27.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Jalan Desa Rusak, Boru Sihotang Digotong ke RS

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup
Warga Desa Singkam Pardomuan, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumut, menggotong orang sakit, R boru Sihotang, untuk berobat, karena kondisi jalan desa yang rusak berat.
R boru Sihotang terpaksa digotong untuk mempercepat langkah warga. Peristiwa yang terjadi Selasa (12/9) tersebut ternyata pemandangan miris yang selalu dihadapi warga.

TAPTENG, SUMUTPOS.COJalan terjal harus dilewati puluhan warga Singkam Pardomuan, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapanuli Tengah (Tapteng), untuk membawa R boru Sihotang (59) yang tengah sakit untuk dibawa berobat.

R boru Sihotang terpaksa digotong untuk mempercepat langkah warga. Peristiwa yang terjadi Selasa (12/9) tersebut ternyata pemandangan miris yang selalu dihadapi warga.

“Mau gimana lagi, orang sudah sakit nggak mungkin nggak dibawa berobat. Ya terpaksalah digotong. Kendaraan nggak bisa masuk karena kondisi jalan (rusak, red) ini,” ujar Tumbur Tumanggor (40), salah seorang warga setempat kepada wartawan, Sabtu (16/9).

Tumbur mengatakan, akses jalan menuju pemukiman mereka Singkam Pardomuan sejak tahun 1962 lalu luput dari perhatian pemerintah. Sehingga setiap kali membawa warga yang sakit untuk berobat harus ditandu.

“Inilah yang kami alami selama ini, kami selalu mendapatkan kesulitan. Seperti inilah yang kami lakukan setiap ada yang sakit, harus digotong, sebab hanya dengan cara inilah kami bisa membawa yang sakit,” ucapnya seperti dilansir New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO).

Tidak hanya itu, lanjut Tumbur, selain sulitnya akses jalan menuju daerah mereka itu, aliran listrik juga tidak masuk yang menjadi salah satu keluhan yang disuarakan warga mereka.

“Nggak taulah gimana, jalan rusak, listrik juga nggak masuk, sedih kalinya kami di sini,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Giot Hutagalung (32), melihat warga menggotong R boru Sihotang untuk dibawa berobat ke rumah sakit saat itu, membuat ia teringat dengan kisah tragis yang telah pernah dialami keluarganya.

“Sedihnya saya melihat kondisi itu (R boru Sihotang,red), semoga ibu itu cepat sembuh. Saya juga pernah mengalami kejadian seperti itu, sakit rasanya,” ucap Giot.

Ia mengisahkan, peristiwa yang pernah menimpa keluarganya akibat buruknya infrastruktur jalan menuju daerah mereka itu, hingga kini masih melekat di ingatannya, dimana saat itu mereka menandu ayahnya yang tengah sakit, akhirnya meninggal dunia di jalan karena terlambat mendapat pertolongan medis saat menuju rumah sakit.

“Saat itu ayah saya lagi sakit dan harus kami bawa kerumah sakit, karena jalan nggak bisa dilewati kendaraan terpaksa harus digotong rame-rame. Akan tetapi karena terlambat di jalan, ayah saya tidak sempat diselamatkan dan meninggal di tengah jalan, kejadian itu tidak pernah hilang dari ingatan saya. Dan, beginilah yang harus kami terima di Singkam ini. Status kelurahan tapi akses jalan dan lampu listrik tidak bisa kami nikmati,” kata Giot dengan nada sedih. (dh/jpg/nin/ras)

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup
Warga Desa Singkam Pardomuan, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumut, menggotong orang sakit, R boru Sihotang, untuk berobat, karena kondisi jalan desa yang rusak berat.
R boru Sihotang terpaksa digotong untuk mempercepat langkah warga. Peristiwa yang terjadi Selasa (12/9) tersebut ternyata pemandangan miris yang selalu dihadapi warga.

TAPTENG, SUMUTPOS.COJalan terjal harus dilewati puluhan warga Singkam Pardomuan, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapanuli Tengah (Tapteng), untuk membawa R boru Sihotang (59) yang tengah sakit untuk dibawa berobat.

R boru Sihotang terpaksa digotong untuk mempercepat langkah warga. Peristiwa yang terjadi Selasa (12/9) tersebut ternyata pemandangan miris yang selalu dihadapi warga.

“Mau gimana lagi, orang sudah sakit nggak mungkin nggak dibawa berobat. Ya terpaksalah digotong. Kendaraan nggak bisa masuk karena kondisi jalan (rusak, red) ini,” ujar Tumbur Tumanggor (40), salah seorang warga setempat kepada wartawan, Sabtu (16/9).

Tumbur mengatakan, akses jalan menuju pemukiman mereka Singkam Pardomuan sejak tahun 1962 lalu luput dari perhatian pemerintah. Sehingga setiap kali membawa warga yang sakit untuk berobat harus ditandu.

“Inilah yang kami alami selama ini, kami selalu mendapatkan kesulitan. Seperti inilah yang kami lakukan setiap ada yang sakit, harus digotong, sebab hanya dengan cara inilah kami bisa membawa yang sakit,” ucapnya seperti dilansir New Tapanuli (grup SUMUTPOS.CO).

Tidak hanya itu, lanjut Tumbur, selain sulitnya akses jalan menuju daerah mereka itu, aliran listrik juga tidak masuk yang menjadi salah satu keluhan yang disuarakan warga mereka.

“Nggak taulah gimana, jalan rusak, listrik juga nggak masuk, sedih kalinya kami di sini,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Giot Hutagalung (32), melihat warga menggotong R boru Sihotang untuk dibawa berobat ke rumah sakit saat itu, membuat ia teringat dengan kisah tragis yang telah pernah dialami keluarganya.

“Sedihnya saya melihat kondisi itu (R boru Sihotang,red), semoga ibu itu cepat sembuh. Saya juga pernah mengalami kejadian seperti itu, sakit rasanya,” ucap Giot.

Ia mengisahkan, peristiwa yang pernah menimpa keluarganya akibat buruknya infrastruktur jalan menuju daerah mereka itu, hingga kini masih melekat di ingatannya, dimana saat itu mereka menandu ayahnya yang tengah sakit, akhirnya meninggal dunia di jalan karena terlambat mendapat pertolongan medis saat menuju rumah sakit.

“Saat itu ayah saya lagi sakit dan harus kami bawa kerumah sakit, karena jalan nggak bisa dilewati kendaraan terpaksa harus digotong rame-rame. Akan tetapi karena terlambat di jalan, ayah saya tidak sempat diselamatkan dan meninggal di tengah jalan, kejadian itu tidak pernah hilang dari ingatan saya. Dan, beginilah yang harus kami terima di Singkam ini. Status kelurahan tapi akses jalan dan lampu listrik tidak bisa kami nikmati,” kata Giot dengan nada sedih. (dh/jpg/nin/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/