26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Kopertis: Dipicu Ambil Alih Kekuasaan

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Mahasiswa Kedokteran melakukan aksi unjukrasa di depan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Jalan Sisingamangaraja Medan, Kamis (17/12). Aksi tersebut terkait status pendidikan dan legalitas UISU.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Mahasiswa Kedokteran melakukan aksi unjukrasa di depan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Jalan Sisingamangaraja Medan, Kamis (17/12). Aksi tersebut terkait status pendidikan dan legalitas UISU.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah 1 Sumut-Aceh, Dian Armanto sudah mendengar kekisruhan yang terjadi di Fakultas Kedokteran UISU. Dari data yang diketahuinya, bentrok dipicu hadirnya mantan Dekan Fakultas Kedokteran UISU yang bersikeras ingin mengambil alih kekuasaan. Tapi para mahasiswa dan yayasan menolak.

“Ada orang tertentu termasuk mantan dekan yang mau menguasai fakultas. Dia sudah masuk Senin lalu pada wisuda mahasiswa UISU. Karena itulah yayasan dan mahasiswa menolak karena tidak ingin dipimpinnya,” ujar Dian.

Atas kasus ini, pihak Kopertis hanya akan melihat upaya penyelesaian yang dilakukan pihak fakultas. Pihaknya akan turun jika pihak fakultas meminta batuan.

“Ini kan fakultas, jadi urusannya antara rektor dan yayasan. Hanya bagian kecil dari universitas. Kecuali mereka meminta pertolongan pada kami baru kami akan turun,” tandasnya.

Pengamat Pendidikan Sumut, Syaiful Sagala tak berani berkomentar terlalu jauh atas kekisruhan yang terjadi di Fakultas Kedokteran UISU. Sebab ia tidak mengetahui detil persoalan yang terjadi. Ia hanya berujar bahwa pihak-pihak terkait yang sejatinya merupakan orang cendikiawan harusnya mampu bersikap layaknya cendikiawan.

Apalagi dari informasi yang ia dengar ada perebutan kekuasan oleh mantan dekan fakultas dan simpatisannya. “Kalau masa jabatan sudah berakhir ya terima saja. Kecuali masa jabatannya masih ada tapi diberhentikan tanpa alasan yang jelas. Sebagai intelektual harusnya mampu berpikir dengan baik. Bukan grasak grusuk. Kalau begini bukti titel intelektual dan cendikiawan yang tersemat hanya sekedar simbol saja,” kritiknya.

Banyaknya fasilitas kampus yang rusak akibat kekisruhan itu tentu sangat disayangkan. Namun begitu, jika memang berada di posisi yang benar, tentu pihak yayasan akan memperbaiki fasilitas yang rusak.

Syaiful juga mengatakan tidak ada yang menjamin semua massa adalah mahasiswa kedokteran. Katanya, pada umumnya mahasiswa kedokteran merupakan sosok yang hati-hati dalam bertindak. “Kita enggak bisa memastikan semua itu mahasiswa kedokteran. Enggak bisa kita jamin. Tapi ada orang-orang yang mengaku sebagai mahasiswa,” ujarnya.

Syaiful mengatakan kedepan yayasan hendaknya mengidentifikasi beberapa persoalan dan mengambil langkah penting untuk meredam itu. Temukan semua pihak yang terkait.

Di sisi lain, ia melihat perlu dicermati juga jika memang apa yang disampaikan murni aspirasi mahasiswa, maka kemungkina besok aksi akan berlanjut ketika tuntutan mereka tidak terpenuhi. Tapi, jika hanya keinginan orang tertentu maka aksi itu mungkin tidak akan terjadi lagi walau tuntutan belum terpenuhi. (win/deo)

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Mahasiswa Kedokteran melakukan aksi unjukrasa di depan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Jalan Sisingamangaraja Medan, Kamis (17/12). Aksi tersebut terkait status pendidikan dan legalitas UISU.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Mahasiswa Kedokteran melakukan aksi unjukrasa di depan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Jalan Sisingamangaraja Medan, Kamis (17/12). Aksi tersebut terkait status pendidikan dan legalitas UISU.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah 1 Sumut-Aceh, Dian Armanto sudah mendengar kekisruhan yang terjadi di Fakultas Kedokteran UISU. Dari data yang diketahuinya, bentrok dipicu hadirnya mantan Dekan Fakultas Kedokteran UISU yang bersikeras ingin mengambil alih kekuasaan. Tapi para mahasiswa dan yayasan menolak.

“Ada orang tertentu termasuk mantan dekan yang mau menguasai fakultas. Dia sudah masuk Senin lalu pada wisuda mahasiswa UISU. Karena itulah yayasan dan mahasiswa menolak karena tidak ingin dipimpinnya,” ujar Dian.

Atas kasus ini, pihak Kopertis hanya akan melihat upaya penyelesaian yang dilakukan pihak fakultas. Pihaknya akan turun jika pihak fakultas meminta batuan.

“Ini kan fakultas, jadi urusannya antara rektor dan yayasan. Hanya bagian kecil dari universitas. Kecuali mereka meminta pertolongan pada kami baru kami akan turun,” tandasnya.

Pengamat Pendidikan Sumut, Syaiful Sagala tak berani berkomentar terlalu jauh atas kekisruhan yang terjadi di Fakultas Kedokteran UISU. Sebab ia tidak mengetahui detil persoalan yang terjadi. Ia hanya berujar bahwa pihak-pihak terkait yang sejatinya merupakan orang cendikiawan harusnya mampu bersikap layaknya cendikiawan.

Apalagi dari informasi yang ia dengar ada perebutan kekuasan oleh mantan dekan fakultas dan simpatisannya. “Kalau masa jabatan sudah berakhir ya terima saja. Kecuali masa jabatannya masih ada tapi diberhentikan tanpa alasan yang jelas. Sebagai intelektual harusnya mampu berpikir dengan baik. Bukan grasak grusuk. Kalau begini bukti titel intelektual dan cendikiawan yang tersemat hanya sekedar simbol saja,” kritiknya.

Banyaknya fasilitas kampus yang rusak akibat kekisruhan itu tentu sangat disayangkan. Namun begitu, jika memang berada di posisi yang benar, tentu pihak yayasan akan memperbaiki fasilitas yang rusak.

Syaiful juga mengatakan tidak ada yang menjamin semua massa adalah mahasiswa kedokteran. Katanya, pada umumnya mahasiswa kedokteran merupakan sosok yang hati-hati dalam bertindak. “Kita enggak bisa memastikan semua itu mahasiswa kedokteran. Enggak bisa kita jamin. Tapi ada orang-orang yang mengaku sebagai mahasiswa,” ujarnya.

Syaiful mengatakan kedepan yayasan hendaknya mengidentifikasi beberapa persoalan dan mengambil langkah penting untuk meredam itu. Temukan semua pihak yang terkait.

Di sisi lain, ia melihat perlu dicermati juga jika memang apa yang disampaikan murni aspirasi mahasiswa, maka kemungkina besok aksi akan berlanjut ketika tuntutan mereka tidak terpenuhi. Tapi, jika hanya keinginan orang tertentu maka aksi itu mungkin tidak akan terjadi lagi walau tuntutan belum terpenuhi. (win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/