25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pernah Didatangi Guruh Soekarno Putra

Fadlun, Penjual Buku Kuno

Kalau mencari buku zaman dahulu (kuno) cari saja ke toko buku Fadlun di Toko buku bekas Lapangan Merdeka Medan. Toko milik pria berusia 44 tahun bernama Fadlun itu sudah sejak tahun 80-an menjual buku.

M Sahbainy Nasution, Medan

BUKU KUNO: Fadlun memamerkan buku kuno  tokonya.//M Sahbainy/sumut pos
BUKU KUNO: Fadlun memamerkan buku kuno di tokonya.//M Sahbainy/sumut pos

Pria yang tinggal di Jalan Rajawali, Gang Buntu, Medan Sunggal itu sudah lama bergelut menjadi penjual buku terutama buku-buku zaman dulu. Ada banyak koleksi buku-buku sejarah yagn terbit tahun 60-an hingga tahun 80-an. Toko Fadlun tepat berada di depan proyek yang bakal dijadikan lahan parkir penumpang kereta api. Saat pertama masuk ke dalam toko tampak lemari yang terbuat dari kayu dengan rak 3 lantai, satu kursi dan meja.

“Kebanyakan buku yang saya jual sudah lama, selain saya suka sejarah saya juga menjiwai buku-buku sejarah,” ujar Fadlun memulai pembicaraan saat ditemui di tokonya.

Pria berkacamata itu mengatakan kebanyakan buku zaman dulu yang dijualnya sudah tampak usang, warnanya sudah kuning.

“Saat kolektor buku datang mencari buki pernah berpesan sama saya jangan dibersihkan biarkan saja seperti apa adanya karena menurutnya nilai jualnya di situ,” jelas Fadlun.

Menurutnya, buku zaman dahulu jarang laku karena tidak semua orang berminat, kebanyakan lebih memilih buku yang terbaru. Tapi, katanya, buku zaman dahulu ini harga jualnya tinggi sampai jutaan rupiah. Buku zaman dahulu ada yang lokal dan mancanegara.

Menurutnya, ada orang yang cinta dengan buku zaman dahulu sehingga sampai mengeluarkan uang banyak untuk membelinya. Sebut saja seperti Ichwan Azhari, Ketua Pusat Ilmu Sosial Sejarah (Pusis) Unimed anak Presiden Soekarno, Guruh Soekarno Putera dan kolektor dari Malaysia.

“Pak Ichwan nyari buku-buku zaman dahulu ke sini. Guruh Soekarno Putra juga pernah datang mencari buku tentang bapaknya. Saat itu dia kampanye di Lapangan Merdeka tahun 2010 lalu. Saat itu ia membeli sebanyak 40 buku separuhnya dari toko saya dan sebagian dari toko teman-teman,” katanya.
Selain itu, katanya, pembeli juga datang dari dari Aceh dan Jakarta. Menurut Fadlun, dia mendapatkan buku zaman dahulu dengan membeli ke tukang loak.
Menurut Fadlun, koleksi buku zaman dahulunya sampai ratusan eksemplar, namun sudah banyak yang terjual. Harga buku zaman dahulu mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah tergantung tahunnya.

“Semakin tua tahun penerbitannya semakin mahal pula harga buku tersebut. Pendapatan bersih saya bisa mencapai Rp5 juta per bulan,” kata Fadlun.
Fadlun berharap dengan adanya relokasi yang dilakukan oleh Pemko Medan mereka nantinya lebih diperhatikan lagi. Karena menurutnya buku-bukunya susah didapat di toko. “Kasihan nanti kalau anak dan cucu kita tak tahu sejarah Indonesia,” pungkas Fadlun. (*)

Fadlun, Penjual Buku Kuno

Kalau mencari buku zaman dahulu (kuno) cari saja ke toko buku Fadlun di Toko buku bekas Lapangan Merdeka Medan. Toko milik pria berusia 44 tahun bernama Fadlun itu sudah sejak tahun 80-an menjual buku.

M Sahbainy Nasution, Medan

BUKU KUNO: Fadlun memamerkan buku kuno  tokonya.//M Sahbainy/sumut pos
BUKU KUNO: Fadlun memamerkan buku kuno di tokonya.//M Sahbainy/sumut pos

Pria yang tinggal di Jalan Rajawali, Gang Buntu, Medan Sunggal itu sudah lama bergelut menjadi penjual buku terutama buku-buku zaman dulu. Ada banyak koleksi buku-buku sejarah yagn terbit tahun 60-an hingga tahun 80-an. Toko Fadlun tepat berada di depan proyek yang bakal dijadikan lahan parkir penumpang kereta api. Saat pertama masuk ke dalam toko tampak lemari yang terbuat dari kayu dengan rak 3 lantai, satu kursi dan meja.

“Kebanyakan buku yang saya jual sudah lama, selain saya suka sejarah saya juga menjiwai buku-buku sejarah,” ujar Fadlun memulai pembicaraan saat ditemui di tokonya.

Pria berkacamata itu mengatakan kebanyakan buku zaman dulu yang dijualnya sudah tampak usang, warnanya sudah kuning.

“Saat kolektor buku datang mencari buki pernah berpesan sama saya jangan dibersihkan biarkan saja seperti apa adanya karena menurutnya nilai jualnya di situ,” jelas Fadlun.

Menurutnya, buku zaman dahulu jarang laku karena tidak semua orang berminat, kebanyakan lebih memilih buku yang terbaru. Tapi, katanya, buku zaman dahulu ini harga jualnya tinggi sampai jutaan rupiah. Buku zaman dahulu ada yang lokal dan mancanegara.

Menurutnya, ada orang yang cinta dengan buku zaman dahulu sehingga sampai mengeluarkan uang banyak untuk membelinya. Sebut saja seperti Ichwan Azhari, Ketua Pusat Ilmu Sosial Sejarah (Pusis) Unimed anak Presiden Soekarno, Guruh Soekarno Putera dan kolektor dari Malaysia.

“Pak Ichwan nyari buku-buku zaman dahulu ke sini. Guruh Soekarno Putra juga pernah datang mencari buku tentang bapaknya. Saat itu dia kampanye di Lapangan Merdeka tahun 2010 lalu. Saat itu ia membeli sebanyak 40 buku separuhnya dari toko saya dan sebagian dari toko teman-teman,” katanya.
Selain itu, katanya, pembeli juga datang dari dari Aceh dan Jakarta. Menurut Fadlun, dia mendapatkan buku zaman dahulu dengan membeli ke tukang loak.
Menurut Fadlun, koleksi buku zaman dahulunya sampai ratusan eksemplar, namun sudah banyak yang terjual. Harga buku zaman dahulu mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah tergantung tahunnya.

“Semakin tua tahun penerbitannya semakin mahal pula harga buku tersebut. Pendapatan bersih saya bisa mencapai Rp5 juta per bulan,” kata Fadlun.
Fadlun berharap dengan adanya relokasi yang dilakukan oleh Pemko Medan mereka nantinya lebih diperhatikan lagi. Karena menurutnya buku-bukunya susah didapat di toko. “Kasihan nanti kalau anak dan cucu kita tak tahu sejarah Indonesia,” pungkas Fadlun. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/