Kapolda Sumut, Irjen Pol Syarief Gunawan menyesalkan aksi anarkis yang dilakukan massa di kawasan Nommensen. “Masyarakat jadi terganggu,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (18/6) siang.
Kapolda menceritakan pengalamannya saat menjabat Kapolda Maluku, daerah rawan kerusahan. Sering terjadi kerusuhan, berimbas kepada rakayat yang tidak sejahtera. “(Saya) pernah hidup di daerah konflik, tidak pernah maju. (Saya) imbau masyarkat, masalah tubuh polisi bermasalah akan dibersihkan, sesuai harapan masyarakat,” janji Kapolda.
Ia mengingatkan, kerusuhan hanya akan merugikan perekonomian. “Saya mengimbau untuk menjaga Sumut dan Kota Medan tetap aman, biar turis dan investor mau datang, kesejahteraan rakyat meningkat,” ungkapnya.
Kapolda berjanji akan menindak tegas siapapun yang terlibat kerusuhan sesuai hukum yang berlaku. “Selengkap itu polres, untuk dilakukan proses, sudah barang bukti, teman-teman media, kita minta bantuannya dengan hasil liputannya,” katanya.
Aksi demo sempat mengganggu penerbangan. Bandara Internasional Polonia Medan sempat ditutup Senin (17/6) lalu saat terjadi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM, dibuka pada Selasa (18/6) kemarin dan berjalan lancar.
“Bandara sudah berjalan lancar dan baik. Tidak ada lagi gangguan. Walaupun kemarin sempat terjadi berbagai kebijakan yang harus kita keluarkan,” ujar Airport Duty Manager, Djamal, kemarin.
Diakuinya, ada peningkatan penumpang pada Selasa kemarin bila dibandingkan dengan hari biasanya. Hanya saja, peningkatannya tidak terlalu signifikan. “Bisa dikatakan meningkat. Hanya saja, tidak terlalu banyak. Mungkin masyarakat sudah berani keluar karena tidak ada aksi demo lagi ya,” jelasnya.
Plt Airport Service Manager Bandara Polonia Medan, Priyo menyatakan tidak terlalu banyak penumpang yang menunda perjalanan pada Senin lalu. “Senin kemarin tidak banyak penumpang yang menunda perjalanan. Semua berjalan baik dan lancar. Selain karena kita sudah mempersiapkan diri, para penumpang juga telah melakukan berbagai antisipasi,” ujarnya.
Sesuai kesepakatan PT AP II dengan maskapai, saat terjadi aksi demo di Jalan Imam Bonjol Medan, tidak ada tiket yang hangus. “Bila terlambat maka dapat melakukan penerbangan pada jam selanjutnya. Atau paling lambat pada Selasa,” tambahnya.
Dirinya mengaku, tidak banyak komplain yang disampaikan penumpang pada AP II. “Komplain hanya terkait jalur alternatif yang kita siapkan. Selain itu, tidak ada lagi komplain, karena penumpang juga sudah megetahui kondisi dan situasinya,” lanjutnya.
Priyo berharap para demonstran tidak lagi melakukan aksi di kawasan bandara. “Bandara kan jalan masuk dan keluar dan suatu daerah. Daerah vital lah. Karena itu, mohon jangan melakukan aksi di sini, agar semua operasional bandara berjalan lancar,” tutupnya.
Salah Tangkap, Abang Becak Babak Belur
Kisah salah tangkap terulang saat demo anarkis kemarin. Yosep Ginting (21) diamankan polisi saat menonton aksi demo anarkis di kawasan Nommensen, Senin malam. Penarik becak bermotor itu diamankan dari Jalan Sena, bersama para demonstran.
“Awalnya kami nonton mahasiswa demo setelah saya pulang kerja dan korban usai menarik becak. Karena lelah kami nongkrong di kantin Sena untuk istirahat. Tapi polisi datang dan menangkapi,” ujar Melki Sedek Marpaung (24), sepupu Yosep.
Polisi meminta identitas mereka berdua. Namun, dompet Yosep yang berisikan identitasnya dibawa seorang polisi dan kemudian pergi meninggalkannya. Setelah itu, polisi lainnya menanya kembali identitas Yosep. Karena tidak bisa menunjukkan identitasnya, yosep kena bogem mentah.
“Yosep dipukuli karena tidak bisa menunjukkan identitasnya. Dia dipukuli beramai-ramai. Saya sebagai saudaranya pun coba menghalangi pukulan polisi itu, tapi tangan saya juga dipukul,” ujarnya.
Meli sempat akan ditangkap, urung dibawa karena langsung mengangkat tangan dan menunjukkan identias. “Waktu itu, saya bilang polisi salah tangkap, seorang petugas melepaskan tembakan ke udara dan menyuruh saya dan pengunjung kantin lainnya pergi,” jelasnya.
Sementara itu abang korban, Daniel Ginting (24) mengatakan usai ditangkap, Yosep digiring ke Polresta dengan kondisi luka parah dan dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan.
“Setelah diamankan, dia (korban-red) dibawa ke RS Bhayangkara. Tapi bukannya mendapatkan perawatan, salah seorang polisi malah meludahi wajahnya, dan pada pagi harinya dibawa ke RS Pirngadi setelah mendapatkan perawatan seadanya di RS Bhayangkara,” sebutnya.
Pihaknya berencana melaporkan tindakan represifitas kepolisian ke Propam Poldasu untuk ditindaklanjuti. “Kalau sudah mulai membaik, kita akan melaporkan tindakan kekerasan polisi ini,” ujarnya.
Pantauan Sumut Pos, kondisi Yosep sangat memprihatinkan. Ia sulit untuk berbicara karena hampir seluruh gigi depan atasnya hancur, rahangnya retak, dan wajahnya babak belur. Selanjutnya, usai mendapatkan perawatan diruang Intsalasi Gawat Darurat (IGD) korban pun diharuskan menjalani rawat inap di ruang kelas E terpadu.
Anggota Komisi A DPRD Medan dari Fraksi Partai Golkar, Ferdinand Tobing terlihat menjenguk korban salah tangkap di RSUD dr Pirngadi Medan.Ferdinand mengecam tindakan kekerasan dan represifitas polisi serta berencana akan memanggil Kapolresta Medan Kombes Pol Nicho Afinta ke Komisi A DPRD untuk dimintai pertanggungjawabannya.
“Kapolresta harus datang melihat korban dan bertanggung jawab. Nanti Komisi A DPRD Medan akan memanggil Kapolresta Medan untuk dimintai pertanggung jawabannya, dan harus membiayai perobatan korban,” ujarnya.
Dikatakannya, tindakan polisi tersebut adalah tindakan anarkis. “Polisi harus profesional dalam melakukan penangkapan jangan bertindak brutal, tapi ini malah polisi yang anarkis sampai-sampai salah tangkap begini,” katanya. (gus/ram/mag-13)