25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Widya: Baru Kulihat Mereka Makan…

Foto: Gatha/PM Makam Warda dan neneknya Amnah di TPU Titikuning Medan.
Foto: Gatha/PM
Makam Warda dan neneknya Amnah di TPU Titikuning Medan.

SUMUTPOS.CO – Kepergian Warda boru Lubis bersama neneknya Amnah Nasution, membuat Widya boru Lubis (25) merasa kehilangan sosok adik perempuan. Padahal, malam sekitar pukul 22.00 Wib, sebelum kejadian dirinya sempat melihat keduanya makan bersama.

“Masih sempat kulihat mereka makan sama. Tapi, setelah aku pulang tiba-tiba dapat kabar ada kebakaran,” ujar Widya, anak pertama dari delapan bersaudara itu meneteskan air mata.

Kedatangannya hanya sekadar singgah setelah pulang dari tempat kerjaannya. Dirinya juga tak menduga kebakaran di Jalan Teuku Cik Ditiro itu bakal menewaskan adik dan neneknya. Pasalnya, kejadian serupa pernah terjadi. “Aku kira cuma kecil saja, karena di daerah tempat tinggal nenek itu pernah juga kebakaran tapi kecil, rupanya pas aku sampai, udah terbakar,” kenang Widya.

Tetangga korban mengatakan, sosok Amnah adalah orang lama di tempat tersebut. Perilakunya baik dan tidak sombong. “Orangnya baik dan tidak sombong. Berbaur juga sama semua warga,” ujar boru Siregar, yang merupakan pemilik ruko percetakan Pieter yang berada di sebelah kiri ruko milik korban.

Di rumah duka di Jalan Brigjen Katamso, Kel. Kampung Baru, Kec. Medan Maimun tampak teman-teman satu sekolah Warda datang melayat. Mereka juga sangat merasakanan kehilangan atas kepergian korban. Pasalnya, Warda di sekolah orangnya baik dan tidak pernah marah meskipun diusili teman-temannya.

“Orangnya baik bang. Dia (korban) tidak pernah marah meskipun diusili teman-temannya,” ujar Dara (14), teman satu kelas korban yang duduk di bangku kelas 2 SMP Raksana Medan.

Dara mengaku, mereka bertemu dengan korban terakhir kali hari Sabtu kemarin. Mereka sempat berencana untuk berjalan-jalan ke Plaza Milenium. Tapi, entah mengapa korban tidak jadi ikut dan memilih pulang ke rumah neneknya.

“Dia langsung pulang, tapi karena HP-nya tinggal dan masih ku pegang malamnya kami ke tempat dia untuk mengantarkannya,” tambahnya lagi.

Sementara dari amatan wartawan, usai jenazah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslimin di Gang Alim Medan, rumah duka yang ditempati anak pertama korban, Syamsul (41), yang juga orangtua Wirda masih terlihat ramai oleh para pelayat yang hendak menyampaikan kata-kata nasehat.

Atah korban, Syamsul belum bisa memberikan keterangan banyak pasca kejadian tersebut. “Dia mulai kelas 1 SMP tinggal sama neneknya untuk menjaga karena neneknya sendiri,” ujarnya singkat.(bay/bd)

Foto: Gatha/PM Makam Warda dan neneknya Amnah di TPU Titikuning Medan.
Foto: Gatha/PM
Makam Warda dan neneknya Amnah di TPU Titikuning Medan.

SUMUTPOS.CO – Kepergian Warda boru Lubis bersama neneknya Amnah Nasution, membuat Widya boru Lubis (25) merasa kehilangan sosok adik perempuan. Padahal, malam sekitar pukul 22.00 Wib, sebelum kejadian dirinya sempat melihat keduanya makan bersama.

“Masih sempat kulihat mereka makan sama. Tapi, setelah aku pulang tiba-tiba dapat kabar ada kebakaran,” ujar Widya, anak pertama dari delapan bersaudara itu meneteskan air mata.

Kedatangannya hanya sekadar singgah setelah pulang dari tempat kerjaannya. Dirinya juga tak menduga kebakaran di Jalan Teuku Cik Ditiro itu bakal menewaskan adik dan neneknya. Pasalnya, kejadian serupa pernah terjadi. “Aku kira cuma kecil saja, karena di daerah tempat tinggal nenek itu pernah juga kebakaran tapi kecil, rupanya pas aku sampai, udah terbakar,” kenang Widya.

Tetangga korban mengatakan, sosok Amnah adalah orang lama di tempat tersebut. Perilakunya baik dan tidak sombong. “Orangnya baik dan tidak sombong. Berbaur juga sama semua warga,” ujar boru Siregar, yang merupakan pemilik ruko percetakan Pieter yang berada di sebelah kiri ruko milik korban.

Di rumah duka di Jalan Brigjen Katamso, Kel. Kampung Baru, Kec. Medan Maimun tampak teman-teman satu sekolah Warda datang melayat. Mereka juga sangat merasakanan kehilangan atas kepergian korban. Pasalnya, Warda di sekolah orangnya baik dan tidak pernah marah meskipun diusili teman-temannya.

“Orangnya baik bang. Dia (korban) tidak pernah marah meskipun diusili teman-temannya,” ujar Dara (14), teman satu kelas korban yang duduk di bangku kelas 2 SMP Raksana Medan.

Dara mengaku, mereka bertemu dengan korban terakhir kali hari Sabtu kemarin. Mereka sempat berencana untuk berjalan-jalan ke Plaza Milenium. Tapi, entah mengapa korban tidak jadi ikut dan memilih pulang ke rumah neneknya.

“Dia langsung pulang, tapi karena HP-nya tinggal dan masih ku pegang malamnya kami ke tempat dia untuk mengantarkannya,” tambahnya lagi.

Sementara dari amatan wartawan, usai jenazah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslimin di Gang Alim Medan, rumah duka yang ditempati anak pertama korban, Syamsul (41), yang juga orangtua Wirda masih terlihat ramai oleh para pelayat yang hendak menyampaikan kata-kata nasehat.

Atah korban, Syamsul belum bisa memberikan keterangan banyak pasca kejadian tersebut. “Dia mulai kelas 1 SMP tinggal sama neneknya untuk menjaga karena neneknya sendiri,” ujarnya singkat.(bay/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/