MEDAN- Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan oleh PT Angkasa Pura (AP) II untuk sosialisasi Kualanamu diketahui bahwa untuk check in hingga menuju ruang tunggu bagi penumpang tidak membutuhkan waktu lama. Diperkirakannya per orang hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit.
Ketua Panitia Pelaksana Simulasi Kualanamu, Djamal menyatakan bahwa berdasarkan evaluasi yang dilakukan, saat orang melakukan check in hingga memasuki ruang tunggu kurang dari 2 menit. Hal ini dikarenakan ruangan check in di Kualanamu sudah menjadi ruang publik, dan tersedia lebih banyak counter check in. “Karena sudah banyak, jadi kemungkinan untuk antrian yang panjang memang kita hindarkan,” ujarnya.
Dijelaskannya, untuk Kualanamu sendiri akan menggunakan dan menerapkan sesuai dengan peraturan yang diterapkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Dimana, penumpang yang akan berangkat dengan tujuan domestik paling lama 45 menit, sedangkan untuk penerbangan internasional, waktu paling lama 60 menit. “Ini merupakan metode lama, karena harus melewati 2 kali pemeriksaan. Kalau di Kualanamu kan tidak ada pemeriksaan keamanan saat akan memasuki kawasan check in,” tambahnya.
Dalam ICAO, metode pelayanan penumpang tersebut disebut sebagai Over All Cleaned Time (OCT) yaitu sistem yang mengukur tingkat layanan kepada penumpang. Dalam sistem tersebut mengatur, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh penumpang, mulai dari masuk bandara hingga duduk di ruang tunggu.
Dalam kebijakan tersebut menyatakan, bahwa waktu yang dibutuhkan penumpang saat mulai dari melakukan check in hingga duduk di ruang tunggu maksimal 20 menit. Dan ini berlaku tentatif, karena pada umumnya setelah melakukan check in, penumpang melakukan kegiatan lain, seperti berbelanja, duduk di kafe, dan lain sebagainya. “Tapi, kalau untuk internasional lebih lama, karena harus melewati imigrasi untuk pemeriksaan paspor,” tambahnya.
Perkiraan 20 menit tersebut menganut dimana, penumpang melakukan check in maksimal 2 menit. Karena itu, antrean di sebuah counter check in maksimal 20 orang. Kalau lebih, maka akan memberikan dampak pada penumpang itu sendiri. “Saya misalkan, pesawat yang dapat menampung 150 orang penumpang, maka minimal dia harus membuka 4 counter untuk menghindari antrean yang panjang,” tambahnya.
Tetapi, hal tersebutpun harus disesuaikan dengan kebijakan maskapai itu sendiri, karena terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) nya. Karena setidkanya, maskapai harus membayar pegawai yang menjaga counter check in. “Kita sebagai pelaksana bandara, hanya memantau. Bila kita melihat ternyata antrean cukup panjang, maka kita akan menegur airlines tersebut, dan bertanya apa alasan hingga antrean sebanyak atau sepanjang ini,” paparnya.
Sementara itu, Airport Service Manager PT Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, Ali Sofyan menyatakan untuk keamanan dan keselamatan dan terhindar dari ketergesaan, diharapkan para penumpang setidaknya sudah berada di bandara 2 jam sebelum pesawat berangkat. “Saat ini, kondisinya bandara jauh dari kota. Dan jalanan yang belum terlalu akrab dengan penumpang. Apalagi, jarak bandara juga tidak sedekat seperti Polonia,” ucapnya.
Selain jarak bandara, kondisi bangunan bandara yang juga berbeda jauh bila dibandinkan dengan Polonia juga menjadi alasan kenapa penumpang harus tiba lebih awal. Walaupun untuk check in akan lebih mudah dilakukan di Kualanamu bila dibandingkan dengan Polonia.
Jalur KA Sei Mangkei-Kualanamu Digodok
Sementara itu, pengembangan jalur kereta api untuk menghubungkan pusat-pusat aktivitas perekonomian di wilayah Sumut terus dilakukan. Pengerjaan jalur KA dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Simalungun menuju Pelabuhan Kualatanjung di Batubara, sudah dimulai.
Pengerjaan jalur sepanjang 30 kilometer tersebut, dengan biaya Rp25 miliar per kilonya, ditargetkan baru akan kelar akhir 2013 dan mulai beroperasi 2014.
Nah, belum kelar proyek tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mulai menggodok studi kelayakan pembangunan jalur KA dari Sei Mangkei ke Bandara Kualanamu. Perkiraan anggaran sekitar Rp5 triliun.
“Kalau yang Sei Mangkei-Kualatanjung, itu kan sudah dimulai pengerjaannya. Nah, yang langsung ke Bandara Kualanamu, sekarang ini kajian teknis terus digodok secara mendalam. Perkiraan dana Rp5 triliun,” ujar Juru Bicara Kemenhub, Bambang S Ervan, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (18/7).
Targetnya, proyek ini dimulai tahun depan dan bisa dioperasikan pada 2015 mendatang. Target ini dengan asumsi pembebasan lahan berjalan mulus.
Terkait dengan jadwal pemindahan Bandara Polonia ke Bandara Kualanamu, Bambang, mengakui, sudah pasti nantinya akan muncul persoalan-persoalan. “Perpindahan bandara di mana pun di dunia ini, pasti muncul masalah, terlebib bandara besar seperti Kualanamu. Yang terpenting, bagaimana masalah itu cepat diatasi. Tapi Insya Allah nantinya tidak terlalu kacau. Kita berharap tim punya tingkat kesigapan yang tinggi menyelesaikan setiap masalah yang muncul nantinya,” urai Bambang.
Diakui, saat ini konsentrasi lebih ke persoalan pemindahan bandara. Masalah pembukaan rute-rute baru dari atau ke Kualanamu, baru akan dibahas setelah pengoperasian bandara baru itu berjalan mulus.
“Kalau semua sudah lancar semua, barulah kita bicara soal rute dan maskapai penerbangan yang ingin masuk ke sana,” pungkasnya. (ram/sam)