26 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Mari Hidup Satu Hari tanpa Nasi

MEDAN- Mengkonsumsi beras merupakan kebiasaan, jadi jenis makanan itu bisa digantikan dengan makanan apa saja yang kelasnya sama. Hal ini bukan sebagai bagian menutupi kelemahan, melainkan memanfaatkan seluruh panganan lokal.

Demikian disampaikan anggota Dewan Ketahanan Pangan Kotab Medan yang juga pakar diversifikasi pangan, Prof DR Posman Sibuea kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Menurutnya, keragaman panganan lokal di Indonesia bisa menggantikan nasi, karena panganan lokal lainnya memiliki kadar protein yang sama seperti nasi. Memang banyak dikenal panganan lokal di Indonesia seperti sagu, jagung dan sikong. Semua jenis panganan itu tak kalah dengan nasi.

“Hanya saja secara pengelolaannya belum memakai teknologi canggih akibat krisis sumber daya manusia untuk pengelolaan makanan tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut dalam gerakan satu hari tanpa nasi. Sebab bila tak diberlakukan, ancamannya impor beras akan semakin tinggi ke tanah air. Padahal negeri ini merupakan negeri kaya sumber panganan lokal. “Gerakan satu hari tanpa nasi bukan karena kegagalan pemerintah, tapi sebagai wujud menghilangkan citra makan itu tidak harus mengonsumsi nasi,” ujarnya.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyatakan diversifikasi makanan harus digalakkan untuk mengurangi konsumsi nasi. Kini, Indonesia termasuk negara mengonsumsi beras tertinggi di dunia. Negeri ini berlimpah dari sumbeh bahan makanan selain beras.

“Makan nasi ini hanya kebiasaan, sebenarnya masih ada sumber panganan lokal lainnya yang memiliki kadar protein yang sama,” katanya.

Hal lainnya, Posman menyebutkan, kini alih fungsi tanaman pangan ke kelapa sawit dan perumahan membuat pemerintah kesulitan dalam meningkatkan produksi beras. Banyak lahan pertanian produktif digunakan untuk membangun berbagai mall “Tanpa disadari gerakan konsumtif didukung beramai-ramai, sedangkan gerakan pangan lokal ditinggalkan. Jadi mari bersama sehari tanpa nasi,” ajaknya. (ril)

MEDAN- Mengkonsumsi beras merupakan kebiasaan, jadi jenis makanan itu bisa digantikan dengan makanan apa saja yang kelasnya sama. Hal ini bukan sebagai bagian menutupi kelemahan, melainkan memanfaatkan seluruh panganan lokal.

Demikian disampaikan anggota Dewan Ketahanan Pangan Kotab Medan yang juga pakar diversifikasi pangan, Prof DR Posman Sibuea kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Menurutnya, keragaman panganan lokal di Indonesia bisa menggantikan nasi, karena panganan lokal lainnya memiliki kadar protein yang sama seperti nasi. Memang banyak dikenal panganan lokal di Indonesia seperti sagu, jagung dan sikong. Semua jenis panganan itu tak kalah dengan nasi.

“Hanya saja secara pengelolaannya belum memakai teknologi canggih akibat krisis sumber daya manusia untuk pengelolaan makanan tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut dalam gerakan satu hari tanpa nasi. Sebab bila tak diberlakukan, ancamannya impor beras akan semakin tinggi ke tanah air. Padahal negeri ini merupakan negeri kaya sumber panganan lokal. “Gerakan satu hari tanpa nasi bukan karena kegagalan pemerintah, tapi sebagai wujud menghilangkan citra makan itu tidak harus mengonsumsi nasi,” ujarnya.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyatakan diversifikasi makanan harus digalakkan untuk mengurangi konsumsi nasi. Kini, Indonesia termasuk negara mengonsumsi beras tertinggi di dunia. Negeri ini berlimpah dari sumbeh bahan makanan selain beras.

“Makan nasi ini hanya kebiasaan, sebenarnya masih ada sumber panganan lokal lainnya yang memiliki kadar protein yang sama,” katanya.

Hal lainnya, Posman menyebutkan, kini alih fungsi tanaman pangan ke kelapa sawit dan perumahan membuat pemerintah kesulitan dalam meningkatkan produksi beras. Banyak lahan pertanian produktif digunakan untuk membangun berbagai mall “Tanpa disadari gerakan konsumtif didukung beramai-ramai, sedangkan gerakan pangan lokal ditinggalkan. Jadi mari bersama sehari tanpa nasi,” ajaknya. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/