedung Satlantas Polresta Medan, kepada POSMETRO MEDAN, Baim (27) yang merupakan sopir truk yang menggilas Puji mengaku sama sekali menyesali kecelakaan tersebut dan meminta maaf kepada keluarga korban.

Dijelaskan warga Jalan Srigunting, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, ini dirinya melajukan truk dengan sangat lambat yakni sekitar 10 km/jam. “Nggak sangka aku bang. Soalnya, pelan kali aku saat itu bang. 10 kilometer per jam nya kecepatan aku bang,” akunya.

Dikatakannya, korban melajukan sepedamotor ketika berada di pemutaran tersebut. Karena itu pula, dirinya tidak dapat menghindari benturan. Pun begitu, Baim tetap mengaku salah.

“Uda nggak bisa ngelak lagi lah bang. Jaraknya dekat lagi. Orang itu pun kencang. Saya minta maaf kepada keluarga korban. Bagaimana pun saya tetap salah. Saya minta maaf ya,” ungkapnya.

Sesaat menenangkan diri, Baim menyebutkan bahwa dirinya sama sekali tidak berniat untuk melarikan diri usai kecelakaan. Karena takut diamuk massa, dirinya memilih menyerahkan diri ke kantor polisi terdekat.

Sebagai ungkapan bela sungkawa, pimpinan tempatnya bekerja telah menyantuni keluarga korban. “Orang kantor sudah datang ke rumah korban. Mereka (pihak perusahaan) juga sudah kemari,” imbuhnya.

Terpisah, Kasat Lantas Polresta Medan, Kompol Budi Hendrawan mengatakan, kalau saat ini tersangka dijerat Pasal 310 ayat (4) UU LLAJ dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 juta. (cr-1/ind/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/