27.8 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Diguyur Hujan Semalam, Lima Daerah Dilanda Banjir

Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.
Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.

SUMUTPOS.CO – Guyuran hujan semalaman sejak Rabu malam hingga Kamis pagi, menyebabkan banjir melanda lima kota/kabupaten di Sumatera Utara, Kamis (18/6) pagi. Kelimanya yakni Kota Medan, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Asahan, Kabuaten Batu Bara, dan Kabupaten Simalungun. Di Medan, 4 kecamatan terendam banjir. Di Tebingtinggi, air merendam tiga kelurahan. Di Asahan, 7 desa tergenang banjir. Di Batu Bara, banjir melanda Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras. Sementara di Simalungun, banjir terjadi di Sinaksak.

INFORMASI dihimpun di lapangan, pemukiman warga yang dilanda banjir di Kota Medan berada di Kecamatan Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Johor, dan Medan Sunggal. Di Medan Maimun, banjir melanda Jalan Brigjen Katamso Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati. Di daerah tersebut, banjir mencapai sekitar 1 meter.

Di Medan Selayang, banjir merendam rumah warga di kawasan Jalan Sari Rejo Kelurahan Beringin. Selanjutnya, di Medan Johor banjir melanda pemukiman di Jalan Luku I Kelurahan Kwala Bekala. Sementara di Medan Sunggal, banjir merendam Jalan Sei Asahan Kelurahan Tanjung Rejo.

Banjir masuk ke dalam rumah, sehingga warga sibuk menyelamatkan harta bendanya agar tidak rusak terkena air.

Ijal, korban banjir di Jalan Brigjen Katamso Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati, mengatakan banjir terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Air masuk ke rumah warga, lantaran debit air Sungai Deli meluap hingga ke pemukiman warga yang dekat. “Memang di sini sudah langganan banjir apabila air Sungai Deli meluap. Apalagi kalau hujannya deras dan cukup lama,” ujarnya.

Ia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian mengatasi persoalan banjir di daerah itu.

Hal senada disampaikan K Sihombing, warga Jalan Sari Rejo Gang Mandor Kelurahan Beringin. Ia menyebutkan, banjir datang saat warga masih tidur terlelap. “Sekitar pukul 5 pagi mulai banjir, banyak warga sempat enggak tahu banjir datang,” ucapnya.

Diutarakan dia, banjir di daerahnya disebabkan volume air Sungai Babura meluap. “Tinggi banjir setinggi bahu orang dewasa. Warga pun sibuk menyelamatkan diri dan barang-barangnya,” tutur dia.

Surut Kamis Siang

Manajer Pusdalops BPBD Medan, Nurly mengatakan, air yang membanjiri rumah warga mulai surut pada siang harinya. Karena itu, belum ada warga yang mengungsi. “Di Gang Merdeka Kelurahan Sei Mati ada sekitar 50 rumah, Jalan Luku 1 70 rumah, Jalan Sari Rejo Kelurahan Beringin 70 rumah, Jalan Sei Asahan Kelurahan Tanjung Rejo 50 rumah dan Jalan Dr Mansyur Kelurahan Tanjung Rejo belakang Hotel Grandika 50 rumah,” ujarnya.

Petugas BPBD Medan dan instansi terkait sudah terjun ke lokasi membantu warga yang rumahnya terendam banjir. “Sejauh ini korban jiwa nihil. Petugas kami bersama pihak terkait masih berada di lokasi banjir guna membantu warga,” tukasnya.

Selain merendam pemukiman warga, banjir juga menggenangi sejumlah ruas jalan di Kota Medan. Tinggi air bervariasi, mulai dari setinggi mata kaki hingga hampir setinggi lutut orang dewasa.

Jalan Gatot Subroto KM 8 menjadi salahsatu ruas jalan yang tergenang air hingga hampir setinggi lutut. Areal banjir cukup panjang, mulai dari SPBU di depan kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan hingga di depan kantor Kanwil Kementerian Agama Sumut.

Pantauan Sumut Pos, Kamis (18/6), walaupun air telah surut, masih terlihat genangan air setinggi mata kaki di kawasan tersebut. “Tapi tadi malam tinggi airnya sampai selutut. Di sini ya memang gitu. Hujan deras dikit aja, ya langsung banjir sampai selutut atau setinggi batas pulau jalan itu. Pokoknya kalau udah (banjir) gitu, banyak kalilah orang yang keretanya (sepeda motor, Red) mogok karena mesin keretanya kemasukan air,” ucap salahsatu penarik becak di depan Alfamidi di kawasan itu, Kamis (18/6).

Kritisi Fungsi Drainase

Terkait banjir di Kota Medan, anggota DPRD Medan mengkritisi fungsi drainase di Kota Medan yang menurutnya dibiarkan tidak maksimal.

“Dari zaman dulu kita sudah tahu kondisi Kota Medan ini, pantang hujan deras sebentar saja, langsung banjir. Dari dulu kita semua tahu betul, banyak fungsi drainase yang tidak berjalan baik di kota ini. Tapi faktanya, sampai sekarang ya begitu-begitu terus,” ujar anggota Komisi IV DPRD Medan, Dedy Aksyari Nasution, kepada Sumut Pos, Kamis (18/6).

Dijelaskan Dedy, kondisi banjir di Kota Medan sudah jadi masalah klise sejak dulu. Namun normalisasi drainase tidak berjalan dengan baik. “Padahal dulu tidak sedikit anggaran untuk normalisasi drainase di Dinas PU. Tapi hasilnya tetap tidak kelihatan. Apalagi sekarang, di saat sebagian besar anggaran di setiap OPD —termasuk di Dinas PU— sudah di-refocusing untuk anggaran Covid-19,” terangnya.

Pun begitu, Dedy meminta agar Dinas PU Kota Medan bisa memaksimalkan sisa anggaran yang ada untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan di drainase, atau setidaknya memperbaiki sumbatan yang membuat drainase tidak berfungsi mengalirkan debit air dalam jumlah yang tinggi.

“Kalau tahun ini sudahlah. Jangan kita harap lagi ada pembangunan. Anggaran pun sudah tak ada. Tapi setidaknya untuk perbaikan-perbaikan, kita yakin sisa anggaran masih bisa dimaksimalkan. Intinya, jangan sampai ada drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Harus ada perbaikan demi perbaikan. Tidak boleh pasrah dengan minumnya anggaran,” tutupnya.

Plt Kepala Dinas PU, Zulfansyah Ali Syahputra ST M.Eng, mengatakan awalnya Dinas PU sudah merencanakan pembangunan beberapa jaringan drainase di Kota Medan, guna mengatasi beberapa titik persoalan genangan air di beberapa lokasi di Kota Medan. “Tapi qadarrullah, ada bencana wabah Covid-19 yang menyebabkan kegiatan tersebut gagal dilaksanakan,” ujarnya kepada Sumut Pos, Kamis (18/6).

Namun begitu, pihaknya tetap akan bekerja dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, seperti memanfaatkan material, peralatan, dan tenaga Pekerja Harian Lepas (PHL) yang ada di Dinas PU. “Material, peralatan, dan tenaga PHL yang ada akan kita maksimalkan untuk melakukan normalisasi saluran drainase. Juga untuk membuat crossing saluran jika memang diperlukan, untuk mengatasi genangan di beberapa titik lokasi,” pungkasnya.

Banjir di Tebingtinggi

Selain di Kota Medan, banjir juga terjadi di Kota Tebingtinggi, Kamis (18/6). Akibat banjir kiriman dari luapan Sei Padang, ratusan rumah terendam di tiga kelurahan di kota lemang itu. Kelurahan yang banjir yaitu Kelurahan Bandar Utama dan Kelurahan Badak Bejuang di Kecamatan Tebingtinggi Kota, dan Kelurahan Satria di Kecamatan Padang Hulu.

Warga terdampak di Kelurahan Bandar Utama sebanyak 97 KK, Badak Bejuang 45 KK, dan Kelurahan Satria ada 65 KK. Warga sempat mengungsi ke areal yang lebih tinggi.

Pascabanjir, anggota Bhabinkamtibmas dan Bhabinsa turun ke lapangan untuk mengecek kondisi warga.

Salahseorang warga Kelurahan Bandar Utama Kampung Semut, Neli, mengatakan banjir kerap dialami warga yang tinggal di dekat Sungai Sei Padang.

Pada Kamis siang, banjir mulai menurun hingga 30 cm, sehingga warga kembali ke rumah untuk membersihkan rumahnya dari genangan lumpur yang terbawa arus.

Ditanya perhatian dari pemerintah setempat, warga setempat mengatakan, belum ada bantuan yang datang. “Biasanya, bantuan pemerintah baru datang dua hari kemudian, itupun cuma beras 2 mug dan 2 bungkus mie instan,” ucapnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tebingtinggi, Wahid Sitorus, belum bersedia memberikan komentar.

Banjir di Asahan

Di Asahan, banjir merendam sekitar 114 rumah warga di tujuh desa, akibat luapan air Sungai Silau yang tak sanggup menampung debit air.

“Data sementara, ada 114 rumah di tiga kecamatan dan tujuh desa. Pendataan masih berlangsung. Ketinggian genangan air bervariasi, dengan rata-rata masuk ke dalam rumah setinggi 30-50 cm dan di luar rumah 80-115cm,” kata Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Asahan, Khaidir Sinaga, kepada wartawan Kamis (18/6).

Daerah yang terdampak banjir di antaranya Kecamatan Setia Janji meliputi Desa Bangun Sari, Desa Silau Tua, Kecamatan Buntu Pane meliputi Desa Prapat Janji, Desa Mekar Sari, Desa Sei Silau Timur serta Kecamatan Tinggi Raja meliputi Desa Piasa Ulu, dan Desa Terusan Tengah.

Desa yang terendam banjir umumnya daerah yang bersempadan langsung dengan aliran Sungai Silau. Air naik mulai pukul 01.00 WIB, di mana hujan sudah mulai deras turun pada malam sebelumnya pada pukul 22.00 WIB. Kemudian, pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB air telah masuk ke pemukiman warga hingga ke dalam rumah.

“Di samping intensitas hujan tinggi yang turun di daerah hulu, yakni kawasan Simalungun dan sekitarnya sungai Silau juga mengalami pendangkalan, menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir,” tambah Khaidir.

Mengantisipasi kemungkinan banjir yang lebih luas, BPBD Asahan menyiagakan posko untuk warga yang hendak mengungsi.

Banjir di Batu Bara

Di Batu Bara, sejumlah rumah terendam banjir akibat meluapnya Sungai Magung/Sungai Pagurawan, di Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Banjir juga merusak akses jalan utama di daerah tersebut.

“Banjir mulai dari kemarin. Air kiriman dari hulu (pegunungan) sehingga sungai Magung dan Pagurawan meluap. Ada 6 rumah yang terendam. Jalan juga rusak akibat ada pengikisan air dibahu jalan,” kata Camat Medang Deras, Syarijal, Kamis, (18/6).

Ketinggian air di jalan utama mencapai mata kaki orang dewasa. Sementara di beberapa titik, air mencapai ketinggian betis orang dewasa.

Rudi, warga Kecamatan Medang Deras, mengatakan akibat banjir, akses masyarakat menjadi terganggu. “Soalnya, jalan rusak akibat banjir,” ujarnya.

Kepala Dinas PUPR Batu Bara, Khairul Anwar, mengatakan bantuan alat berat akan segera datang. “Hari ini kita kirim alat berat. Tapi bukan ampibi. Kalau ampibi menunggu air sungai surut,” imbuhnya.

Banjir di Simalungun

Di Simalungun, hujan deras menyebabkan warga di Gang Perjuangan, Simpang Ebenezer, Sinaksak Simalungun dilanda banjir. Ketinggian air mencapai perut orang dewasa, Kamis pagi,

Menurut warga sekitar, banjir sudah kerap terjadi di perkampungan mereka. Hingga Kamis siang, air masih mencapai perut orang dewasa.

Suparmin, warga setempat mengatakan, perkampungan mereka memang berada di dataran rendah. “Airnya turun dari atas, dan di sini airnya ngga ngalir ke luar. Akhirnya banjir,” katanya.

Lurah Sinaksak, Rapolo Sitio, menuturkan, sedikitnya 37 kepala keluarga (KK) yang terdata mengalami dampak banjir.”Setiap turun hujan, banjir. Ini karena gorong-gorong PJKA di sana sumbat, sehingga air tak mengalir,” tuturnya.

Pemerintah setempat telah menyurati pihak terkait untuk mengatasi ancaman banjir di Sinaksak. Namun belum ada eksekusi dari pihak terkait. (ris/ian/map/mbo/net)

Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.
Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.

SUMUTPOS.CO – Guyuran hujan semalaman sejak Rabu malam hingga Kamis pagi, menyebabkan banjir melanda lima kota/kabupaten di Sumatera Utara, Kamis (18/6) pagi. Kelimanya yakni Kota Medan, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Asahan, Kabuaten Batu Bara, dan Kabupaten Simalungun. Di Medan, 4 kecamatan terendam banjir. Di Tebingtinggi, air merendam tiga kelurahan. Di Asahan, 7 desa tergenang banjir. Di Batu Bara, banjir melanda Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras. Sementara di Simalungun, banjir terjadi di Sinaksak.

INFORMASI dihimpun di lapangan, pemukiman warga yang dilanda banjir di Kota Medan berada di Kecamatan Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Johor, dan Medan Sunggal. Di Medan Maimun, banjir melanda Jalan Brigjen Katamso Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati. Di daerah tersebut, banjir mencapai sekitar 1 meter.

Di Medan Selayang, banjir merendam rumah warga di kawasan Jalan Sari Rejo Kelurahan Beringin. Selanjutnya, di Medan Johor banjir melanda pemukiman di Jalan Luku I Kelurahan Kwala Bekala. Sementara di Medan Sunggal, banjir merendam Jalan Sei Asahan Kelurahan Tanjung Rejo.

Banjir masuk ke dalam rumah, sehingga warga sibuk menyelamatkan harta bendanya agar tidak rusak terkena air.

Ijal, korban banjir di Jalan Brigjen Katamso Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati, mengatakan banjir terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Air masuk ke rumah warga, lantaran debit air Sungai Deli meluap hingga ke pemukiman warga yang dekat. “Memang di sini sudah langganan banjir apabila air Sungai Deli meluap. Apalagi kalau hujannya deras dan cukup lama,” ujarnya.

Ia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian mengatasi persoalan banjir di daerah itu.

Hal senada disampaikan K Sihombing, warga Jalan Sari Rejo Gang Mandor Kelurahan Beringin. Ia menyebutkan, banjir datang saat warga masih tidur terlelap. “Sekitar pukul 5 pagi mulai banjir, banyak warga sempat enggak tahu banjir datang,” ucapnya.

Diutarakan dia, banjir di daerahnya disebabkan volume air Sungai Babura meluap. “Tinggi banjir setinggi bahu orang dewasa. Warga pun sibuk menyelamatkan diri dan barang-barangnya,” tutur dia.

Surut Kamis Siang

Manajer Pusdalops BPBD Medan, Nurly mengatakan, air yang membanjiri rumah warga mulai surut pada siang harinya. Karena itu, belum ada warga yang mengungsi. “Di Gang Merdeka Kelurahan Sei Mati ada sekitar 50 rumah, Jalan Luku 1 70 rumah, Jalan Sari Rejo Kelurahan Beringin 70 rumah, Jalan Sei Asahan Kelurahan Tanjung Rejo 50 rumah dan Jalan Dr Mansyur Kelurahan Tanjung Rejo belakang Hotel Grandika 50 rumah,” ujarnya.

Petugas BPBD Medan dan instansi terkait sudah terjun ke lokasi membantu warga yang rumahnya terendam banjir. “Sejauh ini korban jiwa nihil. Petugas kami bersama pihak terkait masih berada di lokasi banjir guna membantu warga,” tukasnya.

Selain merendam pemukiman warga, banjir juga menggenangi sejumlah ruas jalan di Kota Medan. Tinggi air bervariasi, mulai dari setinggi mata kaki hingga hampir setinggi lutut orang dewasa.

Jalan Gatot Subroto KM 8 menjadi salahsatu ruas jalan yang tergenang air hingga hampir setinggi lutut. Areal banjir cukup panjang, mulai dari SPBU di depan kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan hingga di depan kantor Kanwil Kementerian Agama Sumut.

Pantauan Sumut Pos, Kamis (18/6), walaupun air telah surut, masih terlihat genangan air setinggi mata kaki di kawasan tersebut. “Tapi tadi malam tinggi airnya sampai selutut. Di sini ya memang gitu. Hujan deras dikit aja, ya langsung banjir sampai selutut atau setinggi batas pulau jalan itu. Pokoknya kalau udah (banjir) gitu, banyak kalilah orang yang keretanya (sepeda motor, Red) mogok karena mesin keretanya kemasukan air,” ucap salahsatu penarik becak di depan Alfamidi di kawasan itu, Kamis (18/6).

Kritisi Fungsi Drainase

Terkait banjir di Kota Medan, anggota DPRD Medan mengkritisi fungsi drainase di Kota Medan yang menurutnya dibiarkan tidak maksimal.

“Dari zaman dulu kita sudah tahu kondisi Kota Medan ini, pantang hujan deras sebentar saja, langsung banjir. Dari dulu kita semua tahu betul, banyak fungsi drainase yang tidak berjalan baik di kota ini. Tapi faktanya, sampai sekarang ya begitu-begitu terus,” ujar anggota Komisi IV DPRD Medan, Dedy Aksyari Nasution, kepada Sumut Pos, Kamis (18/6).

Dijelaskan Dedy, kondisi banjir di Kota Medan sudah jadi masalah klise sejak dulu. Namun normalisasi drainase tidak berjalan dengan baik. “Padahal dulu tidak sedikit anggaran untuk normalisasi drainase di Dinas PU. Tapi hasilnya tetap tidak kelihatan. Apalagi sekarang, di saat sebagian besar anggaran di setiap OPD —termasuk di Dinas PU— sudah di-refocusing untuk anggaran Covid-19,” terangnya.

Pun begitu, Dedy meminta agar Dinas PU Kota Medan bisa memaksimalkan sisa anggaran yang ada untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan di drainase, atau setidaknya memperbaiki sumbatan yang membuat drainase tidak berfungsi mengalirkan debit air dalam jumlah yang tinggi.

“Kalau tahun ini sudahlah. Jangan kita harap lagi ada pembangunan. Anggaran pun sudah tak ada. Tapi setidaknya untuk perbaikan-perbaikan, kita yakin sisa anggaran masih bisa dimaksimalkan. Intinya, jangan sampai ada drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Harus ada perbaikan demi perbaikan. Tidak boleh pasrah dengan minumnya anggaran,” tutupnya.

Plt Kepala Dinas PU, Zulfansyah Ali Syahputra ST M.Eng, mengatakan awalnya Dinas PU sudah merencanakan pembangunan beberapa jaringan drainase di Kota Medan, guna mengatasi beberapa titik persoalan genangan air di beberapa lokasi di Kota Medan. “Tapi qadarrullah, ada bencana wabah Covid-19 yang menyebabkan kegiatan tersebut gagal dilaksanakan,” ujarnya kepada Sumut Pos, Kamis (18/6).

Namun begitu, pihaknya tetap akan bekerja dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, seperti memanfaatkan material, peralatan, dan tenaga Pekerja Harian Lepas (PHL) yang ada di Dinas PU. “Material, peralatan, dan tenaga PHL yang ada akan kita maksimalkan untuk melakukan normalisasi saluran drainase. Juga untuk membuat crossing saluran jika memang diperlukan, untuk mengatasi genangan di beberapa titik lokasi,” pungkasnya.

Banjir di Tebingtinggi

Selain di Kota Medan, banjir juga terjadi di Kota Tebingtinggi, Kamis (18/6). Akibat banjir kiriman dari luapan Sei Padang, ratusan rumah terendam di tiga kelurahan di kota lemang itu. Kelurahan yang banjir yaitu Kelurahan Bandar Utama dan Kelurahan Badak Bejuang di Kecamatan Tebingtinggi Kota, dan Kelurahan Satria di Kecamatan Padang Hulu.

Warga terdampak di Kelurahan Bandar Utama sebanyak 97 KK, Badak Bejuang 45 KK, dan Kelurahan Satria ada 65 KK. Warga sempat mengungsi ke areal yang lebih tinggi.

Pascabanjir, anggota Bhabinkamtibmas dan Bhabinsa turun ke lapangan untuk mengecek kondisi warga.

Salahseorang warga Kelurahan Bandar Utama Kampung Semut, Neli, mengatakan banjir kerap dialami warga yang tinggal di dekat Sungai Sei Padang.

Pada Kamis siang, banjir mulai menurun hingga 30 cm, sehingga warga kembali ke rumah untuk membersihkan rumahnya dari genangan lumpur yang terbawa arus.

Ditanya perhatian dari pemerintah setempat, warga setempat mengatakan, belum ada bantuan yang datang. “Biasanya, bantuan pemerintah baru datang dua hari kemudian, itupun cuma beras 2 mug dan 2 bungkus mie instan,” ucapnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tebingtinggi, Wahid Sitorus, belum bersedia memberikan komentar.

Banjir di Asahan

Di Asahan, banjir merendam sekitar 114 rumah warga di tujuh desa, akibat luapan air Sungai Silau yang tak sanggup menampung debit air.

“Data sementara, ada 114 rumah di tiga kecamatan dan tujuh desa. Pendataan masih berlangsung. Ketinggian genangan air bervariasi, dengan rata-rata masuk ke dalam rumah setinggi 30-50 cm dan di luar rumah 80-115cm,” kata Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Asahan, Khaidir Sinaga, kepada wartawan Kamis (18/6).

Daerah yang terdampak banjir di antaranya Kecamatan Setia Janji meliputi Desa Bangun Sari, Desa Silau Tua, Kecamatan Buntu Pane meliputi Desa Prapat Janji, Desa Mekar Sari, Desa Sei Silau Timur serta Kecamatan Tinggi Raja meliputi Desa Piasa Ulu, dan Desa Terusan Tengah.

Desa yang terendam banjir umumnya daerah yang bersempadan langsung dengan aliran Sungai Silau. Air naik mulai pukul 01.00 WIB, di mana hujan sudah mulai deras turun pada malam sebelumnya pada pukul 22.00 WIB. Kemudian, pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB air telah masuk ke pemukiman warga hingga ke dalam rumah.

“Di samping intensitas hujan tinggi yang turun di daerah hulu, yakni kawasan Simalungun dan sekitarnya sungai Silau juga mengalami pendangkalan, menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir,” tambah Khaidir.

Mengantisipasi kemungkinan banjir yang lebih luas, BPBD Asahan menyiagakan posko untuk warga yang hendak mengungsi.

Banjir di Batu Bara

Di Batu Bara, sejumlah rumah terendam banjir akibat meluapnya Sungai Magung/Sungai Pagurawan, di Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Banjir juga merusak akses jalan utama di daerah tersebut.

“Banjir mulai dari kemarin. Air kiriman dari hulu (pegunungan) sehingga sungai Magung dan Pagurawan meluap. Ada 6 rumah yang terendam. Jalan juga rusak akibat ada pengikisan air dibahu jalan,” kata Camat Medang Deras, Syarijal, Kamis, (18/6).

Ketinggian air di jalan utama mencapai mata kaki orang dewasa. Sementara di beberapa titik, air mencapai ketinggian betis orang dewasa.

Rudi, warga Kecamatan Medang Deras, mengatakan akibat banjir, akses masyarakat menjadi terganggu. “Soalnya, jalan rusak akibat banjir,” ujarnya.

Kepala Dinas PUPR Batu Bara, Khairul Anwar, mengatakan bantuan alat berat akan segera datang. “Hari ini kita kirim alat berat. Tapi bukan ampibi. Kalau ampibi menunggu air sungai surut,” imbuhnya.

Banjir di Simalungun

Di Simalungun, hujan deras menyebabkan warga di Gang Perjuangan, Simpang Ebenezer, Sinaksak Simalungun dilanda banjir. Ketinggian air mencapai perut orang dewasa, Kamis pagi,

Menurut warga sekitar, banjir sudah kerap terjadi di perkampungan mereka. Hingga Kamis siang, air masih mencapai perut orang dewasa.

Suparmin, warga setempat mengatakan, perkampungan mereka memang berada di dataran rendah. “Airnya turun dari atas, dan di sini airnya ngga ngalir ke luar. Akhirnya banjir,” katanya.

Lurah Sinaksak, Rapolo Sitio, menuturkan, sedikitnya 37 kepala keluarga (KK) yang terdata mengalami dampak banjir.”Setiap turun hujan, banjir. Ini karena gorong-gorong PJKA di sana sumbat, sehingga air tak mengalir,” tuturnya.

Pemerintah setempat telah menyurati pihak terkait untuk mengatasi ancaman banjir di Sinaksak. Namun belum ada eksekusi dari pihak terkait. (ris/ian/map/mbo/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/