28 C
Medan
Sunday, December 21, 2025

Sekeliling Bukit Barisan Rawan Longsor, Intensitas Hujan Diatas Normal Hingga Desember

Begitupun berdasarkan data yang dia olah dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, bahwa curah hujan di atas normal bakal terjadi di Sumut sampai Desember mendatang. Atas dasar itulah, kata Riadil, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menerbitkan surat edaran kepada seluruh kepala daerah untuk siaga bencana.

“Untuk curah hujan tinggi selama Oktober ini, sejumlah daerah seperti Asahan, Humbanghasundutan, Labuhan Batu, Simalungun, Madina, dan Tapsel akan terdampak. Pada November selain daerah sebelumnya, termasuk Tapteng, Taput, Labura dan Labusel. Dan di Desember, Kota Binjai juga bakal terkena dampak curah hujan tinggi,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) wilayah I-Medan, Syahnan mengamini jika cuaca ekstrim yang terjadi di Sumut, berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor. Menurutnya, untuk Bulan Oktober 2018, umumnya potensi tingkat bahaya longsor di wilayah Sumatera Utara berkisar antara tingkat sedang sampai tinggi.

Diungkapkan Syahnan, adapun daerah-daerah yang mempunyai potensi tinggi terdapat di Tapanuli Utara tepatnya di Pahae Jae, Siborongborong dan Adian Koting. Kemudian Humbang Hasundutan tepatnya di Lintong Nihuta, Toba Samosir di Porsea dan Silaen, Samosir di Onan Runggu dan Palipi, Tapanuli Tengah di Barus dan Andam Dewi serta Tapanuli Selatan di Dolok.

“ Potensi longsor itu dikarenakan hujan terus menerus, “ ungkap Syhanan.

Lebih lanjut disebut Syahnan, indeks ektrim ditandai dengan adanya tanah sudah jenuh air, curah hujan tinggi, terlihat genangan air dan air sungai sudah meluap. “Untuk indeks tinggi ditandai dengan adanya tanah sudah jenuh air, curah hujan tinggi dan terlihat genangan air. Sedangkan indeks sedang ditandai dengan tanah mulai basah dan run off meningkat serta Indeks rendah ditandai dengan curah hujan rendah dan run off rendah, “ tambah Syahnan.

Selain itu, Syahnan juga memetakan potensi gelombang tinggi di Sumatera Utara di Bulan Oktober 2018. Dijelaskannya, untuk kegiatan pelayaran laut, tinggi gelombang maksimum kurang lebih 3.0 Meter, berpeluang terjadi di Samudera Hindia Barat Kepulauan Nias. Untuk tinggi gelombang kurang lebih 2,5 Meter berpeluang terjadi di Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Sabang-Banda Aceh, Perairan Banda Aceh dan Samudera Hindia Barat Aceh. Sementara tinggi gelombang kurang lebih 2.0 Meter, berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Nias-Sibolga.

“Kewaspadaan terhadap petir juga mempunyai potensi sedang sampai tinggi. Untuk wilayah Sumatera Utara, adalah Lereng Timur, Lereng Barat, Pantai Timur dan sebahagian Pantai Barat. Untuk potensi tingkat bahaya kebakaran hutan dan lahan di sumatera utara bulan oktober 2018 tidak ada karena sudah memasuki musim hujan, “ tandas Syahnan.

Begitupun berdasarkan data yang dia olah dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, bahwa curah hujan di atas normal bakal terjadi di Sumut sampai Desember mendatang. Atas dasar itulah, kata Riadil, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menerbitkan surat edaran kepada seluruh kepala daerah untuk siaga bencana.

“Untuk curah hujan tinggi selama Oktober ini, sejumlah daerah seperti Asahan, Humbanghasundutan, Labuhan Batu, Simalungun, Madina, dan Tapsel akan terdampak. Pada November selain daerah sebelumnya, termasuk Tapteng, Taput, Labura dan Labusel. Dan di Desember, Kota Binjai juga bakal terkena dampak curah hujan tinggi,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) wilayah I-Medan, Syahnan mengamini jika cuaca ekstrim yang terjadi di Sumut, berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor. Menurutnya, untuk Bulan Oktober 2018, umumnya potensi tingkat bahaya longsor di wilayah Sumatera Utara berkisar antara tingkat sedang sampai tinggi.

Diungkapkan Syahnan, adapun daerah-daerah yang mempunyai potensi tinggi terdapat di Tapanuli Utara tepatnya di Pahae Jae, Siborongborong dan Adian Koting. Kemudian Humbang Hasundutan tepatnya di Lintong Nihuta, Toba Samosir di Porsea dan Silaen, Samosir di Onan Runggu dan Palipi, Tapanuli Tengah di Barus dan Andam Dewi serta Tapanuli Selatan di Dolok.

“ Potensi longsor itu dikarenakan hujan terus menerus, “ ungkap Syhanan.

Lebih lanjut disebut Syahnan, indeks ektrim ditandai dengan adanya tanah sudah jenuh air, curah hujan tinggi, terlihat genangan air dan air sungai sudah meluap. “Untuk indeks tinggi ditandai dengan adanya tanah sudah jenuh air, curah hujan tinggi dan terlihat genangan air. Sedangkan indeks sedang ditandai dengan tanah mulai basah dan run off meningkat serta Indeks rendah ditandai dengan curah hujan rendah dan run off rendah, “ tambah Syahnan.

Selain itu, Syahnan juga memetakan potensi gelombang tinggi di Sumatera Utara di Bulan Oktober 2018. Dijelaskannya, untuk kegiatan pelayaran laut, tinggi gelombang maksimum kurang lebih 3.0 Meter, berpeluang terjadi di Samudera Hindia Barat Kepulauan Nias. Untuk tinggi gelombang kurang lebih 2,5 Meter berpeluang terjadi di Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Sabang-Banda Aceh, Perairan Banda Aceh dan Samudera Hindia Barat Aceh. Sementara tinggi gelombang kurang lebih 2.0 Meter, berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Nias-Sibolga.

“Kewaspadaan terhadap petir juga mempunyai potensi sedang sampai tinggi. Untuk wilayah Sumatera Utara, adalah Lereng Timur, Lereng Barat, Pantai Timur dan sebahagian Pantai Barat. Untuk potensi tingkat bahaya kebakaran hutan dan lahan di sumatera utara bulan oktober 2018 tidak ada karena sudah memasuki musim hujan, “ tandas Syahnan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru