BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Sejak 5 tahun pascadisermikan Terminal Bandar Deli Pelabuhan Belawan, jembatan penyeberangan atau Sky Cross yang berfungsi untuk memfasilitasi penyebrangan penumpang Kereta Api menuju KM Kelud, belum juga digunakan.
Kehadiran jembatan di atas Jalan Stasiun, Belawan, sebagai akses untuk mensinergikan tranposrtasi laut dan darat itu, hanya sebatas pajangan. Sehingga, kondisinya yang mulai mengkropos tidak terawat.
Bahkan, jembatan dengan lebar satu meter dan panjang delapan meter masih tertutup dengan gembok, tidak pernah dilalui masyarakat pada saat kedatangan dan keberangkatan KM Kelud di Termina Bandar Deli Pelabuhan Belawan.
Manajer Umum PT Pelindo cabang Belawan, Khairul Ulya mengatakan, pihaknya hanya sebatas memfasilitasi jembatan penyeberangan tersebut. Tujuannya, untuk mempermudah penumpang KM Kelud yang akan menggunakan Kereta Api dari Medan ke Belawan begitu juga sebaliknya.
“Kalau dari Pelindo, jembatan itu tidak ada masalah, karena jembatan itu sudah bisa digunakan. Hanya saja dari pihak Kereta Api yang harusnya mengoperasikan armadanya, agar jembatan itu dapat digunakan bagi masyarakat yang tiba dan berangkat melalui Terminal Bandar Deli,” kata Khairul Ulya, Kamis (18/3).
Dijelaskannya, sejak awal perencanaan pembangunan Terminal Bandar Deli, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PT KAI untuk membangun jembatan penyeberangan. Namun, sampai saat ini Kereta Api belum juga dioperasikan ke Belawan, sehingga jembatan penyebarangan tersebut sia – sia.
“Kalau melihat saat ini, kita pesimis Kereta Api bakal dioperasikan lagi dari Medan ke Belawan. Sebab, sudah ada Trans Metro Deli. Dampak ini akan membuat jembatan penyebarangan itu bakal tidak berfungsi lagi,” pungkas Khairul Ulya.
Terpisah, Manajer Humas PT KAI Divre I Sumut, Mahendro Trang Bawono mengaku, pihaknya sudah membahas masalah operasional keberangkatan Kerata Api tujuan Belawan – Medan dan sebaliknya. Namun, secara operasional tersebut tidak mampu menutupi biaya operasional Kereta Api.
“Dulu di tahun 2011 pernah kita fungsikan Kereta Api ke sana. Tapi kita rugi, makanya kita hentikan. Sehingga, jembatan penyeberangan yang dibangun Pelindo tidak bisa didukung saat KM Kelud tiba atau berangkat. Sebab, jumlah penumpang dan biaya operasional tidak sebanding,” jelasnya.
Pihaknya, kata Mahendro, sudah pernah mengajukan permohonan ke Kementrian Perbubungan di Jakarta, agar mendapat subisidi untuk mengoperasikan Kereta Api tersebut. Namun, sampai saat ini tidak teralisasi.
“Rendahnya jumlah penumpang karena ongkos yang terlalu tinggi. Kita pernah mengajukan ke kementrian dengan harga Rp7 ribu, tapi tidak disetujui. Makanya kita tidak mengoperasikan Kereta Api ke sana, sebab penumpang sikit dan kita rugi,” pungkasnya.
Disinggung untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah agar mendapat subsidi silang, Mahendro mengaku, sejauh ini pihaknya belum ada melakukan hal tersebut. Apabila pemerintah daerah dapat membantu untuk mendorong hal itu ke Kementrian Perhubungan, maka pihaknya siap bekerja sama. (fac/ila)