TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Curah hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di Sumatera Utara sejak sepekan terakhir, telah menimbulkan banjir dan longsor. Bahkan, sejumlah infrastruktur dan fasilitas publik rusak akibat banjir dan longsor tersebut.
BANJIR terparah terjadi di Kota Tebing Tinggi, sejak Minggu (15/12) malam. Sedikitnya, 4.121 rumah di Kota Tebingtinggi terendam banjir kiriman dari dua sungai, yaitu Sungai Padang dan Sungai Bahilang. Banjir kiriman ini disebabkan wilayah hulu Sungai Padang dan Sungai Bahilang, tepatnya daerah Kabupaten Sumalungun, diguyur hujan deras, sehingga kedua sungai tersebut tidak bisa menampung debit air sungai yang menyebabkan air meluap kepemukiman warga.
Bukan pemukiman penduduk saja yang terendam, sektor bisnis di wilayah Kota Tebingtinggi juga terhenti aktivitasnya. Seperti di beberapa pasar tradisional yang ada, misalnya Pasar Impres dan Pasar Senanging (Pasar Hongkong) serta Pasar Gambir. Ada satu bank yang terendam banjir yaitu May Bank yang berada di Jalan Suprapto, terpaksa berhenti aktivitas perbankan karena air masuk ke dalam kantor.
Beberapa sekolah juga terendam banjir, mulai dari SMP Negeri 3 di Jalan Thamrin yang harus memulangkan anak didiknya dan SD serta pertokoan yang ada di Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Senangin, Jalan MT Haryono, Jalan Suprapto, Jalan Iskandar Muda dan Jalan Gurami harus tutup sementara menunggu kondisi air sungai surut.
Banjir yang merendam Kota Tebingtinggi hampir menggenangi lima kecamatan dan puluhan kelurahan. Sampai saat ini, belum ada laporan korban jiwa, tetapi kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah, karena sektor perekonomian sempat terhenti, terutama banyak pedagang kehilangan omset jualannya karena kondisi banjir.
Ramadan, Lurah Bandar Utama, Kecamatan Tebingtinggi Kota, menyatakan, ada ratusan rumah yang terendam banjir kiriman Sungai Padang, karena di wilayah tersebut merupakan daerah pinggiran sungai. Warga yang terendam banjir masing masing sudah mengungsi di wilayah yang lebih tinggi.
“Kami masih melakukan pendataan bersama tim Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jumlahnya di Kelurahan Bandar Utama mencapai ratusan rumah, sebanyak 430 kepala keluarga rumahnya terendam banjir,” jelasnya.
Terkait bantuan kepada warga, pihak kelurahan mengaku masih melakukan pendataan dan jika banjir yang melanda Tebingtinggi hingga 1×24 jam, maka pihak kelurahan akan membagikan bantuan seperti beras. “Bantua sudah kita siapkan di kantor kelurahan setempat, bantuan seperti beras dan mie instan serta air mineral untuk sementara akan dibagikan kepada masyarakat,” ujarnya.
Pihak Dinas Sosial sudah menurunkan anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk mendirikan tenda tenda pengungsian. Dinas Kesehatan juga sudah turun ke lokasi untuk memberikan pengobatan gratis kepada warga korban banjir.
Kepala BPBD Kota Tebingtinggi, Wahid Sitorus menjelaskan, kondisi banjir di wilayah Kota Tebingtinggi disebabkan karena tingginya curah hujan di wilayah hulu sungai tepatnya di Kabupaten Simalungun, akibatnya dua sungai di Tebingtinggi, Sungai Padang dan Sungai Bahilang tidak mampu menampung debit air sungai.
“BPBD telah melakukan pendataan berapa jumlah yang terendam banjir di wilayah Kota Tebingtinggi, tercatat sebanyak 4.121 Kepala keluarga yang rumahnya terendam banjir dengan jumlah jiwa mencapai 16.059 jiwa,” jelas Wahid Sitorus.
Sedangkan untuk korban banjir sesuai data yang dikeluarkan oleh BPBD untuk lima kecamatan di Kota Tebingtinggi sesuai daftar, Kecamatan Rambutan 87 KK, Kecamatan Padang Hilir 33 KK, Kecamatan Padang Hulu 2.330 KK, Kecamatan Tebingtinggi Kota 1.448 KK dan Kecamatan Bajenis sebanyak 223 KK.
Longsor di Batang Natal Putus Lalin
Longsor yang diakibatkan hujan deras juga terjadi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Material longsor menimbun badan jalan provinsi Panyabungan-Simpanggambir, tepatnya di Jecamatan Batang Natal, Senin (16/12/2019) sore. Hal itu disampaikan Darman Pakpahan anggota Satpol-PP Madina yang terhambat akibat longsor kepada wartawan, ponselnya.
Katanya, material longsor menimpa badan jalan sekitar pukul 16.00 WIB, diperkirakan ada 3 titik longsor yaitu di Desa Rantobi, Desa Jambur Baru dan Simarrobu. “Untuk kenderaan roda empat sama sekali tidak bisa lewat, roda dua harus ekstra, manual. Saya saja mau ke Natal dalam rangka tugas kantor terhambat akibat longsor,” ujarnya. (ian/gus/bbs)