25.6 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Tetap Bangga meski Jadi Striker Klub Bola di Kampung

Mengunjungi Martunis, si ‘Bocah Ajaib’ yang Tenar di Benua Eropa saat Tsunami Aceh

Ketika tsunami terjadi di Aceh tujuh tahun lalu, nama Martunis sempat terkenal di Eropa, hingga diundang khusus ke Portugal dan bertemu Cristiano Ronaldo. Bagaimana kabarnya sekarang?

SUDIRMAN MANSYUR, Banda Aceh

MARTUNIS kini tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Minggu lalu (25/12) Rakyat Aceh (Group Sumut Pos) pergi ke gampong (desa) tersebut. Ketika tsunami terjadi pada 26 Desember 2004, desa itu luluh lantak. Kini kehidupan di perkampungan tersebut sudah berjalan normal.

Menuju kawasan Desa Tibang, di kanan dan kiri jalan tampak areal tambak. Di tambak itulah Sarbini, ayah Martunis, beternak ikan bandeng. Tiba di rumah Martunis, wajah ramah Sarbini menyambut kedatangan Rakyat Aceh. “Anak saya (Martunis) sedang berlatih bola di lapangan Kahju,” tutur dia.

Sarbini menceritakan, Martunis memang sangat serius menekuni sepak bola. “Sekarang dia sudah kelas I SMA,” papar dia. Sebenarnya, imbuh Sarbini, Martunis ingin bersekolah di SMA khusus olahraga. “Tapi, kami tidak tahu caranya untuk bisa bersekolah di SMA olahraga. Akhirnya, saya masukkan ke SMA biasa,” terang dia.

Martunis memang tak bisa lepas dari olahraga sepak bola. Sarbini lantas menceritakan peristiwa tujuh tahun lalu. Pagi sebelum gelombang tsunami datang, tutur dia, Martunis yang saat itu baru duduk di bangku kelas III SD berencana bermain bola bersama temannya di lapangan sepak bola kampung.

Kala itu Martunis bahkan sudah mengenakan kostum nasional Portugal yang dibeli di pasar. Martunis memang sangat mengidolakan Cristiano Ronaldo. Karena itu, setiap kali bermain bola, dia selalu mengenakan kaus timnas Portugal, negara asal Ronaldo.

Ketika datang tsunami; Martunis berlari menyelamatkan diri bersama Salwa, ibunya; Nurul Ala, 12, kakaknya; dan Annisa, adiknya yang baru berumur dua tahun. Saat menyelamatkan diri itu, Martunis, ibunya, dan dua saudaranya ikut pikap. Tetapi, pikap yang mereka tumpangi akhirnya terbawa arus tsunami. Saat itulah Martunis terpisah dengan ibu, kakak, dan adiknya yang selanjutnya hilang dan tak pernah kembali lagi.

Martunis selamat setelah meraih sepotong kayu. Tubuhnya lantas mengapung.

Kemudian, dia berpindah ke kasur yang melintas di dekatnya. Namun, kasur tersebut akhirnya tenggelam.

Martunis lalu memanjat pohon untuk bertahan hidup. Dia selamat setelah terseret arus tsunami yang balik ke laut dan terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Tengku Syiah Kuala.

Setelah 19 hari bertahan, warga menemukan Martunis pada 15 Januari 2005. Warga menyerahkan dia kepada kru televisi Inggris yang kebetulan meliput di wilayah itu. Dalam sekejap, gambar dan kisah Martunis yang masih mengenakan kaus timnas Portugal beredar luas di sejumlah stasiun televisi Eropa. Nama dan kisah Martunis pun terkenal di Eropa.

Bocah kurus berkulit hitam itu pun menarik simpati bintang top sepak bola Portugal. Akhirnya, Federasi Sepak Bola Portugal mengundang Martunis ke negaranya pada Juni 2005.

Saat itu Martunis didampingi ayahnya, Sarbini, dan dokter Teuku Taharuddin.

Martunis pun bertemu dengan bintang idolanya, Cristiano Ronaldo.

Kini Martunis sudah beranjak remaja.

Setelah dua jam ditunggu-tunggu, ABG 14 tahun itu datang menyambut Rakyat Aceh. Tubuhnya tetap kurus dan kulitnya hitam.

Ketika ditanya soal aktivitasnya, Martunis mengatakan saat ini semakin rajin berlatih bola. ABG kelahiran 2 Mei 1997 tersebut kini bergabung di klub Harimau Nanggroe, Lamreung (salah satu gampong di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar).

Namun, dalam waktu dekat Martunis berencana pindah ke klub Alsport di Kuta Alam. (*)

Mengunjungi Martunis, si ‘Bocah Ajaib’ yang Tenar di Benua Eropa saat Tsunami Aceh

Ketika tsunami terjadi di Aceh tujuh tahun lalu, nama Martunis sempat terkenal di Eropa, hingga diundang khusus ke Portugal dan bertemu Cristiano Ronaldo. Bagaimana kabarnya sekarang?

SUDIRMAN MANSYUR, Banda Aceh

MARTUNIS kini tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Minggu lalu (25/12) Rakyat Aceh (Group Sumut Pos) pergi ke gampong (desa) tersebut. Ketika tsunami terjadi pada 26 Desember 2004, desa itu luluh lantak. Kini kehidupan di perkampungan tersebut sudah berjalan normal.

Menuju kawasan Desa Tibang, di kanan dan kiri jalan tampak areal tambak. Di tambak itulah Sarbini, ayah Martunis, beternak ikan bandeng. Tiba di rumah Martunis, wajah ramah Sarbini menyambut kedatangan Rakyat Aceh. “Anak saya (Martunis) sedang berlatih bola di lapangan Kahju,” tutur dia.

Sarbini menceritakan, Martunis memang sangat serius menekuni sepak bola. “Sekarang dia sudah kelas I SMA,” papar dia. Sebenarnya, imbuh Sarbini, Martunis ingin bersekolah di SMA khusus olahraga. “Tapi, kami tidak tahu caranya untuk bisa bersekolah di SMA olahraga. Akhirnya, saya masukkan ke SMA biasa,” terang dia.

Martunis memang tak bisa lepas dari olahraga sepak bola. Sarbini lantas menceritakan peristiwa tujuh tahun lalu. Pagi sebelum gelombang tsunami datang, tutur dia, Martunis yang saat itu baru duduk di bangku kelas III SD berencana bermain bola bersama temannya di lapangan sepak bola kampung.

Kala itu Martunis bahkan sudah mengenakan kostum nasional Portugal yang dibeli di pasar. Martunis memang sangat mengidolakan Cristiano Ronaldo. Karena itu, setiap kali bermain bola, dia selalu mengenakan kaus timnas Portugal, negara asal Ronaldo.

Ketika datang tsunami; Martunis berlari menyelamatkan diri bersama Salwa, ibunya; Nurul Ala, 12, kakaknya; dan Annisa, adiknya yang baru berumur dua tahun. Saat menyelamatkan diri itu, Martunis, ibunya, dan dua saudaranya ikut pikap. Tetapi, pikap yang mereka tumpangi akhirnya terbawa arus tsunami. Saat itulah Martunis terpisah dengan ibu, kakak, dan adiknya yang selanjutnya hilang dan tak pernah kembali lagi.

Martunis selamat setelah meraih sepotong kayu. Tubuhnya lantas mengapung.

Kemudian, dia berpindah ke kasur yang melintas di dekatnya. Namun, kasur tersebut akhirnya tenggelam.

Martunis lalu memanjat pohon untuk bertahan hidup. Dia selamat setelah terseret arus tsunami yang balik ke laut dan terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Tengku Syiah Kuala.

Setelah 19 hari bertahan, warga menemukan Martunis pada 15 Januari 2005. Warga menyerahkan dia kepada kru televisi Inggris yang kebetulan meliput di wilayah itu. Dalam sekejap, gambar dan kisah Martunis yang masih mengenakan kaus timnas Portugal beredar luas di sejumlah stasiun televisi Eropa. Nama dan kisah Martunis pun terkenal di Eropa.

Bocah kurus berkulit hitam itu pun menarik simpati bintang top sepak bola Portugal. Akhirnya, Federasi Sepak Bola Portugal mengundang Martunis ke negaranya pada Juni 2005.

Saat itu Martunis didampingi ayahnya, Sarbini, dan dokter Teuku Taharuddin.

Martunis pun bertemu dengan bintang idolanya, Cristiano Ronaldo.

Kini Martunis sudah beranjak remaja.

Setelah dua jam ditunggu-tunggu, ABG 14 tahun itu datang menyambut Rakyat Aceh. Tubuhnya tetap kurus dan kulitnya hitam.

Ketika ditanya soal aktivitasnya, Martunis mengatakan saat ini semakin rajin berlatih bola. ABG kelahiran 2 Mei 1997 tersebut kini bergabung di klub Harimau Nanggroe, Lamreung (salah satu gampong di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar).

Namun, dalam waktu dekat Martunis berencana pindah ke klub Alsport di Kuta Alam. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/