27 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Untung Bilang ke Tamat: Incar Kakinya…!

Acara diskusi kemarin juga menjadi saksi senjata yang digunakan Untung dan Tamat untuk menembaki teroris. Khusus untuk miliknya, dia mengatakan, ada logo tengkorak dan pencabut nyawa di gagang pistol jenis FN. “Gambar tengkorak di kiri. Artinya, berbuat baiklah sebelum mati,” ucapnya.

Sedangkan gambar pencabut nyawa, menurut dia, mengingatkan agar tidak ragu mengalahkan yang jahat. Sebagai polisi, lanjut Untung, dirinya harus melindungi masyarakat.

Bagi dia, kalau sampai ada anggota masyarakat menjadi korban kekejian teroris, percuma polisi digaji. ”Kami punya hak untuk mencium istri setiap saat. Tapi, dalam 7 x 24 jam harus selalu siaga satu,” katanya.

Karena itulah, dalam acara kemarin, Untung meminta awak media untuk tidak bertanya kenapa dirinya berani. Bagi dia, menjadi polisi berarti sudah siap mati. ”Saat jadi polisi, satu kaki ini sudah di atas kuburan,” tegasnya.

Yang juga bisa disebut sebagai unsung heroes alias pahlawan yang luput dari sorotan dalam teror Jakarta itu adalah pasukan Detasemen A Brimob Polda Metro Jaya yang bermarkas di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Begitu mendengar adanya aksi teror dan mendapatkan perintah, mereka langsung tancap gas ke tempat kejadian perkara (TKP).

Lantaran kondisi darurat, pasukan berangkat secepat-cepatnya. Sebagian besar bergerak menggunakan rantis (kendaraan taktis) dan motor trail. Namun, ada juga yang bergerak dengan menggunakan kendaraan pribadi.

”Perintahnya, pokoknya segera ke TKP,” ujar seorang personel Brimob yang enggan disebutkan namanya.

Personel detasemen A itu disebut sampai di TKP paling awal selain para personel polsek dan lalu lintas yang memang tak jauh dari Sarinah. Mereka bahkan yang berhasil masuk dan menguasai Skyline Building.

Setelah pasukan tersebut berhasil menguasai gedung, baru datang bantuan dari Direktorat Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya yang dipimpin Kombespol Krishna Murti.

Yang juga terlibat kontak tembak langsung dengan para teroris pada menit-menit awal setelah ledakan di Starbucks dan pos polisi Sarinah adalah AKBP Dedy Tabrani. Dedy bahkan turut melumpuhkan seorang pelaku.

Dedy bergerak ke lokasi setelah menerima informasi melalui handy talky. Setelah melapor ke Kapolres Jakarta Pusat Kombespol Hendro Prandowo, dia langsung meluncur bersama empat anggota lainnya dengan menggunakan mobil.

”Ketika tiba, ada anggota yang berlindung di balik pohon adu tembak dengan teroris,” katanya kemarin.

Tepat saat Dedy turun, salah seorang pelaku melemparkan granat rakitan ke kolong mobil. Dia dan rekan-rekannya langsung berlindung. Tapi, rupanya, ledakan granat tersebut tidak kuat dan hanya mengeluarkan asap.

Teroris itu kemudian menembaki mobil yang dibawa polisi asal Aceh tersebut. Terjadilah tembak-tembakan. Begitu melihat celah untuk menembak ke teroris, dia dengan cepat mengarahkan pelurunya ke bagian tubuh pelaku. ”Saya lupa peluru yang keberapa yang mengenai pelaku. Bagian perut kanan pelaku terkena tembak,” katanya.

Setelah tertembak, lanjut dia, si teroris itu langsung terduduk. Melihat itu, Dedy kembali menembak pelaku dan langsung ambruk. Selanjutnya, dia menghampiri untuk memastikan bahwa si teroris mati.

”Nah, waktu saya menghampirinya bareng Pak Khrisna (direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya),” ujarnya. (*)

Acara diskusi kemarin juga menjadi saksi senjata yang digunakan Untung dan Tamat untuk menembaki teroris. Khusus untuk miliknya, dia mengatakan, ada logo tengkorak dan pencabut nyawa di gagang pistol jenis FN. “Gambar tengkorak di kiri. Artinya, berbuat baiklah sebelum mati,” ucapnya.

Sedangkan gambar pencabut nyawa, menurut dia, mengingatkan agar tidak ragu mengalahkan yang jahat. Sebagai polisi, lanjut Untung, dirinya harus melindungi masyarakat.

Bagi dia, kalau sampai ada anggota masyarakat menjadi korban kekejian teroris, percuma polisi digaji. ”Kami punya hak untuk mencium istri setiap saat. Tapi, dalam 7 x 24 jam harus selalu siaga satu,” katanya.

Karena itulah, dalam acara kemarin, Untung meminta awak media untuk tidak bertanya kenapa dirinya berani. Bagi dia, menjadi polisi berarti sudah siap mati. ”Saat jadi polisi, satu kaki ini sudah di atas kuburan,” tegasnya.

Yang juga bisa disebut sebagai unsung heroes alias pahlawan yang luput dari sorotan dalam teror Jakarta itu adalah pasukan Detasemen A Brimob Polda Metro Jaya yang bermarkas di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Begitu mendengar adanya aksi teror dan mendapatkan perintah, mereka langsung tancap gas ke tempat kejadian perkara (TKP).

Lantaran kondisi darurat, pasukan berangkat secepat-cepatnya. Sebagian besar bergerak menggunakan rantis (kendaraan taktis) dan motor trail. Namun, ada juga yang bergerak dengan menggunakan kendaraan pribadi.

”Perintahnya, pokoknya segera ke TKP,” ujar seorang personel Brimob yang enggan disebutkan namanya.

Personel detasemen A itu disebut sampai di TKP paling awal selain para personel polsek dan lalu lintas yang memang tak jauh dari Sarinah. Mereka bahkan yang berhasil masuk dan menguasai Skyline Building.

Setelah pasukan tersebut berhasil menguasai gedung, baru datang bantuan dari Direktorat Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya yang dipimpin Kombespol Krishna Murti.

Yang juga terlibat kontak tembak langsung dengan para teroris pada menit-menit awal setelah ledakan di Starbucks dan pos polisi Sarinah adalah AKBP Dedy Tabrani. Dedy bahkan turut melumpuhkan seorang pelaku.

Dedy bergerak ke lokasi setelah menerima informasi melalui handy talky. Setelah melapor ke Kapolres Jakarta Pusat Kombespol Hendro Prandowo, dia langsung meluncur bersama empat anggota lainnya dengan menggunakan mobil.

”Ketika tiba, ada anggota yang berlindung di balik pohon adu tembak dengan teroris,” katanya kemarin.

Tepat saat Dedy turun, salah seorang pelaku melemparkan granat rakitan ke kolong mobil. Dia dan rekan-rekannya langsung berlindung. Tapi, rupanya, ledakan granat tersebut tidak kuat dan hanya mengeluarkan asap.

Teroris itu kemudian menembaki mobil yang dibawa polisi asal Aceh tersebut. Terjadilah tembak-tembakan. Begitu melihat celah untuk menembak ke teroris, dia dengan cepat mengarahkan pelurunya ke bagian tubuh pelaku. ”Saya lupa peluru yang keberapa yang mengenai pelaku. Bagian perut kanan pelaku terkena tembak,” katanya.

Setelah tertembak, lanjut dia, si teroris itu langsung terduduk. Melihat itu, Dedy kembali menembak pelaku dan langsung ambruk. Selanjutnya, dia menghampiri untuk memastikan bahwa si teroris mati.

”Nah, waktu saya menghampirinya bareng Pak Khrisna (direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya),” ujarnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/