32 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Penyabu Tewas Seminggu Usai Dijemput dari Panti Insyaf

Foto: Manahan/PM Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.
Foto: Manahan/PM
Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Seminggu dirawat di RS Haji Medan, Juanda Prayoga (27) menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (16/12) sore. Dugaan penyiksaan dari pengaman Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan atau yang dikenal dengan PSPP Insyaf Medan, mencuat.

Tudingan penyiksaan terhadap Juanda, terlontar saat wartawan menyambangi rumah duka di Jl. Besi Desa Ramunia II, Kec. Pantailabu, Deliserdang, Rabu (17/12) pagi. Suasana haru tergambar jelas di kediaman bapak 1 anak yang menjabat Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa Ramunia II tersebut.

Jerit tangis Riska (23) dan Melani (3), istri dan putri semata wayang Juanda, sambung menyambung dengan tangisan orangtua Juanda, M. Karim (52) dan Suarni (51). Tetangga dan kerabat juga tak kalah sedih. Begitu juga rekan kerja Juanda, kerap menetskan air mata, saat melihat tubuh Juanda terbujur kaku.

Suparno (45), paman Juanda yang juga Kades Ramunia II, mengaku kalau pada 24 September 2014 lalu, keponakannya itu dimasukkan ke Insyaf yang berada di Jl. Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri, Kec. Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang

untuk menjalani rehabilitasi ketergantungan sabu-sabu. Pasalnya, setahun belakangan, Juanda mulai ketergantungan sabu sehingga merugikan dirinya dan keluarga.

Namun, Rabu (19/11) lalu, pihak panti meminta keluarga Juanda datang, karena Juanda. Esoknya, Kamis (20/11), keluarga pun datang. Di sana, mereka melihat Juanda lemas. Juanda lalu dilarikan ke RSUD Lubukpakam untuk menjalani perawatan.

Di sana, Juanda dirawat di ruang UGD. Namun disebabkan kondisi Juanda semakin melemah dan berdasarkan hasil pemeriksaan, Juanda pun dirujuk ke RS Haji Medan pada Jumat (21/12) sekira pukul 23.00 Wib. Di RS Haji Medan, Juanda pun dirawat di ruang ICU selama seminggu. Setelah seminggu dirawat di ICU, selanjutnya Juanda pun dipindahkan ke ruangan biasa untuk menjalani pemulihan.

Selama menjalani perawatan, Juanda pun bercerita kepada keluarganya bahwa dia dipukuli 3 sekuriti panti, sekitar 2 minggu sebelum dijemput dari panti. Juanda juga menyebut nama salah seorang sekuriti yakni berinisial Y. Junada juga mengaku, pemukulan itu diterimanya karena mencoba kabur.

“Selama menjalani rehabilitasi di panti, Juanda dua kali berusaha kabur akibat tidak tahan menjalani perawatan di panti. Namun kedua usahanya untuk kabur selalu gagal. Setiap ditangkap lagi, Juanda selalu dipukuli 3 satpam dan para penghuni panti atas perintah Y,” ungkap Suparno mengulang cerita Juanda saat masih dirawat.

Suparno sendiri begitu kesal. Sebab, pihak panti memberitahukan keluarga setelah 2 minggu Juanda mengalami pemukulan. Sehingga luka yang dialami oleh Juanda semakin parah. ”Pandai orang itu (pihak panti), memberitahukan pihak keluarga setelah 2 minggu Juanda dupukuli, sehingga bekas pemukulannya sudah hilang,” tegasnya.

Curiga dengan pengakuan Juanda, Suparno dan kedua orangtua Juanda, telah melapor ke Polda Sumut, Senin (24/11) lalu. Namun, Rabu (26/12) lalu, pihak Poldasu melimpahkan laporan mereka ke Polresta Medan. Lagi, keluarga kecewa. Sebab, pasca dilaporkan dan Juanda kala itu masih hidup, polisi belum bisa menguak kebenaran pemukulan itu.

“Kami harapkan pihak Polresta Medan bertindak cepat dan seger menangkap Yosep dan petugas satpam lainnya serta penghuni panti yang tega memukuli keponakanku. Kalau Juanda sudah 4 tahun menjadi Kaur Pembangunan di kantor desa yang aku pimpin,” ujarnya.

Sementara, Sopian (35), sepupu Juanda, mengaku kalau mereka membayar Rp300 ribu per bulan selama Juanda direhabilitasi di panti. ”Semua biaya rumah sakit ditanggung pihak keluarga. Sejak Juanda dirawat di rumah sakit sampai Juanda meninggal, pihak panti tidak ada yang datang. Setiap dihubungi pihak panti beralasan pimpinan panti belum datang,” jelasnya.

PSPP Insyaf Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI. Berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Pelayanan meliputi bimbingan mental, sosial, fisik, dan pelatihan keterampilan praktis.

Tujuannya agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sayang, ketika kru koran ini mendatangi panti, kemarin (17/12) sekitar pukul 15.30, orang-orang di sana terlihat tak bersahabat. Seorang petugas malah mengaku kalau tak ada pasien bernama Juanda Prayoga yang dirawat di sana. Dibebernya, kalau ada pasien yang sakit, keluargannya langsung ditelepon supaya datang dan membawanya ke rumah sakit.

Ketika dikabari kalau Juanda sudah tewas dan mengaku disiksa karena berusaha kabur, petugas itu terlihat kaget. “Eh..kami tidak tahu itu, mana ada nama yang itu di sini,” katanya. “Tidak ada pasien rehabilitasi yang kabur dari sini. Biasanya kalau ada yang sakit langsung kita beritahukan kepada keluarganya, kalau lari dari rehabilitasi ini tidak ada,” katanya sambil pergi.

Diminta untuk membolehkan kru koran bertemu dengan pimpinannya, petugas itu mengaku pimpinannya tak berada di kantor. “Mereka sudah pergi. Apalagi besok ada natal di sini, semua sibuk,” ketusnya.

Salah satu pegawai yang mengaku menjabat bendahara namun enggan memberitahu namanya, juga terlihat tak bersahabat. “Kalau mau konfirmasi kepada kepala aja langsung, di sini humas tidak ada, yang ada kepala Repsos,” katanya, juga sambil berlalu.

 

PERUT JUANDA INFEKSI

Direktur RSUD Lubukpakam, dr Isnaini yang dihubungi Rabu (17/12), mengaku Juanda tiba di UGD RSUD Lubukpakam dalam kondisinya lemah. Bagian perutnya keras akibat infeksi sehingga tim medis harus memasukkan selang ke dalam perutnya lewat hidung. Namun selang yang dipasang itu dilepaskan Juanda, dan mengatakan dirinya tidak mau dirawat di rumah sakit.

Akibat kondisi Juanda semakin lemah dan harus segera mendapatkan perawatan, akhirnya Juanda pun dirujuk ke RS Haji Medan. ”Saat tiba di UGD RSUD Lubukpakam kondisi Juanda melemah serta bagian perutnya mengeras akibat infeksi. Infeksi di bagian perut bisa disebabkan trauma,” ungkapnya.

“Masalah apakah Juanda mengalami luka-luka akibat dipukuli saat masuk ke UGD, harus melihat rekam medisnya,” ungkapnya. (cr1)

Foto: Manahan/PM Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.
Foto: Manahan/PM
Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Seminggu dirawat di RS Haji Medan, Juanda Prayoga (27) menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (16/12) sore. Dugaan penyiksaan dari pengaman Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan atau yang dikenal dengan PSPP Insyaf Medan, mencuat.

Tudingan penyiksaan terhadap Juanda, terlontar saat wartawan menyambangi rumah duka di Jl. Besi Desa Ramunia II, Kec. Pantailabu, Deliserdang, Rabu (17/12) pagi. Suasana haru tergambar jelas di kediaman bapak 1 anak yang menjabat Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa Ramunia II tersebut.

Jerit tangis Riska (23) dan Melani (3), istri dan putri semata wayang Juanda, sambung menyambung dengan tangisan orangtua Juanda, M. Karim (52) dan Suarni (51). Tetangga dan kerabat juga tak kalah sedih. Begitu juga rekan kerja Juanda, kerap menetskan air mata, saat melihat tubuh Juanda terbujur kaku.

Suparno (45), paman Juanda yang juga Kades Ramunia II, mengaku kalau pada 24 September 2014 lalu, keponakannya itu dimasukkan ke Insyaf yang berada di Jl. Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri, Kec. Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang

untuk menjalani rehabilitasi ketergantungan sabu-sabu. Pasalnya, setahun belakangan, Juanda mulai ketergantungan sabu sehingga merugikan dirinya dan keluarga.

Namun, Rabu (19/11) lalu, pihak panti meminta keluarga Juanda datang, karena Juanda. Esoknya, Kamis (20/11), keluarga pun datang. Di sana, mereka melihat Juanda lemas. Juanda lalu dilarikan ke RSUD Lubukpakam untuk menjalani perawatan.

Di sana, Juanda dirawat di ruang UGD. Namun disebabkan kondisi Juanda semakin melemah dan berdasarkan hasil pemeriksaan, Juanda pun dirujuk ke RS Haji Medan pada Jumat (21/12) sekira pukul 23.00 Wib. Di RS Haji Medan, Juanda pun dirawat di ruang ICU selama seminggu. Setelah seminggu dirawat di ICU, selanjutnya Juanda pun dipindahkan ke ruangan biasa untuk menjalani pemulihan.

Selama menjalani perawatan, Juanda pun bercerita kepada keluarganya bahwa dia dipukuli 3 sekuriti panti, sekitar 2 minggu sebelum dijemput dari panti. Juanda juga menyebut nama salah seorang sekuriti yakni berinisial Y. Junada juga mengaku, pemukulan itu diterimanya karena mencoba kabur.

“Selama menjalani rehabilitasi di panti, Juanda dua kali berusaha kabur akibat tidak tahan menjalani perawatan di panti. Namun kedua usahanya untuk kabur selalu gagal. Setiap ditangkap lagi, Juanda selalu dipukuli 3 satpam dan para penghuni panti atas perintah Y,” ungkap Suparno mengulang cerita Juanda saat masih dirawat.

Suparno sendiri begitu kesal. Sebab, pihak panti memberitahukan keluarga setelah 2 minggu Juanda mengalami pemukulan. Sehingga luka yang dialami oleh Juanda semakin parah. ”Pandai orang itu (pihak panti), memberitahukan pihak keluarga setelah 2 minggu Juanda dupukuli, sehingga bekas pemukulannya sudah hilang,” tegasnya.

Curiga dengan pengakuan Juanda, Suparno dan kedua orangtua Juanda, telah melapor ke Polda Sumut, Senin (24/11) lalu. Namun, Rabu (26/12) lalu, pihak Poldasu melimpahkan laporan mereka ke Polresta Medan. Lagi, keluarga kecewa. Sebab, pasca dilaporkan dan Juanda kala itu masih hidup, polisi belum bisa menguak kebenaran pemukulan itu.

“Kami harapkan pihak Polresta Medan bertindak cepat dan seger menangkap Yosep dan petugas satpam lainnya serta penghuni panti yang tega memukuli keponakanku. Kalau Juanda sudah 4 tahun menjadi Kaur Pembangunan di kantor desa yang aku pimpin,” ujarnya.

Sementara, Sopian (35), sepupu Juanda, mengaku kalau mereka membayar Rp300 ribu per bulan selama Juanda direhabilitasi di panti. ”Semua biaya rumah sakit ditanggung pihak keluarga. Sejak Juanda dirawat di rumah sakit sampai Juanda meninggal, pihak panti tidak ada yang datang. Setiap dihubungi pihak panti beralasan pimpinan panti belum datang,” jelasnya.

PSPP Insyaf Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI. Berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Pelayanan meliputi bimbingan mental, sosial, fisik, dan pelatihan keterampilan praktis.

Tujuannya agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sayang, ketika kru koran ini mendatangi panti, kemarin (17/12) sekitar pukul 15.30, orang-orang di sana terlihat tak bersahabat. Seorang petugas malah mengaku kalau tak ada pasien bernama Juanda Prayoga yang dirawat di sana. Dibebernya, kalau ada pasien yang sakit, keluargannya langsung ditelepon supaya datang dan membawanya ke rumah sakit.

Ketika dikabari kalau Juanda sudah tewas dan mengaku disiksa karena berusaha kabur, petugas itu terlihat kaget. “Eh..kami tidak tahu itu, mana ada nama yang itu di sini,” katanya. “Tidak ada pasien rehabilitasi yang kabur dari sini. Biasanya kalau ada yang sakit langsung kita beritahukan kepada keluarganya, kalau lari dari rehabilitasi ini tidak ada,” katanya sambil pergi.

Diminta untuk membolehkan kru koran bertemu dengan pimpinannya, petugas itu mengaku pimpinannya tak berada di kantor. “Mereka sudah pergi. Apalagi besok ada natal di sini, semua sibuk,” ketusnya.

Salah satu pegawai yang mengaku menjabat bendahara namun enggan memberitahu namanya, juga terlihat tak bersahabat. “Kalau mau konfirmasi kepada kepala aja langsung, di sini humas tidak ada, yang ada kepala Repsos,” katanya, juga sambil berlalu.

 

PERUT JUANDA INFEKSI

Direktur RSUD Lubukpakam, dr Isnaini yang dihubungi Rabu (17/12), mengaku Juanda tiba di UGD RSUD Lubukpakam dalam kondisinya lemah. Bagian perutnya keras akibat infeksi sehingga tim medis harus memasukkan selang ke dalam perutnya lewat hidung. Namun selang yang dipasang itu dilepaskan Juanda, dan mengatakan dirinya tidak mau dirawat di rumah sakit.

Akibat kondisi Juanda semakin lemah dan harus segera mendapatkan perawatan, akhirnya Juanda pun dirujuk ke RS Haji Medan. ”Saat tiba di UGD RSUD Lubukpakam kondisi Juanda melemah serta bagian perutnya mengeras akibat infeksi. Infeksi di bagian perut bisa disebabkan trauma,” ungkapnya.

“Masalah apakah Juanda mengalami luka-luka akibat dipukuli saat masuk ke UGD, harus melihat rekam medisnya,” ungkapnya. (cr1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/