JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Debat pilpres edisi kedua berakhir semalam. Meski tidak mampu memuaskan semua kalangan, namun penampilan para capres tampak lebih meyakinkan. Setidaknya, mereka terlihat lebih rileks dibandingkan debat pertama. Itu terbukti dari gestur-gestur yang mereka tunjukkan selama debat berlangsung.
Dalam paparan visi dan misi, Prabowo menitikberatkan pada tiga hal. Yakni, energi, pangan, dan air. Menurut dia, dalam ketiga hal tersebut Indonesia harus mandiri dan berdikari. ’’Kita harus swasembada pangan, energi, dan air, agar kita bisa survive,’’ ujarnyan
Apalagi, ketiga hal itu juga dijadikan tolok ukur PBB dalam menilai sebuah negara berhasil atau tidak.
Prabowo juga menjanjikan sejumlah hal. ’’Kami kalau berkuasa, mendapat mandat dari rakyat, kami akan jamin pangan tersedia dengan harga terjangkau,’’ lanjutnya. Juga, menurunkan harga listrik dan menyediakan pupuk dengan jumlah berapapun yang dibutuhkan. Dia mengapresiasi apa yang sudah dilakkukan Jokowi, namun menawarkan strategi yang lebih cepat.
Sementara, Jokowi menitikberatkan visinya pada energi, infrastruktur, dan pangan. ’’Kita ingin sebanyak-banyaknya mengurangi penggunaan energi fosil,’’ ujarnya. Seperti sebelumnya, dia menceritakan apa yang sudah dikerjakan selama memerintah. Salah satunya produksi biodiesel dan biofuel B20, yang akan diteruskan hingga B100.
Di bidang infrastruktur, dia menceritakan pembangunan 191 ribu KM jalan desa, 58 ribu unit irigasi, dan sejumlah pembangunan lain. Sementara, dalam hal pangan, Jokowi membanggakan keberhasilannya mengurangi impor jagung. ’’Kita ingin ketersediaan pangan dan stabilitas harga terus kita jaga,’’ tuturnya.
Focus itu pula yang tampak saat kedua paslon mendapatkan berbagai pertanyaan dari para panelis. Misalnya saat ditanya mengenai infrastruktur, dia menjawab dengan sejumlah capaian di pemerintahannya. Misalnya pembangunan jalan tol, pelabuhan, hingga bandara. Sebagai bagian dari upaya mempercepat konektivitas antardaerah.
Salah satu yang dibanggakan Jokowi adalah pembangunan infrastruktur digital. ’’Kita sudah bangun palapa ring. Indonesia Barat dan tengah sudah 100 persen, Indonesia Timur 90 persen,’’ lanjutnya.
Hal itu pula yang menjadi pertanyaan kunci Jokowi kepada Prabowo di segmen kelima. Tentang strategi pembangunan infrastruktur untuk memperbanyak unicorn Indonesia.
Dalam paparannya mengenai revolusi industr 4.0, Jokowi mengandalkan konektivitas data untuk mempermudah UMKM. Para petani dikenalkan dengan marketplace sehingga bisa menjual hasil pertaniannya secara online. Penjualan online itu akan memangkas middle man karena petani bisa langsung berhubungan dnegan konsumen. Dampaknya, kesejahteraan petani bisa meningkat.
Penguasaan infrastruktur juga menjadi pembelaan Jokowi ketika diserang oleh Prabowo dalam beberapa isu infrastruktur. Misalnya mengenai efisiensi dalam pembangunan infrastruktur. Termasuk di dalamnya penyediaan dana untuk ganti rugi lahan yang akan digunakan pembangunan infrastruktur.
Menurut Jokowi, selama 4,5 tahun belakangan pemerintahannya tidak mengenal ganti rugi dalam pembebasan lahan untuk infrastruktur. ’’Yang ada, ganti untung,’’ tuturnya. Anggaran pembebasan lahan umumnya mencakup 2-3 persen dari nilai infrastruktur. Selama pemerintahannya, dia sudah meminta agar porsi anggaran itu dinaikkan menjadi 4-5 persen.
Di bidang pangan, Jokowi ngeles saat ditanya Prabowo mengenai janjinya agar selama pemerintahannya tidak akan impor. Menurut dia, yang dimaksud tidak impor adalah berupaya menekan impor sampai ke titik nol. Jagung misalnya, pada 2014 Indonesia mengimpor 3,5 juta ton jagung. Empat tahun kemudian, Indoneisa hanya impor 180 ribu ton. ’’Tidak mungkin seperti membalikkan tangan, sehari dua hari. Itu perlu waktu,’’ ucapnya.
Selama debat, Prabowo lebih banyak tersenyum saat mendengarkan Jokowi berbicara. Namun sebaliknya, Jokowi yang awalnya tidak bereaksi, raut wajahnya sempat berubah. Bibirnya menampakkan gestur mencibir, yang dilanjutkan menggeleng-gelengkan kepala. Bibirnya juga tampak berucap, ’’nggak,’’ saat Prabowo mengatakan biaya infrastruktur di Vietnam lebih irit dibandingkan Indonesia.
Selain itu, ada gaya yang berbeda hampir di setiap jeda antarsegmen. Dikutip dari Jawa Pos (Grup Sumut Pos), hampir di setiap jeda, Prabowo selalu masuk ke belakang panggung. Alhasil, aktivitasnya tidak bisa terpantau dengan jelas. Hanya saja, masuknya Prabowo ke belakang panggung selalu diikuti oleh para petinggi partai koalisi pendukungnya.
Sementara, Jokowi memilih berbaur dengan audiens. Lebih tepatnya, menuju tempat timnya berada dan menyapa sang istri. Dia juga beberapa kali tampak berdiskusi dengan Seskab Pramono Anung. Dari gesturnya, tampak bila keduanya mengevaluasi penampilan Jokowi di setiap segmen debat.
Pada segmen keempat yang paling ditunggu publik, justru berakhir antiklimaks. Harapan akan adanya debat yang dinamis karena tidak dibatasi waktu justru berakhir dengan penyamaan persepsi antara keduanya. ’’Kalau nggak ada banyak perbedaan, untuk apa kita berseteru,’’ ujar Prabowo. ’’Saya setuju,’’ sahut Jokowi.
Padahal, sejatinya ada sejumlah hal yang masih bisa digali oleh keduanya. Terutama di video kedua di mana ada perbedaan yang cukup tajam antara Jokowi dan Prabowo. Prabowo sempat menuding Jokowi hanya mendapatkan laporan yang baik-baik dari bawahannya. Sementara, Jokowi membantah dengan mengatakan dia selalu datang mengecek langsung.
Prabowo pun berhenti mendebat setelah dua kali beradu argumen. ’’Terima kasih, cukup jelas pak,’’ ucap Prabowo yang disambut sorakan penonton. Jokowi pun membalas dengan kembali membela diri. Bahwa bilaada yang belum dilakukan, itu menjadi koreksi yang harus dilakukan. ’’Kita ini manusia biasa. Ada yang sudah kita lakukan dan ada yang belum kita lakukan,’’ ucapnya. (byu)