31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Pasiennya dari Pemain Sepak Bola hingga Jenderal

Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia

Profesi masseur yang akrab disebut tukang kusuk atau pijat dianggap bukan profesi yang bergengsi. Namun, bicara kebutuhan, ahli masseur selalu memberikan manfaat. Metode pengobatan tradisional yang kerap dijadikan opsi dan selalu dipercaya untuk menyembuhkan dan meredakan nyeri dibanding pengobatan moderen. Dan bagi Asep Suhendra, profesi masseur ini menjadi kebanggaan.

DONI HERMAWAN, Medan

Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia
Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia

Nama Asep cukup tersohor di pengobatan tradisional. Terutama di kalangan atlet olahraga. Cecep, sapaan akrabnya, begitu dikenal. Sejak 2009 ia dipercaya menjadi ahli masseur tim PSMS. Puluhan pesepakbola selalu membutuhkan jasanya. Rasa letih dan pegal setelah berlaga maupun latihan akan berkurang pasca diurut Cecep. Bahkan dengan profesinya ini Cecep bisa keliling Indonesia ikut tur PSMS.

“Saya dipercaya di PSMS sejak dua musim. Senang rasanya karena bisa ikut tim bola keliling Indonesia,” ujar Cecep mengawali perbincangan di rumahnya Jalan Pasar V, Dusun Salak, Gang Pribadi I, Tembung, Kecamatan Percut Seituan.

Begitupun Cecep tak langsung mengecap manis karir hidupnya. Perjalanannya sebagai seorang masseur dimulai dari kampung Bangkorngreng, Desa Bendan
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabudmi, Jawa Barat (Jabar).  Profesinya ini turun temurun dari keluarganya.

“Keluarga semua memang tukang kusuk, menurun dari sang kakek yang memang ahli kusuk. Bahkan bapak saya yang sudah berumur 90 tahun masih bisa kusuk. Lalu saya mengadu nasib ke kota Medan,” ujar pria kelahiran Jawa Barat, 11 Mei 1957 silam. Namun Cecep sempat tidak percaya diri dengan profesinya. Ia mencoba mencari pekerjaan lain pasca menamatkan diri dari bangku sekolah.

“Waktu itu seingat saya tahun 1973. Karena dua tahun menganggur akhirnya saya putuskan meneruskan profesi itu. Awal ngusuk dikasi lima ribu rupiah, lumayanlah buat pemula pada saat itu,” kenangnya.

Enam tahun berjalan, Cecep pun nekat menyeberang pulau ke Medan. Pria 54 tahun ini sempat beralih profesi untuk berjuang hidup di Medan. Beberapa pekerjaan yang dilakoni mulai dari tukang becak, tukang bangunan sampai menjadi supir telah dilakoni pak Cecep.
“Jadi pekerjaan ini tetap kujalani sebagai sampingan,” timpalnya.

Pasca menikah, Cecep pun akhirnya menetapkan hatinya untuk serius menekuni profesinya.

“Memang sudah takdir Tuhan aku harus seperti ini. Ya, Alhamdulillah aku bisa membahagiakan istri dan anak-anakku bahkan mengirim sedikit rezeki ke kampung halaman,” lirihnya.

Pasien Cecep terdiri dari berbagai kalangan. Itu karena sifatnya yang ramah dan mau bergaul dengan siapa saja. Mulai kalangan bawah seperti tukang becak hingga jenderal pernah menggunakan jasanya.

“Dari bayi sampai orangtua dan dari tukang becak sampai jenderal pernah aku urut, senang dan bangga rasanya. Jenderal Sunarto, Luhut Panjaitan pernah saya tangani,” katanya.

Lantas bagaimana Cecep bisa sampai nyasar ke dunia olahraga? Berawal dari tahun 2006 ketika anak bungsunya berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Generasi Medan.  Kebetulan Cecep juga hobi sepakbola.

“Kenal dengan beberapa teman yang akhirnya nawarkan saya untuk jadi masseur di SSB Generasi. Dari situ saya banyak kenal orang-orang bola,” beber Cecep.

Cecep pun semakin nyaman masuk ke dunia sepakbola hingga kini. Ia juga mendapat piagam penghargaan dari olahraga dari Gubernur Sumatera Utara H Syamsul Arifin SE atas prestasinya di bidang masseur pada tahun 2010 lalu. Dari profesinya ini pula Cecep kini menjadi honorer di Diklat Pusat Pelatihan Pelajar (PPLP) Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumut ini. (*)

Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia

Profesi masseur yang akrab disebut tukang kusuk atau pijat dianggap bukan profesi yang bergengsi. Namun, bicara kebutuhan, ahli masseur selalu memberikan manfaat. Metode pengobatan tradisional yang kerap dijadikan opsi dan selalu dipercaya untuk menyembuhkan dan meredakan nyeri dibanding pengobatan moderen. Dan bagi Asep Suhendra, profesi masseur ini menjadi kebanggaan.

DONI HERMAWAN, Medan

Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia
Asep Suhendra, Ahli Pijat Bisa Keliling Indonesia

Nama Asep cukup tersohor di pengobatan tradisional. Terutama di kalangan atlet olahraga. Cecep, sapaan akrabnya, begitu dikenal. Sejak 2009 ia dipercaya menjadi ahli masseur tim PSMS. Puluhan pesepakbola selalu membutuhkan jasanya. Rasa letih dan pegal setelah berlaga maupun latihan akan berkurang pasca diurut Cecep. Bahkan dengan profesinya ini Cecep bisa keliling Indonesia ikut tur PSMS.

“Saya dipercaya di PSMS sejak dua musim. Senang rasanya karena bisa ikut tim bola keliling Indonesia,” ujar Cecep mengawali perbincangan di rumahnya Jalan Pasar V, Dusun Salak, Gang Pribadi I, Tembung, Kecamatan Percut Seituan.

Begitupun Cecep tak langsung mengecap manis karir hidupnya. Perjalanannya sebagai seorang masseur dimulai dari kampung Bangkorngreng, Desa Bendan
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabudmi, Jawa Barat (Jabar).  Profesinya ini turun temurun dari keluarganya.

“Keluarga semua memang tukang kusuk, menurun dari sang kakek yang memang ahli kusuk. Bahkan bapak saya yang sudah berumur 90 tahun masih bisa kusuk. Lalu saya mengadu nasib ke kota Medan,” ujar pria kelahiran Jawa Barat, 11 Mei 1957 silam. Namun Cecep sempat tidak percaya diri dengan profesinya. Ia mencoba mencari pekerjaan lain pasca menamatkan diri dari bangku sekolah.

“Waktu itu seingat saya tahun 1973. Karena dua tahun menganggur akhirnya saya putuskan meneruskan profesi itu. Awal ngusuk dikasi lima ribu rupiah, lumayanlah buat pemula pada saat itu,” kenangnya.

Enam tahun berjalan, Cecep pun nekat menyeberang pulau ke Medan. Pria 54 tahun ini sempat beralih profesi untuk berjuang hidup di Medan. Beberapa pekerjaan yang dilakoni mulai dari tukang becak, tukang bangunan sampai menjadi supir telah dilakoni pak Cecep.
“Jadi pekerjaan ini tetap kujalani sebagai sampingan,” timpalnya.

Pasca menikah, Cecep pun akhirnya menetapkan hatinya untuk serius menekuni profesinya.

“Memang sudah takdir Tuhan aku harus seperti ini. Ya, Alhamdulillah aku bisa membahagiakan istri dan anak-anakku bahkan mengirim sedikit rezeki ke kampung halaman,” lirihnya.

Pasien Cecep terdiri dari berbagai kalangan. Itu karena sifatnya yang ramah dan mau bergaul dengan siapa saja. Mulai kalangan bawah seperti tukang becak hingga jenderal pernah menggunakan jasanya.

“Dari bayi sampai orangtua dan dari tukang becak sampai jenderal pernah aku urut, senang dan bangga rasanya. Jenderal Sunarto, Luhut Panjaitan pernah saya tangani,” katanya.

Lantas bagaimana Cecep bisa sampai nyasar ke dunia olahraga? Berawal dari tahun 2006 ketika anak bungsunya berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Generasi Medan.  Kebetulan Cecep juga hobi sepakbola.

“Kenal dengan beberapa teman yang akhirnya nawarkan saya untuk jadi masseur di SSB Generasi. Dari situ saya banyak kenal orang-orang bola,” beber Cecep.

Cecep pun semakin nyaman masuk ke dunia sepakbola hingga kini. Ia juga mendapat piagam penghargaan dari olahraga dari Gubernur Sumatera Utara H Syamsul Arifin SE atas prestasinya di bidang masseur pada tahun 2010 lalu. Dari profesinya ini pula Cecep kini menjadi honorer di Diklat Pusat Pelatihan Pelajar (PPLP) Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumut ini. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/