28 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Antisipasi Membeludaknya Pasien Covid-19 di Kota Medan, RS Diminta Tambah 30 Persen Tempat Tidur

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PEMKO Medan bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR membahas langkah tercepat dalam mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19 di Kota Medan. Pembahasan tersebut dilakukan melalui rapat yang digelar di Eks RS Tembakau Deli, Jalan Putri Hijau, Minggu (18/7).

TINJAU: Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman bersama perwakilan Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR saat meninjau gedung eks RS Tembakau Deli di Jalan Putri Hijau yang direncanakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19, Minggu (18/7).istimewa/sumut pos.

Dalam rapat tersebut, berbagai langkah pun telah dipersiapkan untuk mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19 di Kota Medan, salah satunya dengan menyiapkan tempat isolasi mandiri di eks Hotel Soechi serta melakukan penambahan jumlah bed khusus pasien Covid-19 di rumah sakit umum milik daerah.

Perwakilan Kemenkes, Abdul Kadir mengusulkan untuk dilakukan penambahan bed khusus Covid-19 di RSUD dr Pirngadi Medan. Karena waktu yang diperlukan untuk melakukan penambahan bed tersebut relatif lebih cepat. “Penambahan bed di rumah sakit yang telah eksisting tentunya akan jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan rumah sakit yang belum ada eksistingnya. Sebab, kita tidak hanya sekadar menambah jumlah tempat tidur, tetapi yang lebih penting lagi harus di dukung dengan SDM yang memadai,” kata Abdul Kadir.

Terkait usulan tersebut, Wali Kota Medan Bobby Nasution menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari pemerintah pusat yang dengan cepat merespon kebutuhan Pemko Medan di tengah meningkatnya kasus penyebaran Covid-19 di Kota Medan dengan memberikan penambahan bed khusus covid-19 di Rumah Sakit Umum milik Pemko Medan.

Diungkapkan Bobby, saat ini Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Medan sudah mencapai sekitar 60 persen. Pemko Medan juga telah meminta setiap rumah sakit di Kota Medan untuk menyediakan 30 persen bed khusus untuk pasien Covid-19 dari seluruh jumlah bed yang ada di masing-masing rumah sakit. “Penambahan ini tentunya sangat penting untuk mengurangi jumlah BOR di Kota Medan dengan begitu pasien Covid-19 dapat tertangani dengan baik, apalagi pasien Covid-19 tidak seluruhnya berasal dari Kota Medan saja tetapi juga berasal dari berbagai daerah lainya,” kata Bobby.

Selain itu untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang begitu cepat, Bobby mengatakan Pemko Medan terus berkomitmen mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan 5M khususnya dalam mengurangi mobilitas masyarakat serta melakukan 3T (Testing, Tracing, Treatment). “Selain mengimbau masyarakat menerapkan prokes 5M, kami Pemko Medan juga melakukan 3T, salah satunya dengan memperbanyak testing serta melakukan tracing terhadap 15 orang yang kontak erat dengan pasien covid-19, setelah itu kita lakukan treatmentnya.”jelasnya.

RS Tembakau Deli Masih Dikaji

Sementara, Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman mengatakan, Pemko Medan masih akan mengkaji kelayakan gedung Eks RS Tembakau Deli, apakah rumah sakit yang sudah 10 tahun tidak berfungsi itu masih dapat digunakan sebagai lokasi rumah sakit darurat Covid-19 atau tidak. “Dari hasil pertemuan ini kita masih lihat dulu ya, apakah ada opsi-opsi yang lain, apakah ada yang lebih bagus tempatnya. Kita masih dalam kajian mana yang percepatannya itu lebih efektif,” kata Aulia Rachman di RS Tembakau Deli, Minggu (18/7).

Dikatakan Aulia, pihaknya masih mempertimbangkan, apakah renovasi RS Tembakau Deli dapat dikejar dengan target penanganan Covid-19 di masa PPKM darurat yang harus bisa selesai secepatnya. “Inikan kita sudah diskusikan di dalam, ini butuh waktu sekian lama. Sementara kita butuh, urgent. Makanya kita nanti akan lihat di RS Pirngadi sama Hotel Soechi, serta RS Adam Malik. Jadi belum ada keputusan apakah (RS Tembakau Deli) ini jadi lokasi (isolasi) atau tidak,” ujarnya.

Dijelaskannya, renovasi RS Tembakau Deli diperkirakan membutuhkan waktu yang cukup lama agar layak dijadikan RS Darurat Covid-19 dan menjadi lokasi isolasi. “Itu yang menjadi pertimbangan kami. Karena kita butuh yang cepat dan efektif,” paparnya.

Diterangkan Aulia, awalnya Pemko Medan memasukkan RSU Tembakau Deli sebagai opsi tempat isolasi karena mempertimbangkan lokasinya yang sangat dekat dengan pusat Kota Medan. Selain itu, gedung rumah sakit tersebut juga kosong dan sedang tidak difungsikan, serta memang merupakan gedung yang dulunya beroperasi sebagai rumah sakit. “Alasan kita menjadikan ini opsi untuk jadi tempat isolasi karena ini di inti kota. Aksesnya sangat mudah, yang kedua ini juga basicnya rumah sakit. Jadi sudah ada polanya, ini masih dalam kajian. Ini masih dalam kajian, intinya kita masih kaji,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekda Kota Medan Wiriya Alrahman mengatakan, lokasi perawatan pasien Covid-19 eksisting di Kota Medan saat ini ada di RS Pirngadi dan seluruh RS di Kota Medan. “Untuk RS dr Pirngadi itu total tempat tidur ada 398 bed, di antaranya 48 bed untuk pasien bayi dan anak-anak. Jadi ada 350 bed (untuk dewasa), 70 di antaranya khusus untuk pasien Covid-19,” katanya.

Saat ini, khusus di RS dr Pirngadi Medan sendiri, BOR atau pemakaian fasilitas tempat tidur ruang rawat inap mencapai 30 persen. “BOR untuk saat ini masih sekitar 30 persen. Untuk pengurangan BOR di RS Pirngadi kita sudah katakan agar dapat mengalokasikan 200 bed khusus untuk Covid-19 dan bisa meningkat jadi 300,” tuturnya.

Dokter se-Sumut Siap Turun

Menyikapi kemungkinan melonjaknya jumlah pasien Covid-19 di Sumut, khususnya Kota Medan, sekitar 200 dokter baik umum maupun spesialis, siap diturunkan untuk membantu pemerintah. Bahkan, ke-200 dokter tersebut telah mengikuti pelatihan Dokter Brigade Siaga Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut secara virtual, Minggu (18/7). “Para dokter ini bagian dari sistem untuk mendukung pemerintah dalam tangani pandemi Covid-19. Kita yakin, dan berterima kasih kepada pemerintah, baik pusat maupun kabupaten/kota, yang memiliki semangat luar biasa untuk bisa menang melawan Covid-19,” kata Ketua IDI Sumut dr Ramlan Sitompul SpTHT-KL kepada wartawan usai menutup pelatihan tersebut.

Ramlan menegaskan, para dokter di Sumut harus bisa dan siap ‘turun gunung’ membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 ini. “Karena itu, kita menyiapkan seluruh dokter yang ada di seluruh Sumatera Utara, untuk berjaga-jaga, manatahu kita kebobolan dan terjadi ledakan kasus yang tak terkendali. Intinya, semua dokter harus bisa turun gunung bahu membahu memberikan pelayanan dan menjadi sahabat bagi masyarakat yang terpapar Covid-19,” tegasnya.

Dijelaskan Ramlan, Pelatihan Dokter Brigade Siaga Covid-19 IDI Sumut ini dilakukan agar semua dokter mempunyai kapasitas yang mumpuni dalam melakukan pelayanan terhadap pasien Covid-19. Pelatihan ini rencananya digelar setiap Minggu sampai seluruh dokter paham tentang teknik pengambilan swab, vaksinasi, merawat pasien, menjaga pintu masuk negara dan daerah serta lainnya. “Kita ingin berbagi informasi agar seluruh dokter di Sumut ini baik umum maupun spesialis mampu memberikan pelayanan terhadap pasien Covid-19 bila terjadi lonjakan kasus,” ungkapnya.

Terkait sikap IDI Sumut tentang masih banyak masyarakat yang abai protokol kesehatan dan percaya hoaks soal Covid-19, Ramlan meminta masyarakat untuk menyerap informasi dari orang yang kompeten di bidangnya. “Siapa yang kompeten? Dokter dan pemerintah. Jadi memang di era digitalisasi dan dunia maya ini semua orang bisa berkomentar, artinya semua orang bisa mengambil referensi dari mana-mana. Tapi harapan kita, kalau referensinya tidak jelas jangan diikuti. Kita yakinlah, dokter itu terikat sumpah, walaupun ada satu dua yang nyeleneh. Dari sekian ratus ribu dokter, satu dua yang nyeleneh itu wajar. Tapi lihatlah mayoritas para dokter ekspert di bidang itu, itulah yang menjadi pedoman. Karena bagaimanapun belum ada evidence standar internasional yang sungguh-sungguh bagus menangani pasien, karena ini kasus baru,” pungkasnya. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PEMKO Medan bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR membahas langkah tercepat dalam mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19 di Kota Medan. Pembahasan tersebut dilakukan melalui rapat yang digelar di Eks RS Tembakau Deli, Jalan Putri Hijau, Minggu (18/7).

TINJAU: Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman bersama perwakilan Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR saat meninjau gedung eks RS Tembakau Deli di Jalan Putri Hijau yang direncanakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19, Minggu (18/7).istimewa/sumut pos.

Dalam rapat tersebut, berbagai langkah pun telah dipersiapkan untuk mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19 di Kota Medan, salah satunya dengan menyiapkan tempat isolasi mandiri di eks Hotel Soechi serta melakukan penambahan jumlah bed khusus pasien Covid-19 di rumah sakit umum milik daerah.

Perwakilan Kemenkes, Abdul Kadir mengusulkan untuk dilakukan penambahan bed khusus Covid-19 di RSUD dr Pirngadi Medan. Karena waktu yang diperlukan untuk melakukan penambahan bed tersebut relatif lebih cepat. “Penambahan bed di rumah sakit yang telah eksisting tentunya akan jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan rumah sakit yang belum ada eksistingnya. Sebab, kita tidak hanya sekadar menambah jumlah tempat tidur, tetapi yang lebih penting lagi harus di dukung dengan SDM yang memadai,” kata Abdul Kadir.

Terkait usulan tersebut, Wali Kota Medan Bobby Nasution menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari pemerintah pusat yang dengan cepat merespon kebutuhan Pemko Medan di tengah meningkatnya kasus penyebaran Covid-19 di Kota Medan dengan memberikan penambahan bed khusus covid-19 di Rumah Sakit Umum milik Pemko Medan.

Diungkapkan Bobby, saat ini Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Medan sudah mencapai sekitar 60 persen. Pemko Medan juga telah meminta setiap rumah sakit di Kota Medan untuk menyediakan 30 persen bed khusus untuk pasien Covid-19 dari seluruh jumlah bed yang ada di masing-masing rumah sakit. “Penambahan ini tentunya sangat penting untuk mengurangi jumlah BOR di Kota Medan dengan begitu pasien Covid-19 dapat tertangani dengan baik, apalagi pasien Covid-19 tidak seluruhnya berasal dari Kota Medan saja tetapi juga berasal dari berbagai daerah lainya,” kata Bobby.

Selain itu untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang begitu cepat, Bobby mengatakan Pemko Medan terus berkomitmen mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan 5M khususnya dalam mengurangi mobilitas masyarakat serta melakukan 3T (Testing, Tracing, Treatment). “Selain mengimbau masyarakat menerapkan prokes 5M, kami Pemko Medan juga melakukan 3T, salah satunya dengan memperbanyak testing serta melakukan tracing terhadap 15 orang yang kontak erat dengan pasien covid-19, setelah itu kita lakukan treatmentnya.”jelasnya.

RS Tembakau Deli Masih Dikaji

Sementara, Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman mengatakan, Pemko Medan masih akan mengkaji kelayakan gedung Eks RS Tembakau Deli, apakah rumah sakit yang sudah 10 tahun tidak berfungsi itu masih dapat digunakan sebagai lokasi rumah sakit darurat Covid-19 atau tidak. “Dari hasil pertemuan ini kita masih lihat dulu ya, apakah ada opsi-opsi yang lain, apakah ada yang lebih bagus tempatnya. Kita masih dalam kajian mana yang percepatannya itu lebih efektif,” kata Aulia Rachman di RS Tembakau Deli, Minggu (18/7).

Dikatakan Aulia, pihaknya masih mempertimbangkan, apakah renovasi RS Tembakau Deli dapat dikejar dengan target penanganan Covid-19 di masa PPKM darurat yang harus bisa selesai secepatnya. “Inikan kita sudah diskusikan di dalam, ini butuh waktu sekian lama. Sementara kita butuh, urgent. Makanya kita nanti akan lihat di RS Pirngadi sama Hotel Soechi, serta RS Adam Malik. Jadi belum ada keputusan apakah (RS Tembakau Deli) ini jadi lokasi (isolasi) atau tidak,” ujarnya.

Dijelaskannya, renovasi RS Tembakau Deli diperkirakan membutuhkan waktu yang cukup lama agar layak dijadikan RS Darurat Covid-19 dan menjadi lokasi isolasi. “Itu yang menjadi pertimbangan kami. Karena kita butuh yang cepat dan efektif,” paparnya.

Diterangkan Aulia, awalnya Pemko Medan memasukkan RSU Tembakau Deli sebagai opsi tempat isolasi karena mempertimbangkan lokasinya yang sangat dekat dengan pusat Kota Medan. Selain itu, gedung rumah sakit tersebut juga kosong dan sedang tidak difungsikan, serta memang merupakan gedung yang dulunya beroperasi sebagai rumah sakit. “Alasan kita menjadikan ini opsi untuk jadi tempat isolasi karena ini di inti kota. Aksesnya sangat mudah, yang kedua ini juga basicnya rumah sakit. Jadi sudah ada polanya, ini masih dalam kajian. Ini masih dalam kajian, intinya kita masih kaji,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekda Kota Medan Wiriya Alrahman mengatakan, lokasi perawatan pasien Covid-19 eksisting di Kota Medan saat ini ada di RS Pirngadi dan seluruh RS di Kota Medan. “Untuk RS dr Pirngadi itu total tempat tidur ada 398 bed, di antaranya 48 bed untuk pasien bayi dan anak-anak. Jadi ada 350 bed (untuk dewasa), 70 di antaranya khusus untuk pasien Covid-19,” katanya.

Saat ini, khusus di RS dr Pirngadi Medan sendiri, BOR atau pemakaian fasilitas tempat tidur ruang rawat inap mencapai 30 persen. “BOR untuk saat ini masih sekitar 30 persen. Untuk pengurangan BOR di RS Pirngadi kita sudah katakan agar dapat mengalokasikan 200 bed khusus untuk Covid-19 dan bisa meningkat jadi 300,” tuturnya.

Dokter se-Sumut Siap Turun

Menyikapi kemungkinan melonjaknya jumlah pasien Covid-19 di Sumut, khususnya Kota Medan, sekitar 200 dokter baik umum maupun spesialis, siap diturunkan untuk membantu pemerintah. Bahkan, ke-200 dokter tersebut telah mengikuti pelatihan Dokter Brigade Siaga Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut secara virtual, Minggu (18/7). “Para dokter ini bagian dari sistem untuk mendukung pemerintah dalam tangani pandemi Covid-19. Kita yakin, dan berterima kasih kepada pemerintah, baik pusat maupun kabupaten/kota, yang memiliki semangat luar biasa untuk bisa menang melawan Covid-19,” kata Ketua IDI Sumut dr Ramlan Sitompul SpTHT-KL kepada wartawan usai menutup pelatihan tersebut.

Ramlan menegaskan, para dokter di Sumut harus bisa dan siap ‘turun gunung’ membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 ini. “Karena itu, kita menyiapkan seluruh dokter yang ada di seluruh Sumatera Utara, untuk berjaga-jaga, manatahu kita kebobolan dan terjadi ledakan kasus yang tak terkendali. Intinya, semua dokter harus bisa turun gunung bahu membahu memberikan pelayanan dan menjadi sahabat bagi masyarakat yang terpapar Covid-19,” tegasnya.

Dijelaskan Ramlan, Pelatihan Dokter Brigade Siaga Covid-19 IDI Sumut ini dilakukan agar semua dokter mempunyai kapasitas yang mumpuni dalam melakukan pelayanan terhadap pasien Covid-19. Pelatihan ini rencananya digelar setiap Minggu sampai seluruh dokter paham tentang teknik pengambilan swab, vaksinasi, merawat pasien, menjaga pintu masuk negara dan daerah serta lainnya. “Kita ingin berbagi informasi agar seluruh dokter di Sumut ini baik umum maupun spesialis mampu memberikan pelayanan terhadap pasien Covid-19 bila terjadi lonjakan kasus,” ungkapnya.

Terkait sikap IDI Sumut tentang masih banyak masyarakat yang abai protokol kesehatan dan percaya hoaks soal Covid-19, Ramlan meminta masyarakat untuk menyerap informasi dari orang yang kompeten di bidangnya. “Siapa yang kompeten? Dokter dan pemerintah. Jadi memang di era digitalisasi dan dunia maya ini semua orang bisa berkomentar, artinya semua orang bisa mengambil referensi dari mana-mana. Tapi harapan kita, kalau referensinya tidak jelas jangan diikuti. Kita yakinlah, dokter itu terikat sumpah, walaupun ada satu dua yang nyeleneh. Dari sekian ratus ribu dokter, satu dua yang nyeleneh itu wajar. Tapi lihatlah mayoritas para dokter ekspert di bidang itu, itulah yang menjadi pedoman. Karena bagaimanapun belum ada evidence standar internasional yang sungguh-sungguh bagus menangani pasien, karena ini kasus baru,” pungkasnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/