25.6 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Suhu Medan Mencapai 36° Celcius

Suhu Medan memanas. Suhu udara siang hari Kamis (20/6) kemarin mencapai 36 derajat Celsius, membuat warga kota kegerahan. Tak hanya Medan, suhu panas juga melanda kawasan Timur Sumatera Utara.

MENYENGAT: Sejumlah warga melindungi kepala dari sengatan matahari  Titi Gantung, kemarin.//aminoer rasyid/sumut pos
MENYENGAT: Sejumlah warga melindungi kepala dari sengatan matahari di Titi Gantung, kemarin.//aminoer rasyid/sumut pos

“Pada siang hari, suhu udara mencapai 36 derajat Celcius. Sedangkan pada malam hari mencapai 30 derajat. Kondisi cuaca yang panas dan kering disertai angin kencang ini diperkirakan berlangsung hingga seminggu kedepan,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Polonia Medan, Mega Sirait, kemarin.

Dikatakan Mega, di bulan Juni, wilayah Sumut memasuki kemarau.

Angin yang bertiup dari barat cenderung bersifat kering setelah memasuki wilayah Timur Sumut. Kondisi udara yang demikian mengakibatkan sulitnya pembentukan awan dan minimnya hujan. “Akibatnya, udara terasa panas, disertai angin kencang dengan kecepatan mencapai 22 knot (41 km per jam) dan terasa kering dengan kelembaban udara rendah mencapai 37 persen,” tambah Mega.

Massa air yang terbawa angin dari perairan barat Sumut (lautan Hindia) tertahan oleh pegunungan Bukit Barisan, sehingga angin yang melewati Bukit Barisan menuju ke pesisir timur bersifat kering. Sedangkan udara di lereng baratnya bersifat basah sehingga cenderung terjadi hujan di sepanjang lereng barat perbukitan.

Sebaliknya, di lereng timur pegunungan hingga pesisir udaranya kering dan kecepatan anginnya kencang karena mengalami percepatan setelah menuruni perbukitan. “Angin jenis inilah yang disebut dengan angin Fohn (angin yang menuruni perbukitan) atau disebut angin Bahorok. Ciri angin ini bersifat kering (kelembaban rendah) dan panas dengan kecepatan yang cukup kencang lebih dari 15 knot.

Akibatnya, kata Mega, hujan akan sangat sulit terjadi khususnya di daerah lereng dan pesisir timur seperti Langkat, Medan, Deliserdang, Sergai dan Asahan. Sedangkan di lereng barat, cenderung terjadi hujan dengan durasi yang cukup panjang walaupun tidak begitu deras. Seperti di daerah Dairi, Karo, Pakpak Barat dan Humbahas.

“Angin barat pada bulan Juni ini lebih kuat dari normalnya, dipicu aktifnya gangguan cuaca di Pasifik sebelah barat laut yaitu adanya Tropical Storm “LEEPI” di sebelah timur laut Filipina,” paparnya.

Kondisi udara yang panas dan kering ini sering dimanfaatkan oleh pembuka lahan untuk membakar lahan/hutan. Oleh karena itu perlu diwaspadai potensi terjadinya titik panas khususnya di daerah Labuhan Batu, Asahan, Padang Lawas, Tapsel dan Madina.

200 Titik Api di Sumatera

Kabid Data dan Informasi Wilayah I BMKG Sumut, Hendra, menilai potensi suhu 36 derajat Celsius terjadi akibat posisi Medan berada pada Lintang Utara. Menurut perkiraannya, posisi matahari pada 21 hingga 22 Juni persis tegak lurus di lintang 23,5 derajat Lintang Utara (LU), persis posisinya di Kota Medan.

“Pantauan satelit NOAA, dalam sepekan terakhir terdapat 200 titik api di wilayah Sumatera. Namun, hingga Selasa (18/6), titik api atau hot spot sudah berkurang menjadi sekitar 11 titik. Satu di antaranya terdapat di wilayah Sumut, sisanya berada di wilayah Riau. Waspadai gelombang pada nelayan, saat ini mencapai 2 meter. Dan bisa saja lebih tinggi, karena ketidakstabilan cuaca di laut,” tegasnya.

Ancaman Kanker Kulit

Terkait cuaca panas ini, dr Benny Satria Sp KK mengimbau agar warga jangan melakukan aktivitas di bawah sinar matahari langsung. Karena dampaknya akan terasa. “Salah satunya pening atau pusing karena panas. Paling berbahaya dapat menimbulkan kanker kulit. Nah, agar tidak terjadi dehidrasi, perbanyak minum air putih. Hindari makanan yang berminyak-minyak untuk menghindari kekeringan,” saran Benny.

Terpisah, dokter spesialis tropis dan infeksi, DR dr Umar Zein, DTM&H, SpPD, KPTI mengatakan, cuaca panas ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan yang paling rentan terkena adalah bayi, balita, ibu hamil, orangtua dan orang yang memiliki penyakit kronis. “Tapi tidak menutup kemungkinan bagi orang yang juga sehat. Karena siapa saja bisa terkena penyakit akibat cuaca panas ini,” ujarnya.

Kata dia, cuaca panas dapat menurunkan daya tahan tubuh karena cairan yang terlalu banyak keluar. Penyakit yang timbul akibat cuaca panas adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit kulit dan bagi yang mengalami penyakit kronis, penyakitnya dapat kambuh.

“Misalnya, penyakit jantung, stroke, paru-paru krosnis, asma dan lainnya. Cuaca panas akan menyebabkan kita mengeluarkan keringat dan akhirnya dehidrasi, maka kita akan lebih cepat lelah, penyakit seperti biang keringat juga muncul. Debu di musim panas juga dapat menimbulkan ISPA dan makanan serta minuman lebih mudah terkena bakteri,” katanya.

Untuk itu, Umar Zein mengimbau kepada masyarakat untuk dapat menghindari paparan sinar matahari secara langsung. “Ya, kalau tidak ada kepentingan hindari terkena sinar matahari, istirahat di rumah. Kalau tidak bisa, kita harus memakai pelindung, misalnya payung atau masker bagi pengendara motor,” katanya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi lebih banyak air putih, buah dan sayur untuk menghindari penyakit dari dalam, agar tidak mudah dehidrasi dan lemas. “Masyarakat juga harus lebih selektif dalam mencari menu makanan. Dan yang terpenting, jangan lupa cuci tangan pakai sabun. (ram/com/dek)

Suhu Medan memanas. Suhu udara siang hari Kamis (20/6) kemarin mencapai 36 derajat Celsius, membuat warga kota kegerahan. Tak hanya Medan, suhu panas juga melanda kawasan Timur Sumatera Utara.

MENYENGAT: Sejumlah warga melindungi kepala dari sengatan matahari  Titi Gantung, kemarin.//aminoer rasyid/sumut pos
MENYENGAT: Sejumlah warga melindungi kepala dari sengatan matahari di Titi Gantung, kemarin.//aminoer rasyid/sumut pos

“Pada siang hari, suhu udara mencapai 36 derajat Celcius. Sedangkan pada malam hari mencapai 30 derajat. Kondisi cuaca yang panas dan kering disertai angin kencang ini diperkirakan berlangsung hingga seminggu kedepan,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Polonia Medan, Mega Sirait, kemarin.

Dikatakan Mega, di bulan Juni, wilayah Sumut memasuki kemarau.

Angin yang bertiup dari barat cenderung bersifat kering setelah memasuki wilayah Timur Sumut. Kondisi udara yang demikian mengakibatkan sulitnya pembentukan awan dan minimnya hujan. “Akibatnya, udara terasa panas, disertai angin kencang dengan kecepatan mencapai 22 knot (41 km per jam) dan terasa kering dengan kelembaban udara rendah mencapai 37 persen,” tambah Mega.

Massa air yang terbawa angin dari perairan barat Sumut (lautan Hindia) tertahan oleh pegunungan Bukit Barisan, sehingga angin yang melewati Bukit Barisan menuju ke pesisir timur bersifat kering. Sedangkan udara di lereng baratnya bersifat basah sehingga cenderung terjadi hujan di sepanjang lereng barat perbukitan.

Sebaliknya, di lereng timur pegunungan hingga pesisir udaranya kering dan kecepatan anginnya kencang karena mengalami percepatan setelah menuruni perbukitan. “Angin jenis inilah yang disebut dengan angin Fohn (angin yang menuruni perbukitan) atau disebut angin Bahorok. Ciri angin ini bersifat kering (kelembaban rendah) dan panas dengan kecepatan yang cukup kencang lebih dari 15 knot.

Akibatnya, kata Mega, hujan akan sangat sulit terjadi khususnya di daerah lereng dan pesisir timur seperti Langkat, Medan, Deliserdang, Sergai dan Asahan. Sedangkan di lereng barat, cenderung terjadi hujan dengan durasi yang cukup panjang walaupun tidak begitu deras. Seperti di daerah Dairi, Karo, Pakpak Barat dan Humbahas.

“Angin barat pada bulan Juni ini lebih kuat dari normalnya, dipicu aktifnya gangguan cuaca di Pasifik sebelah barat laut yaitu adanya Tropical Storm “LEEPI” di sebelah timur laut Filipina,” paparnya.

Kondisi udara yang panas dan kering ini sering dimanfaatkan oleh pembuka lahan untuk membakar lahan/hutan. Oleh karena itu perlu diwaspadai potensi terjadinya titik panas khususnya di daerah Labuhan Batu, Asahan, Padang Lawas, Tapsel dan Madina.

200 Titik Api di Sumatera

Kabid Data dan Informasi Wilayah I BMKG Sumut, Hendra, menilai potensi suhu 36 derajat Celsius terjadi akibat posisi Medan berada pada Lintang Utara. Menurut perkiraannya, posisi matahari pada 21 hingga 22 Juni persis tegak lurus di lintang 23,5 derajat Lintang Utara (LU), persis posisinya di Kota Medan.

“Pantauan satelit NOAA, dalam sepekan terakhir terdapat 200 titik api di wilayah Sumatera. Namun, hingga Selasa (18/6), titik api atau hot spot sudah berkurang menjadi sekitar 11 titik. Satu di antaranya terdapat di wilayah Sumut, sisanya berada di wilayah Riau. Waspadai gelombang pada nelayan, saat ini mencapai 2 meter. Dan bisa saja lebih tinggi, karena ketidakstabilan cuaca di laut,” tegasnya.

Ancaman Kanker Kulit

Terkait cuaca panas ini, dr Benny Satria Sp KK mengimbau agar warga jangan melakukan aktivitas di bawah sinar matahari langsung. Karena dampaknya akan terasa. “Salah satunya pening atau pusing karena panas. Paling berbahaya dapat menimbulkan kanker kulit. Nah, agar tidak terjadi dehidrasi, perbanyak minum air putih. Hindari makanan yang berminyak-minyak untuk menghindari kekeringan,” saran Benny.

Terpisah, dokter spesialis tropis dan infeksi, DR dr Umar Zein, DTM&H, SpPD, KPTI mengatakan, cuaca panas ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan yang paling rentan terkena adalah bayi, balita, ibu hamil, orangtua dan orang yang memiliki penyakit kronis. “Tapi tidak menutup kemungkinan bagi orang yang juga sehat. Karena siapa saja bisa terkena penyakit akibat cuaca panas ini,” ujarnya.

Kata dia, cuaca panas dapat menurunkan daya tahan tubuh karena cairan yang terlalu banyak keluar. Penyakit yang timbul akibat cuaca panas adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit kulit dan bagi yang mengalami penyakit kronis, penyakitnya dapat kambuh.

“Misalnya, penyakit jantung, stroke, paru-paru krosnis, asma dan lainnya. Cuaca panas akan menyebabkan kita mengeluarkan keringat dan akhirnya dehidrasi, maka kita akan lebih cepat lelah, penyakit seperti biang keringat juga muncul. Debu di musim panas juga dapat menimbulkan ISPA dan makanan serta minuman lebih mudah terkena bakteri,” katanya.

Untuk itu, Umar Zein mengimbau kepada masyarakat untuk dapat menghindari paparan sinar matahari secara langsung. “Ya, kalau tidak ada kepentingan hindari terkena sinar matahari, istirahat di rumah. Kalau tidak bisa, kita harus memakai pelindung, misalnya payung atau masker bagi pengendara motor,” katanya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi lebih banyak air putih, buah dan sayur untuk menghindari penyakit dari dalam, agar tidak mudah dehidrasi dan lemas. “Masyarakat juga harus lebih selektif dalam mencari menu makanan. Dan yang terpenting, jangan lupa cuci tangan pakai sabun. (ram/com/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/