25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

KNIA Kembangkan Fungsi X-Ray

SISTEM X-Ray yang ada di Kualanamu International Airport (KNIA) ternyata belum kuat untuk mendeteksi barang jenis narkotika. Saat ini KNIA memiliki 50 unit X-Ray yang terletak di terminal penumpang dan terminal cargo.

PENUMPANG: Para penumpang di Bandara Kualanamu terlihat bercanda sebelum terbang ke tempat tujuan. //file/sumut pos
PENUMPANG: Para penumpang di Bandara Kualanamu terlihat bercanda sebelum terbang ke tempat tujuan. //file/sumut pos

Liaison Officer Kehumasan PT Angkasa Pura (AP) II, Wasfan Widodo menjelaskan pada dasarnya X-Ray yang ada di KNIA itu untuk membantu mendeteksi barang yang terindikasi membahayakan keselamatan penerbangan. Dengan adanya X-Ray tersebut alat itu juga dapat mendeteksi narkotika di terminal cargo dan terminal penumpang Bandara Kualanamu.

“Kalau X-Ray itu prinsipnya alat bantu untuk mendeteksi barang-barang yang mengindikasikan dapat membahayakan dan kecelakaan penerbangan. Narkoba bisa saja dideteksi, bukan tidak mungkin,” kata Wasfan kepada Sumut Pos, Minggu (18/5).

Diduga peredaran narkoba yang dibawa penumpang di dalam tubuh ataupun barang bawaannya itu dapat lolos dengan mudah. Pasalnya, kekuatan dari X-Ray KNIA itu masih lemah dalam mendeteksi narkotika. Namun hal tersebut tidak segampang yang dibayangkan.

Lanjut Wasfan, umumnya di tiap terminal penumpang dan terminal cargo Bandara Kualanamu dipenuhi oleh agen intelijen yang dapat melihat gerak-gerik mencurigakan dari penumpang. Artinya, seorang penumpang itu dapat lolos dari alat deteksi X-Ray. Namun psikologis penumpang itu sendiri dapat kebaca ketika gugup di areal terminal penumpang.

“Modus penyelundupan narkoba sendiri di terminal cargo biasanya masuk ke X-ray. Namun petugas yang di lapangan biasanya mengetahui, jika barang itu lewat di X-Ray dan di layar monitor hitam maka itu barang yang mencurigakan. Tapi kalau dia (penumpang-red) telan narkoba, itu tidak ketahuan, namun gerak-geriknya diketahui kalau memang ditelan. Fungsi alat X-Ray itu untuk mendeteksi barang yang membahayakan keselamatan penerbangan,” terangnya.

Untuk meminimalisir peredaran narkoba antarinternasional dan domestik, alat X-Ray itu sedang dikembangkan bagaimana mendeteksi narkotika. Sebagaimana diketahui, bandara kedua terbesar di Indonesia itu hingga saat ini belum kuat untuk mengamankan peredaran narkoba. Namun upaya-upaya tetap dilakukan dari pihak Bea Cukai dan Imigrasi Bandara Kualanamu.

Terkait pengamanan, Manager Airport Safety and Security Service, Jasirin menambahkan upaya yang dilakukan untuk mengurangi peredaran narkoba, pihaknya hanya membantu instansi terkait. Aviation Security (Avsec) bandara sendiri memiliki fungsi untuk meminimalisir penumpang yang membawa senjata atau benda berbahaya untuk keselamatan penerbangan.

“Avsec lebih ditekankan untuk pengamanan penerbangan. Dmana kami lebih untuk meminimalisir orang yang bawa senjata atau benda berbahaya,” ucapnya.

Selain itu, Avsec juga mampu mengetahui barang penumpang yang mencurigakan ketika lewat X-Ray dan tampil di layar monitor. Menurut pengalaman Jasirin, kecil kemungkinan narkoba untuk lolos ketika masuk melalui X-Ray Bandara Kualanamu.

Sementara, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol Rudi Trenggono mengatakan untuk meminimalisir peredaran narkotika melalui bandara dan pelabuhan, pihaknya jalin koordinasi dengan Imigrasi dan Bea Cukai. Ia pun juga mengakui alat X-Ray memang tidak sepenuhnya kuat mendeteksi narkoba.

“Untuk mengurangi peredaran narkoba, kita bekerja sama dengan Imigrasi dan Bea Cukai di pelabuhan dan bandara. Dalam hal ini, human skill ditingkatkan untuk memahami sindikat-sindikat itu,” katanya.

Berdasarkan pengalaman Kepala BNNP Sumut itu, crew dari maskapai pernah terjebak di dalam lingkaran narkoba. Artinya, crew maskapai itu coba meloloskan barang haram melalui perjalanan udara. Maka dengan pengalaman tersebut, pihaknya terus meningkatkan kemampuan petugas di BNN, Bea Cukai dan Imigrai untuk dapat mengenali para sindikat. (mag-9/azw)

SISTEM X-Ray yang ada di Kualanamu International Airport (KNIA) ternyata belum kuat untuk mendeteksi barang jenis narkotika. Saat ini KNIA memiliki 50 unit X-Ray yang terletak di terminal penumpang dan terminal cargo.

PENUMPANG: Para penumpang di Bandara Kualanamu terlihat bercanda sebelum terbang ke tempat tujuan. //file/sumut pos
PENUMPANG: Para penumpang di Bandara Kualanamu terlihat bercanda sebelum terbang ke tempat tujuan. //file/sumut pos

Liaison Officer Kehumasan PT Angkasa Pura (AP) II, Wasfan Widodo menjelaskan pada dasarnya X-Ray yang ada di KNIA itu untuk membantu mendeteksi barang yang terindikasi membahayakan keselamatan penerbangan. Dengan adanya X-Ray tersebut alat itu juga dapat mendeteksi narkotika di terminal cargo dan terminal penumpang Bandara Kualanamu.

“Kalau X-Ray itu prinsipnya alat bantu untuk mendeteksi barang-barang yang mengindikasikan dapat membahayakan dan kecelakaan penerbangan. Narkoba bisa saja dideteksi, bukan tidak mungkin,” kata Wasfan kepada Sumut Pos, Minggu (18/5).

Diduga peredaran narkoba yang dibawa penumpang di dalam tubuh ataupun barang bawaannya itu dapat lolos dengan mudah. Pasalnya, kekuatan dari X-Ray KNIA itu masih lemah dalam mendeteksi narkotika. Namun hal tersebut tidak segampang yang dibayangkan.

Lanjut Wasfan, umumnya di tiap terminal penumpang dan terminal cargo Bandara Kualanamu dipenuhi oleh agen intelijen yang dapat melihat gerak-gerik mencurigakan dari penumpang. Artinya, seorang penumpang itu dapat lolos dari alat deteksi X-Ray. Namun psikologis penumpang itu sendiri dapat kebaca ketika gugup di areal terminal penumpang.

“Modus penyelundupan narkoba sendiri di terminal cargo biasanya masuk ke X-ray. Namun petugas yang di lapangan biasanya mengetahui, jika barang itu lewat di X-Ray dan di layar monitor hitam maka itu barang yang mencurigakan. Tapi kalau dia (penumpang-red) telan narkoba, itu tidak ketahuan, namun gerak-geriknya diketahui kalau memang ditelan. Fungsi alat X-Ray itu untuk mendeteksi barang yang membahayakan keselamatan penerbangan,” terangnya.

Untuk meminimalisir peredaran narkoba antarinternasional dan domestik, alat X-Ray itu sedang dikembangkan bagaimana mendeteksi narkotika. Sebagaimana diketahui, bandara kedua terbesar di Indonesia itu hingga saat ini belum kuat untuk mengamankan peredaran narkoba. Namun upaya-upaya tetap dilakukan dari pihak Bea Cukai dan Imigrasi Bandara Kualanamu.

Terkait pengamanan, Manager Airport Safety and Security Service, Jasirin menambahkan upaya yang dilakukan untuk mengurangi peredaran narkoba, pihaknya hanya membantu instansi terkait. Aviation Security (Avsec) bandara sendiri memiliki fungsi untuk meminimalisir penumpang yang membawa senjata atau benda berbahaya untuk keselamatan penerbangan.

“Avsec lebih ditekankan untuk pengamanan penerbangan. Dmana kami lebih untuk meminimalisir orang yang bawa senjata atau benda berbahaya,” ucapnya.

Selain itu, Avsec juga mampu mengetahui barang penumpang yang mencurigakan ketika lewat X-Ray dan tampil di layar monitor. Menurut pengalaman Jasirin, kecil kemungkinan narkoba untuk lolos ketika masuk melalui X-Ray Bandara Kualanamu.

Sementara, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol Rudi Trenggono mengatakan untuk meminimalisir peredaran narkotika melalui bandara dan pelabuhan, pihaknya jalin koordinasi dengan Imigrasi dan Bea Cukai. Ia pun juga mengakui alat X-Ray memang tidak sepenuhnya kuat mendeteksi narkoba.

“Untuk mengurangi peredaran narkoba, kita bekerja sama dengan Imigrasi dan Bea Cukai di pelabuhan dan bandara. Dalam hal ini, human skill ditingkatkan untuk memahami sindikat-sindikat itu,” katanya.

Berdasarkan pengalaman Kepala BNNP Sumut itu, crew dari maskapai pernah terjebak di dalam lingkaran narkoba. Artinya, crew maskapai itu coba meloloskan barang haram melalui perjalanan udara. Maka dengan pengalaman tersebut, pihaknya terus meningkatkan kemampuan petugas di BNN, Bea Cukai dan Imigrai untuk dapat mengenali para sindikat. (mag-9/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/