Gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK-UISU) di Jalan SM Raja kembali terlihat bersih. Puluhan spanduk yang berjejer di dinding depan gedung sudah diturunkan.
Puput Julianti Damanik, Medan
Halaman depan yang 50 hari belakangan ini terlihat sangat kotor akibat sisa bakaran ban dan tumpukan sampah plastik, daun sudah hilangn
Tenaga 15 pekerja yang sengaja disewa dan dibantu oleh mahasiswa telah mengembalikan keindahan kampus bernuansa hijau tersebut.
Ribuan mahasiswa dari tingkat pertama hingga tingkat akhir sudah siap mengisi tasnya dengan buku pelajaran dan kembali ke kampus seperti biasa. Khususnya bagi mereka mahasiswa Semester 7. Impiannya untuk menggunakan jas putih pertama di Rumah Sakit (RS) yang sempat punah kembali hidup, dalam waktu dekat Kepaniteraan Klinik Junior (KKJ) pun akan mereka lewati. Meskipun ketinggalan sangat jauh, calon-calon dokter ini pun tetap bersemangat.
Diantaranya, Azkarunia Hutagalung (22). Ia adalah satu dari ratusan mahasiswa semester 7 yang merasa paling dirugikan dalam konflik di UISU sehingga berakibat pada aksi mogok kuliah sejak 29 November 2013 lalu. Kepada Sumut Pos, Minggu (19/1) Azka tanpa segan bercerita.
Ia mengaku puas, akhirnya pengorbanan 50 hari mogok kuliah yang juga berpengaruh dengan akademiknya berbuah hasil. Kerugian waktu dan uang serta kehilangan sebagian pengetahuannya tentang ilmu kedokteran yang telah ia pelajari beberapa tahun ini terobati dengan telah keluarnya Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) dan turunnya dekan Rahmat yang memang menjadi tuntutan Azaka dan rekan-rekannya.
“Kita udah rugi banyak, baik waktu da juga uang dan yang jelas ilmunya. Karena terlalu lama gak kuliah, pelajaran juga sudah lupa, banyak pelajaran yang sudah ketinggalan. Tapi senin sudah mulai kuliah, alhamdulilah,” ujar pria asal Sidempuan, Gunung Tua ini.
Azka yang memiliki impian menjadi dokter spesialis bedah ini kembali mengeluh uang yang dihabiskan dalam waktu 2 bulan ini juga tidak sedikit. “Pengeluaran tetap sama dengan biasanya pas kuliah tapi kalau kuliah uang jelas kemananya. Biasanya, orangtua kirimi Rp1,5 juta per bulan. Kalau situasi begini, uang habis hanya untuk kebutuhan hidup saja, waktu kami juga habis harusnya mogok kuliah yang kami lakukan cepat direspon,” katanya.
Azka kembali menambahkan, seharusnya bulan lalu seluruh mahasiswa kedokteran sudah melakukan ujian blok dan karena hal ini mereka harus menunda dan sudah jauh tertinggal dengan mahasiswa kedokteran Universitas lainnya.
Hal sama juga disampaikan Karin Putri Melati (22), mahasiswa asal Rantau Parapat ini juga tanpa segan menceritakan kerugian yang dialaminya. Bahkan, ia sempat diperintahkan kedua orangtuanya untuk pindah kuliah atau pulang kampung sementara waktu.
“Jelas kami rugi banyaklah, uang kebutuhan sehari-hari disini gak sedikit. Kalau saya harus pulang kampung, disana juga toh nanti gak tenang makanya minta agar tetap tinggal di Medan saja,” katanya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Wakil Rektor UISU Medan, Prof Dr Efendi Barus MA, Phd mengatakan pihaknya telah membentuk tim pelaksana kegiatan akademik di FK UISU Jalan SM Raja untuk melakukan langkah-langkah rasional dalam menjalankan kegiatan akademik.
Lanjutnya, Senin diharapkan seluruh mahasiswa dapat hadir untuk mendapat pengarahan. “Jadwal kuliah tidak ada perubahan, mungkin nanti ada tambahan saja untuk mengejar ketinggalan. Kami juga telah menyurati pegawai lama dan security untuk dapat kembali bekerja pada hari Selasa. Untuk pegawai jam 9 pagi dan untuk security jam 10 pagi,” katanya.
Menanggapi masih adanya kabar miring dari pihak UISU yang mengatasnamakan UISU Yayasan Almunawarah, ia meminta agar permasalahan akademik menjadi prioritas utama. “Mengenai status yayasan, kita harus kembali berdiskusi dan yang harus diutamakan adalah soal akademik, proses belajar-mengajar, apalagi bagi mahasiswa yang sudah mau wisuda,” ujarnya sembari mengatakan dekan Rahmat telah dikembalikan ke koopertis. (*)