MEDAN, SUMUTPOS.CO – Merosotnya jumlah pengunjung wisatawan mancanegara (wisman) ke Kota Medan dari tahun ke tahun, dinilai karena Kota Medan semakin kehilangan jati dirinya sebagai kota bersejarah, berbudaya tinggi, dan punya nilai jual yang baik di mata wisman.
“Dulu kota Medan ini dikenal sebagai kota multi etnis yang punya nilai sejarah yang tinggi. Ada Melayu, Tionghoa, Batak, Karo, Jawa, dan banyak suku-suku lainnyan
Masing-masing memberi warna dan memberi daya tarik besar bagi wisman untuk datang ke kota Medan,” ucap Wakil ketua DPRD Medan dari Fraksi Demokrat, Burhanuddin Sitepu, kepada Sumut Pos, Kamis (18/7).
Tetapi suasana penuh budaya itu menurutnya tinggal kenangan. Saat ini semuanya, Kota Medan semakin kehilangan daya tarik itu. “Sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Kota Medan justru mendapat banyak julukan yang tidak pantas dibanggakan. Sekarang kita dibilang kota terkotor, kota seribu lubang jalan, kota seribu terminal, dan banyak nama-nama yang tidak sedap disebutkan,” kata Ketua DPC Demokrat Medan ini.
Julukan-julukan itu, menurutnya bikin hati miris. Pemerintah kota dinilai memiliki banyak sekali ‘PR’ untuk mengembalikan wajah dan citra nama Kota Medan yang sempat dikenal hebat di tingkat nasional bahkan dunia, atau setidak-tidaknya dikawasan Asia Tenggara.
Menurut Burhanuddin, pemerintah kurang maksimal meningkatkan nilai jual kota Medan ke luar negeri. “Ayo kita ulas satu per satu. Dari segi wisata kuliner, kuliner apa yang mau dibanggakan dari kota Medan saat ini? Faktanya sih banyak. Tapi saat ini kuliner apa yang dikenal oleh wisman? Tidak ada. Ini apa tidak sayang? Padahal banyak yang bisa kita ‘jual’, tapi para wisman nggak tahu,” tegasnya.
Dari sisi kebudayaan, ada begitu banyak yang layak dan menarik diperkenalkan dan dijual ke mancanegara. Tapi faktanya, hampir tidak ada lagi kebudayaan di Kota Medan yang dikenal oleh wisman. “Adapun event-event sifatnya hanya sekedar kegiatan rutin untuk menghabiskan anggaran, tetapi tidak pernah memberikan dampak luar biasa bagi pariwisata. Ini kenapa? Ini harus dipikirkan pemerintah,” terangnya.
Begitupun dari sisi nilai sejarah. Kata Burhanuddin, bangunan-bangunan tua dan bersejarah di Kota Medan kian hari kian tak terurus. Bahkan terus-menerus tergerus oleh hal-hal lainnya. Padahal Medan punya banyak bangunan bersejarah. “Yang orang tahu cuma istana Maimun dan rumah Tjong Afie. Sisanya tak ada yang tahu,” imbuhnya.
Seharusnya, Pemko Medan menggenjot Dinas Pariwisata agar fokus meningkatkan nilai jual kota Medan di mata wisatawan. Baik lokal maupun mancanegara. “Banyak hal yang bisa kita banggakan dan layak kita jual di kota ini. Untuk itu, dinas-dinas terkait harus fokus,” tandasnya. (map)