Di banyak daerah yang wisatanya maju, lanjutnya, tanah-tanah penduduk setempat, juga tanah adat, sudah dibeli investor asing. Para warga mantan pemilik tanah tersingkir, jauh dari pusat keramaian.
“Jual beli tanah seperti membayar PSK. Selesai, bayar, setelah itu gak ada lagi urusan. Nah, jangan sampai itu terjadi di daerah kita ini. Jangan sampai nanti setelah Danau Toba berkembang pesat, malah tidak ada lagi warga Batak di sekitar situ,” ucap Sabar Sitanggang.
Begitu pun, semua bangunan tetap harus bernuansa Batak. “Budaya itu sesuatu yang lentur, akulturasi budaya itu begitu gampang. Nah, perlu dijaga agar budaya batak tidak kalah dalam proses akulturasi dengan nilai-nilai budaya asing yang dibawa para turis bule. Intinya, budaya Batak jangan tergerus habis,” pungkasnya. (sam/jpnn)