25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Tusuk Diri Sucikan Diri

Suasana Gang Leuser Kecamatan Sunggal DeliSerdang mendadak ramai dengan suasana perayaan umat Hindu keturunan Tamil. Kemarin, ritual Pengguni Uthiram digelar di tempat itu.

Sebuah ritual bagi seseorang pemuda yang berniat untuk mensucikan diri dan membayar nazar Sejatinya, acara dimulai sejak Jumat (15/3) lalu dan baru berakhir pada Selasa (20/3) mendatang. Ritual yang dilakukan dimulai dari Kuil Sri Maha Murgen sampai pelepasan kereta kencana.

DITUSUK: Seorang remaja Tamil saat menjalani ritual Pengguni Uthiram  Kuil Sri Maha Murgan, Sunggal,  Deli Serdang, Minggu (17/3). Perayaan ini dilakukan sebagai membayar nazar  menyucikan diri.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
DITUSUK: Seorang remaja Tamil saat menjalani ritual Pengguni Uthiram di Kuil Sri Maha Murgan, Sunggal, Deli Serdang, Minggu (17/3). Perayaan ini dilakukan sebagai membayar nazar dan menyucikan diri.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Menurut cerita, tradisi yang telah berlangsung dari turun temurun di umat Hindu ini, merupakan ritual yang dilakukan untuk penyucian diri dan membayar. Biasanya, mereka yang melakukan penyucian diri dan membayar nazar disertai dengan niat yang tulus.

Mereka pun harus rela tidur dan puasa selama 30 hari di kuil. Di hari yang telah ditentukan, mereka akan menusuk badan maupun fisiknya dengan sebuah jarum panjang atau well.

Dalam ritual yang diadakan kemarin, diikuti dua lelaki di bawah umur dan 1 pemuda dewasa. Awalnya mereka diberkati oleh pandita (pendeta) Kuil Sri Maha Murgen.

Setelah itu, dengan mengenakan pakaian adat dari budaya Tamil, ketiga peserta bersiap-siap untuk berjalan ke sebuah sungai yang kurang lebih berjarak sekitar 2 Km dari kuil. Pelepasan ditandai dengan diaraknya kereta kencana diikuti oleh ketiga pemuda tersebut dan didampingi tiga wanita yang menjinjing susu di kepala.

Setelah berjalan, warga yang menyaksikan ritual tersebut turut ikut di belakang rombongan untuk melihat berjalan proses ritual tersebut. Dengan menempuh perjalanan menuju sungai yang terbilang jauh, terlihat deretan panjang warga menyemut mengantarkan ketiga pria dan ketiga wanita tersebut.

Setibanya di tempat yang dituju, prosesi pun segera dimulai. Dipandu melalui seorang pandita, ketiga pria dan ketiga wanita pendamping tadi pun dikumpulkan dengan memandikan mereka menggunakan air yang telah diberi doa. Prosesi ritual dimulai, seorang dari ketiga pria yang akan menjalani tusuk fisik, mengalami kerasukan.

Pria tersebut menjadi yang pertama ditusuk punggungnya dengan menggunakan benda menyerupai kail. Selanjutnya, kedua pipinya ditusuk benda menyerupai well. Bunyi genderang lagu tradisi Tamil pun didendangkan menambah suasana menjadi ramai. Sedangkan 2 orang pria lagi yang masih dibawah umur, ditusuk di pipi dan di lidah saja.

Setelah ketiga pria selesai ditusuk, selanjutnya mereka berjalan menyisiri jalan untuk kembali menuju kuil dengan melewati rumah-rumah warga. Ketiga wanita yang diplot sebagai pendamping dari ketiga pria tersebut, terlihat menjinjing sebuah gentong berisi susu di kepalanya.

Kurang lebih berjalan sekitar 200 meter, seorang wanita yang menjinjing susu terlihat menjerit-jerit dan menangis. Menurut keterangan warga etnis Tamil yang ikut mengarak mereka, wanita tersebut kerasukan roh dari jiwa terdahulu. “Perempuan yang menangis itu Bang, sudah kerasukan roh,” tutur Tamrin salah seorang warga.

Ketika melewati rumah-rumah warga yang beragama Hindu, ketiga prida dan wanita itu diberkati. Warga akan memberkati dengan membasuh kaki mereka dengan air berwarna khas tradisi Tamil.

Setiba di Kuil Sri Maha Murgen, sambutan pun telah disiapkan. Well yang berada di tubuh mereka selama hampir enam jam, akhirnya dicabut. Tapi tak nampak darah yang mengalir. Doa dilakukan, setelah itu tubuh mereka yang terkena tusuk Well diolesi obat penawar seperti kapur berwarna putih. Itu diyakini bisa mengobati rasa sakit dan bisa menyembuhkan bahaya infeksi.

“Ini merupakan tradisi untuk penghapusan dosa, bagi siapa saja yang berniat untuk menyucikan diri. Biasanya mereka yang ingin sekolah, kalau ada niat melakukan penghapusan dosa. Mereka pun dituntut untuk puasa dan tidur di kuil selama 30 hari lamanya,” tutur Khalifah pembantu pandita.

Sejak 1800 lalu, kegiatan ini sudah dilakukan. Meski di sejumlah negara sudah dilarang karena terkesan menyiksa diri, namun di Indonesia, hal ini masih diizinkan karena merupakan bagian dari kegiatan keagamaan umat Hindu. Itu terbukti, setiap tahunnya pementasan budaya dan pelaksanaan keagamaan terus diizinkan. (mag-8)

Suasana Gang Leuser Kecamatan Sunggal DeliSerdang mendadak ramai dengan suasana perayaan umat Hindu keturunan Tamil. Kemarin, ritual Pengguni Uthiram digelar di tempat itu.

Sebuah ritual bagi seseorang pemuda yang berniat untuk mensucikan diri dan membayar nazar Sejatinya, acara dimulai sejak Jumat (15/3) lalu dan baru berakhir pada Selasa (20/3) mendatang. Ritual yang dilakukan dimulai dari Kuil Sri Maha Murgen sampai pelepasan kereta kencana.

DITUSUK: Seorang remaja Tamil saat menjalani ritual Pengguni Uthiram  Kuil Sri Maha Murgan, Sunggal,  Deli Serdang, Minggu (17/3). Perayaan ini dilakukan sebagai membayar nazar  menyucikan diri.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
DITUSUK: Seorang remaja Tamil saat menjalani ritual Pengguni Uthiram di Kuil Sri Maha Murgan, Sunggal, Deli Serdang, Minggu (17/3). Perayaan ini dilakukan sebagai membayar nazar dan menyucikan diri.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Menurut cerita, tradisi yang telah berlangsung dari turun temurun di umat Hindu ini, merupakan ritual yang dilakukan untuk penyucian diri dan membayar. Biasanya, mereka yang melakukan penyucian diri dan membayar nazar disertai dengan niat yang tulus.

Mereka pun harus rela tidur dan puasa selama 30 hari di kuil. Di hari yang telah ditentukan, mereka akan menusuk badan maupun fisiknya dengan sebuah jarum panjang atau well.

Dalam ritual yang diadakan kemarin, diikuti dua lelaki di bawah umur dan 1 pemuda dewasa. Awalnya mereka diberkati oleh pandita (pendeta) Kuil Sri Maha Murgen.

Setelah itu, dengan mengenakan pakaian adat dari budaya Tamil, ketiga peserta bersiap-siap untuk berjalan ke sebuah sungai yang kurang lebih berjarak sekitar 2 Km dari kuil. Pelepasan ditandai dengan diaraknya kereta kencana diikuti oleh ketiga pemuda tersebut dan didampingi tiga wanita yang menjinjing susu di kepala.

Setelah berjalan, warga yang menyaksikan ritual tersebut turut ikut di belakang rombongan untuk melihat berjalan proses ritual tersebut. Dengan menempuh perjalanan menuju sungai yang terbilang jauh, terlihat deretan panjang warga menyemut mengantarkan ketiga pria dan ketiga wanita tersebut.

Setibanya di tempat yang dituju, prosesi pun segera dimulai. Dipandu melalui seorang pandita, ketiga pria dan ketiga wanita pendamping tadi pun dikumpulkan dengan memandikan mereka menggunakan air yang telah diberi doa. Prosesi ritual dimulai, seorang dari ketiga pria yang akan menjalani tusuk fisik, mengalami kerasukan.

Pria tersebut menjadi yang pertama ditusuk punggungnya dengan menggunakan benda menyerupai kail. Selanjutnya, kedua pipinya ditusuk benda menyerupai well. Bunyi genderang lagu tradisi Tamil pun didendangkan menambah suasana menjadi ramai. Sedangkan 2 orang pria lagi yang masih dibawah umur, ditusuk di pipi dan di lidah saja.

Setelah ketiga pria selesai ditusuk, selanjutnya mereka berjalan menyisiri jalan untuk kembali menuju kuil dengan melewati rumah-rumah warga. Ketiga wanita yang diplot sebagai pendamping dari ketiga pria tersebut, terlihat menjinjing sebuah gentong berisi susu di kepalanya.

Kurang lebih berjalan sekitar 200 meter, seorang wanita yang menjinjing susu terlihat menjerit-jerit dan menangis. Menurut keterangan warga etnis Tamil yang ikut mengarak mereka, wanita tersebut kerasukan roh dari jiwa terdahulu. “Perempuan yang menangis itu Bang, sudah kerasukan roh,” tutur Tamrin salah seorang warga.

Ketika melewati rumah-rumah warga yang beragama Hindu, ketiga prida dan wanita itu diberkati. Warga akan memberkati dengan membasuh kaki mereka dengan air berwarna khas tradisi Tamil.

Setiba di Kuil Sri Maha Murgen, sambutan pun telah disiapkan. Well yang berada di tubuh mereka selama hampir enam jam, akhirnya dicabut. Tapi tak nampak darah yang mengalir. Doa dilakukan, setelah itu tubuh mereka yang terkena tusuk Well diolesi obat penawar seperti kapur berwarna putih. Itu diyakini bisa mengobati rasa sakit dan bisa menyembuhkan bahaya infeksi.

“Ini merupakan tradisi untuk penghapusan dosa, bagi siapa saja yang berniat untuk menyucikan diri. Biasanya mereka yang ingin sekolah, kalau ada niat melakukan penghapusan dosa. Mereka pun dituntut untuk puasa dan tidur di kuil selama 30 hari lamanya,” tutur Khalifah pembantu pandita.

Sejak 1800 lalu, kegiatan ini sudah dilakukan. Meski di sejumlah negara sudah dilarang karena terkesan menyiksa diri, namun di Indonesia, hal ini masih diizinkan karena merupakan bagian dari kegiatan keagamaan umat Hindu. Itu terbukti, setiap tahunnya pementasan budaya dan pelaksanaan keagamaan terus diizinkan. (mag-8)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/