30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Lab PCR Pertama Covid-19 Beroperasi di Sumut, Uji Swab Gratis di RS USU

PENJELASAN: Gubsu Edy Rahmayadi, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, Kadinkes Sumut Alwi Mujahit, Rektor USU Prof Runtung Sitepu, Dirut RS USU dr Syah Mirsya Warli, mendengarkan penjelasan tentang alat tes laboratorium SWAB PCR dari Kepala Laboratorium RS USU, dr Dewi Indah Sari Siregar saat berkunjung ke laboratorium RS USU, Medan, Jumat (17/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara mulai mandiri melakukan pemeriksaan swab tenggorokan pasien diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan swab resmi dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), Jumat (17/4). Hari pertama, sebanyak 40 spesimen pasien diperiksa. Uji swab tidak dipungut biaya alias gratis.

GUBERNUR Sumut, Edy Rahmayadi, meninjau langsung laboratorium PCR pertama bantuan Kemenkes RI tersebut. “Selama ini, untuk mengetahui apakah warga Sumut terpapar virus Covid-19 atau tidak, kita melakukan dua kali rapid test, kemudian swab diambil lalu dikirim ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta. Sekarang sudah bisa dilakukan swab PCR. Ini yang pertama di Sumut. Hari ini resmi kita buka, ke depan kita akan lebih cepat mengetahui seseorang terpapar Covid-19 sebelum masa inkubasinya selesai,” ujar Edy, saat meninjau laboratorium PCR di RS USU, Jumat (17/4)n

Turut hadir pada kesempatan itu Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, Ketua MWA USU Panusunan Pasaribu, Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit, dan Dirut RS USU Syah Mirsya Warli.

Kata Edy, saat ini laboratorium PCR RS USU merupakan satu-satunya yang bisa melakukan pemeriksaan swab di Sumut. Dengan dioperasikannya laboratorium tersebut, pemeriksaan pasien dapat dipercepat. Apabila seorang pasien positif Covid-19, akan langsung diisolasi di rumah sakit.

“Khusus di RS USU ini ada 5 ruang isolasi bagi PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Sedangkan secara keseluruhan, terdapat 250 kamar isolasi yang stand by di Sumut. Harapan saya, kamar isolasi tersebut tidak terpakai. Namun apapun alasannya tetap harus disiapkan,” ungkapnya.

Diutarakan Edy, penanganan pandemi Covid-19 di Sumut ini telah disusun hingga ke tingkat Puskesmas yang berjumlah sekitar 700 lebih. “Di Puskesmas kita siapkan APD (Alat Pelindung Diri) saat menerima keluhan masyarakat yang berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan). Apabila ODP ini tak bisa ditangani dan mengalami gejala-gejala corona, akan dikirim ke RS rujukan yang ada di daerah. Namun jika RS penuh, harus segera dikirim ke Medan,” katanya.

Gratis

Rektor USU, Prof Dr Runtung Sitepu, menegaskan pemeriksaan swab ini tidak dipungut biaya alias gratis. Hal ini menurutnya perlu disampaikan dan diingat oleh masyarakat.

“Rumah-rumah sakit yang mengirimkan swab ke RS USU jangan main-main. Kita di sini sudah gratis, nanti malah dikenakan (biaya) pada pasien di kabupaten/kota masing-masing. Jika ini sampai terjadi, tentu kita lakukan langkah hukum, sebab hal tersebut merupakan pungutan liar,” tegasnya.

Disebutkan Runtung, sebelum dioperasikan secara resmi, laboratorium PCR telah menguji 40 sampel swab pasien. Ke-40 swab milik ODP (Orang Dalam Pemantauan) dan PDP tersebut seluruhnya negatif Covid-19.

“Tadi pagi, kita kembali menerima 40 spesimen swab dari berbagai rumah sakit di Sumut. Specimen belum kita buka, sebab kebetulan Pak Gubernur bersama rombongan sedang meninjau langsung. Kita khawatir itu membahayakan. Untuk itu, pengujian 40 spesimen tersebut akan dilakukan usai Salat Jumat,” sebutnya.

Runtung mengaku, berdasarkan uji coba yang digelar tim medis yang dibentuk di RS USU, hasil pemeriksaan swab dengan alat PCR dapat diperoleh dalam waktu 1×24 jam.”Real-nya pengujian terhadap swab dilakukan selama 4 jam dan hasilnya bisa diperoleh. Tetapi lantaran swab yang diterima dari rumah sakit tidak bisa ditentukan waktunya, kita memutuskan hasilnya dapat diungkap dalam waktu 1×24 jam,” ucap Runtung.

Meski demikian, hasil pemeriksaan swab pasien tidak bisa langsung diumumkan kepada publik. Namun harus dilaporkan ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta secara online, agar informasinya tidak melebar ke mana-mana. “Kita tetap satu pintu. Hasil pemeriksaan swab dikirim ke Pemerintah Pusat, dan mereka yang nantinya mengumumkan,” terang Runtung.

Butuh Tambahan Reagensia

Meski RS USU telah resmi melakukan pengujian terhadap swab pasien suspect Covid-19, tetapi kapasitasnya masih terbatas. Pasalnya, saat ini reagensia yang tersedia hanya untuk 330 pasien, dari 1.000 unit yang dipesan.

“Stok reagensia masih hanya untuk 330 pasien. Sebelum reagensia ini habis, mudah-mudahan sudah ada bantuan kepada RS USU. Tanpa reagensia, kami tidak bisa melakukan pengujian swab,” jelas dia.

Menurut Runtung, RS USU membutuhkan bantuan reagensia segera karena sifat bahannya habis pakai. Apalagi pada hari pertama saja, pihaknya sudah menerima 40 swab yang harus diperiksa. “Kita tidak tahu esok hari, lusa, dan ke depannya, bisa terjadi peningkatan. Kalau kita menolak memeriksa swab karena tidak adanya reagensia, masyarakat luas bisa berasumsi RS USU bohong,” tuturnya.

Karena itu, ia berharap Pemerintah Pusat dapat segera mengirimkan tambahan reagensia ke RS USU. “Sebenarnya kami sudah berupaya membeli reagensia ini. Namun karena saat ini jadi rebutan (dibutuhkan), sehingga baru diterima untuk 33 unit(dari 1.000 unit yang yang dipesan),” ujarnya.

Ia menegaskan, USU bukan tidak mau berkorban uang. Tetapi untuk mendapatkan reagensia tidak cukup hanya memiliki uang saja. Pembelian butuh kuasa dari Ketua Gugus Tugas di Sumut. “Makanya perlu disampaikan, jika tiba saatnya stok reagensia habis dan pesanan belum datang, tim medis di RS USU tidak bisa bekerja melakukan pengujian swab,” cetus dia.

Kabar baiknya, ia mendapat info bahwa sekitar 1.000 reagensia akan datang atas bantuan dari BNPB, yang bisa digunakan untuk 500 pasien.

Runtung menambahkan, alat PCR di laboratorium RS USU yang siap melakukan pengujian swab ada 2 unit. Dan dalam waktu dekat, akan bertambah 2 unit lagi milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kemenkes RI beserta tim medisnya yang berkantor sementara di RS USU. Dengan demikian, nantinya akan ada 4 unit alat PCR yang bisa digunakan di Sumut.

“Apabila dalam 1 alat PCR bisa memeriksa hingga 30 swab, maka sehari dapat menguji 120 spesimen,” pungkasnya.

Hemat Waktu Rawat Inap

Beroperasinya Laboratorium PCR di RS USU mulai Jumat (17/4), akan memberikan banyak manfaat dan mempercepat penanganan Covid-19.

“Manfaat yang diperoleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut dengan adanya laboratorium bantuan dari Kemenkes ini salah satunya adalah penghematan waktu rawat inap pasien,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut Whiko Irwan di Media Center Gugus Tugas, Kantor Gubsu, Jumat (17/4) yang disiarkan melalui melalui live streaming.

Selama ini, katanya, Gugus Tugas Covid-19 Sumut harus mengirim spesimen swab ke Balitbang Kemenkes di Jakarta dan butuh waktu sampai 7-12 hari untuk mendapat hasilnya. Selama waktu itu, pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 harus menunggu hasilnya di rumah sakit.

“Dengan adanya Lab PCR di Sumut kita bisa memangkas waktu rawat inap PDP di RS dimana selama ini mereka bisa 7-10 hari di RS hanya untuk menunggu hasil tes swabnya. Sekarang kita bisa memulangkan PDP lebih cepat dan tempat rawat inap bisa digunakan pasien PDP yang baru,” katanya.

Selain itu, dengan adanya Lab PCR di Sumut maka penanganan pasien juga lebih terarah dan tepat karena hasil tes swab dapat bisa lebih cepat diperoleh. “Dengan cepatnya hasil tes kita peroleh kita juga bisa lebih cepat memberikan perawatan yang tepat kepada pasien positif Covid-19. Ini tentu sangat berguna dalam penanganan Covid-19,” pungkas Whiko.

Lab PCR ini sendiri sekarang diperuntukkan bagi PDP yang dirawat di RS, Orang Dalam Pantauan (ODP) yang hasil rapid tesnya positif dan ODP yang memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19. Dengan begitu, pengujian spesimen swab pasien akan lebih cepat dilakukan dan efektif.

“Siapa yang akan dilakukan tes swab adalah PDP yang dirawat di RS, ODP dengan rapid test positif dan orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19, misalnya keluarga seperti anak dan istri.” kata Whiko.

PENJELASAN: Gubsu Edy Rahmayadi, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, Kadinkes Sumut Alwi Mujahit, Rektor USU Prof Runtung Sitepu, Dirut RS USU dr Syah Mirsya Warli, mendengarkan penjelasan tentang alat tes laboratorium SWAB PCR dari Kepala Laboratorium RS USU, dr Dewi Indah Sari Siregar saat berkunjung ke laboratorium RS USU, Medan, Jumat (17/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara mulai mandiri melakukan pemeriksaan swab tenggorokan pasien diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan swab resmi dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), Jumat (17/4). Hari pertama, sebanyak 40 spesimen pasien diperiksa. Uji swab tidak dipungut biaya alias gratis.

GUBERNUR Sumut, Edy Rahmayadi, meninjau langsung laboratorium PCR pertama bantuan Kemenkes RI tersebut. “Selama ini, untuk mengetahui apakah warga Sumut terpapar virus Covid-19 atau tidak, kita melakukan dua kali rapid test, kemudian swab diambil lalu dikirim ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta. Sekarang sudah bisa dilakukan swab PCR. Ini yang pertama di Sumut. Hari ini resmi kita buka, ke depan kita akan lebih cepat mengetahui seseorang terpapar Covid-19 sebelum masa inkubasinya selesai,” ujar Edy, saat meninjau laboratorium PCR di RS USU, Jumat (17/4)n

Turut hadir pada kesempatan itu Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, Ketua MWA USU Panusunan Pasaribu, Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit, dan Dirut RS USU Syah Mirsya Warli.

Kata Edy, saat ini laboratorium PCR RS USU merupakan satu-satunya yang bisa melakukan pemeriksaan swab di Sumut. Dengan dioperasikannya laboratorium tersebut, pemeriksaan pasien dapat dipercepat. Apabila seorang pasien positif Covid-19, akan langsung diisolasi di rumah sakit.

“Khusus di RS USU ini ada 5 ruang isolasi bagi PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Sedangkan secara keseluruhan, terdapat 250 kamar isolasi yang stand by di Sumut. Harapan saya, kamar isolasi tersebut tidak terpakai. Namun apapun alasannya tetap harus disiapkan,” ungkapnya.

Diutarakan Edy, penanganan pandemi Covid-19 di Sumut ini telah disusun hingga ke tingkat Puskesmas yang berjumlah sekitar 700 lebih. “Di Puskesmas kita siapkan APD (Alat Pelindung Diri) saat menerima keluhan masyarakat yang berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan). Apabila ODP ini tak bisa ditangani dan mengalami gejala-gejala corona, akan dikirim ke RS rujukan yang ada di daerah. Namun jika RS penuh, harus segera dikirim ke Medan,” katanya.

Gratis

Rektor USU, Prof Dr Runtung Sitepu, menegaskan pemeriksaan swab ini tidak dipungut biaya alias gratis. Hal ini menurutnya perlu disampaikan dan diingat oleh masyarakat.

“Rumah-rumah sakit yang mengirimkan swab ke RS USU jangan main-main. Kita di sini sudah gratis, nanti malah dikenakan (biaya) pada pasien di kabupaten/kota masing-masing. Jika ini sampai terjadi, tentu kita lakukan langkah hukum, sebab hal tersebut merupakan pungutan liar,” tegasnya.

Disebutkan Runtung, sebelum dioperasikan secara resmi, laboratorium PCR telah menguji 40 sampel swab pasien. Ke-40 swab milik ODP (Orang Dalam Pemantauan) dan PDP tersebut seluruhnya negatif Covid-19.

“Tadi pagi, kita kembali menerima 40 spesimen swab dari berbagai rumah sakit di Sumut. Specimen belum kita buka, sebab kebetulan Pak Gubernur bersama rombongan sedang meninjau langsung. Kita khawatir itu membahayakan. Untuk itu, pengujian 40 spesimen tersebut akan dilakukan usai Salat Jumat,” sebutnya.

Runtung mengaku, berdasarkan uji coba yang digelar tim medis yang dibentuk di RS USU, hasil pemeriksaan swab dengan alat PCR dapat diperoleh dalam waktu 1×24 jam.”Real-nya pengujian terhadap swab dilakukan selama 4 jam dan hasilnya bisa diperoleh. Tetapi lantaran swab yang diterima dari rumah sakit tidak bisa ditentukan waktunya, kita memutuskan hasilnya dapat diungkap dalam waktu 1×24 jam,” ucap Runtung.

Meski demikian, hasil pemeriksaan swab pasien tidak bisa langsung diumumkan kepada publik. Namun harus dilaporkan ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta secara online, agar informasinya tidak melebar ke mana-mana. “Kita tetap satu pintu. Hasil pemeriksaan swab dikirim ke Pemerintah Pusat, dan mereka yang nantinya mengumumkan,” terang Runtung.

Butuh Tambahan Reagensia

Meski RS USU telah resmi melakukan pengujian terhadap swab pasien suspect Covid-19, tetapi kapasitasnya masih terbatas. Pasalnya, saat ini reagensia yang tersedia hanya untuk 330 pasien, dari 1.000 unit yang dipesan.

“Stok reagensia masih hanya untuk 330 pasien. Sebelum reagensia ini habis, mudah-mudahan sudah ada bantuan kepada RS USU. Tanpa reagensia, kami tidak bisa melakukan pengujian swab,” jelas dia.

Menurut Runtung, RS USU membutuhkan bantuan reagensia segera karena sifat bahannya habis pakai. Apalagi pada hari pertama saja, pihaknya sudah menerima 40 swab yang harus diperiksa. “Kita tidak tahu esok hari, lusa, dan ke depannya, bisa terjadi peningkatan. Kalau kita menolak memeriksa swab karena tidak adanya reagensia, masyarakat luas bisa berasumsi RS USU bohong,” tuturnya.

Karena itu, ia berharap Pemerintah Pusat dapat segera mengirimkan tambahan reagensia ke RS USU. “Sebenarnya kami sudah berupaya membeli reagensia ini. Namun karena saat ini jadi rebutan (dibutuhkan), sehingga baru diterima untuk 33 unit(dari 1.000 unit yang yang dipesan),” ujarnya.

Ia menegaskan, USU bukan tidak mau berkorban uang. Tetapi untuk mendapatkan reagensia tidak cukup hanya memiliki uang saja. Pembelian butuh kuasa dari Ketua Gugus Tugas di Sumut. “Makanya perlu disampaikan, jika tiba saatnya stok reagensia habis dan pesanan belum datang, tim medis di RS USU tidak bisa bekerja melakukan pengujian swab,” cetus dia.

Kabar baiknya, ia mendapat info bahwa sekitar 1.000 reagensia akan datang atas bantuan dari BNPB, yang bisa digunakan untuk 500 pasien.

Runtung menambahkan, alat PCR di laboratorium RS USU yang siap melakukan pengujian swab ada 2 unit. Dan dalam waktu dekat, akan bertambah 2 unit lagi milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kemenkes RI beserta tim medisnya yang berkantor sementara di RS USU. Dengan demikian, nantinya akan ada 4 unit alat PCR yang bisa digunakan di Sumut.

“Apabila dalam 1 alat PCR bisa memeriksa hingga 30 swab, maka sehari dapat menguji 120 spesimen,” pungkasnya.

Hemat Waktu Rawat Inap

Beroperasinya Laboratorium PCR di RS USU mulai Jumat (17/4), akan memberikan banyak manfaat dan mempercepat penanganan Covid-19.

“Manfaat yang diperoleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut dengan adanya laboratorium bantuan dari Kemenkes ini salah satunya adalah penghematan waktu rawat inap pasien,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut Whiko Irwan di Media Center Gugus Tugas, Kantor Gubsu, Jumat (17/4) yang disiarkan melalui melalui live streaming.

Selama ini, katanya, Gugus Tugas Covid-19 Sumut harus mengirim spesimen swab ke Balitbang Kemenkes di Jakarta dan butuh waktu sampai 7-12 hari untuk mendapat hasilnya. Selama waktu itu, pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 harus menunggu hasilnya di rumah sakit.

“Dengan adanya Lab PCR di Sumut kita bisa memangkas waktu rawat inap PDP di RS dimana selama ini mereka bisa 7-10 hari di RS hanya untuk menunggu hasil tes swabnya. Sekarang kita bisa memulangkan PDP lebih cepat dan tempat rawat inap bisa digunakan pasien PDP yang baru,” katanya.

Selain itu, dengan adanya Lab PCR di Sumut maka penanganan pasien juga lebih terarah dan tepat karena hasil tes swab dapat bisa lebih cepat diperoleh. “Dengan cepatnya hasil tes kita peroleh kita juga bisa lebih cepat memberikan perawatan yang tepat kepada pasien positif Covid-19. Ini tentu sangat berguna dalam penanganan Covid-19,” pungkas Whiko.

Lab PCR ini sendiri sekarang diperuntukkan bagi PDP yang dirawat di RS, Orang Dalam Pantauan (ODP) yang hasil rapid tesnya positif dan ODP yang memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19. Dengan begitu, pengujian spesimen swab pasien akan lebih cepat dilakukan dan efektif.

“Siapa yang akan dilakukan tes swab adalah PDP yang dirawat di RS, ODP dengan rapid test positif dan orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19, misalnya keluarga seperti anak dan istri.” kata Whiko.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/