MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fahrul satu dari puluhan mahasiswa yang diamankan mengaku bingung kenapa pihak mereka yang diamankan polisi. Padahal, Fahrul mengaku ia dan teman-temannya yang diserang. “Kami lagi di kampus diserang. Kami korban kok ditangkap polisi,” protesnya di Polresta Medan.
Dikisahkan Fahrul, awalnya dia dan teman-temannya hanya duduk-duduk di dalam kampus. Tak lama berselang, massa kubu sebelah datang berunjuk rasa dan melempari kampus mereka.
“Makanya kami terpancing dan ikut melempari juga. Siapa juga yang diam saja dilempar. Makanya kami melawan. Tapi setelah itu, malah kami yang diboyong ke Polresta Medan. Seolah-olah kami yang salah. Kami minta polisi adil menangani kasus ini. Jangan jadi pemicu hal-hal negatif lainnya. Ini masalah kampus. Kami seperti dikondisikan. Kami juga tidak mengenal semua yang demo itu,” pungkas Fahrul diamini temannya Haikal, Fatih dan Dino.
Kapolsek Medan Kota Kompol Ronald Sipayung mengaku pihaknya melakukan pengamanan sekaligus penjagaan untuk menhindari bentrok susulan. “Pemeriksaannya diambil alih Polresta Medan. Orang-orang yang diamankan juga dibawa ke sana,” bebernya.
Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto menerangkan, dalam kejadian ini, kedua belah pihak melakukan kekerasan. Pihak yang berjaga diamankan karena diduga sebagai preman dan sebagian lagi alumni.
“Sekitar 50 orang yang diamankan dan akan kami periksa identitas serta alasannya ada di lokasi,” ujarnya.
Kasat Reskrim Kompol Aldi Subartono menambahkan, mereka masih memeriksa orang-orang atau pengunjuk rasa yang diamankan. “Mereka hanya sebagai saksi dan dimintai keterangan,” sebutnya.
Ditanya adakah senjata yang diamankan dalam bentrok tersebut? Mantan Kapolsek Sunggal itu memastikan tidak ada. “Tak ada senjata yang disita. Hanya kayu-kayu terbakar yang disita sebagai barang bukti,” pungkasnya. (gib/deo)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fahrul satu dari puluhan mahasiswa yang diamankan mengaku bingung kenapa pihak mereka yang diamankan polisi. Padahal, Fahrul mengaku ia dan teman-temannya yang diserang. “Kami lagi di kampus diserang. Kami korban kok ditangkap polisi,” protesnya di Polresta Medan.
Dikisahkan Fahrul, awalnya dia dan teman-temannya hanya duduk-duduk di dalam kampus. Tak lama berselang, massa kubu sebelah datang berunjuk rasa dan melempari kampus mereka.
“Makanya kami terpancing dan ikut melempari juga. Siapa juga yang diam saja dilempar. Makanya kami melawan. Tapi setelah itu, malah kami yang diboyong ke Polresta Medan. Seolah-olah kami yang salah. Kami minta polisi adil menangani kasus ini. Jangan jadi pemicu hal-hal negatif lainnya. Ini masalah kampus. Kami seperti dikondisikan. Kami juga tidak mengenal semua yang demo itu,” pungkas Fahrul diamini temannya Haikal, Fatih dan Dino.
Kapolsek Medan Kota Kompol Ronald Sipayung mengaku pihaknya melakukan pengamanan sekaligus penjagaan untuk menhindari bentrok susulan. “Pemeriksaannya diambil alih Polresta Medan. Orang-orang yang diamankan juga dibawa ke sana,” bebernya.
Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto menerangkan, dalam kejadian ini, kedua belah pihak melakukan kekerasan. Pihak yang berjaga diamankan karena diduga sebagai preman dan sebagian lagi alumni.
“Sekitar 50 orang yang diamankan dan akan kami periksa identitas serta alasannya ada di lokasi,” ujarnya.
Kasat Reskrim Kompol Aldi Subartono menambahkan, mereka masih memeriksa orang-orang atau pengunjuk rasa yang diamankan. “Mereka hanya sebagai saksi dan dimintai keterangan,” sebutnya.
Ditanya adakah senjata yang diamankan dalam bentrok tersebut? Mantan Kapolsek Sunggal itu memastikan tidak ada. “Tak ada senjata yang disita. Hanya kayu-kayu terbakar yang disita sebagai barang bukti,” pungkasnya. (gib/deo)