25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dihadapan Ratusan Mahasiswa Baru UISU, Prof Ridha: Bahaya Gadget Mengintai Generasi Muda

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) mewarning penggunaan gadget berlebihan berdampak dengan kesehatan. Apa lagi, pengguna smartphone terbanyak di Indonesia di kalangan kaum muda.

Hal itu, diungkapkan Prof Ridha saat mengisi materi gadget sehat di hadapan ratusan mahasiswa baru di Kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), di Jalan SM Raja, Kota Medan. Ia menjelaskan penyebab utamanya adalah menggunakan gadget yang salah.

Ridha mengungkapkan penggunaan gadget yang salah berangkat dari cara penggunaannya yang membuat tekukan pada leher. Dimana, leher dipaksa menanggung beban yang cukup berat selama waktu yang lama.

Kemudian, berulang tak cuma sehari, sebulan bahkan hingga tahunan yang menjadi pemicu kerusakan tulang belakang pada bagian leher atau saraf kejepit di leher.

Prof Ridha menyayangkan jika kondisi ini banyak dialami generasi muda sebagai pewaris bangsa. Padahal saat ini, Indonesia dalam situasi menghadapi bonus demografi. Di mana jumlah penduduk produktifnya lebih tinggi dari non produktif.

“Saat ini hanya dua dunia yang mengalami bonus demografi yakni Indonesia dan India. Jika ini bisa dimanfaatkan dengan menghasilkan generasi berkualitas, maka Indonesia akan masuk dalam lima besar di dunia,” sebut Ridha, Rabu (20/9/2023).

Ridha mengatakan bahwa jika yang terjadi adalah generasi cacat akibat pengggunaan gadget yang salah dan berlebih, yang terjadi justru bencana demografi.

“Untuk itu, adik-adik harus lebih bijak menggunakan gadget jika ingin Indonesia melahirkan generasi yang berkualitas yakni generasi pintar, bermoral dan berahlak baik, serta fisik yang sehat,” kata Ridha.

Atas hal itu, Prof Ridha memberi peringatan sejak dini kepada mahasiswa baru Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) tentang bahaya mengintai para generasi muda lima tahun ke depan.

Bahaya yang dimaksudkan oleh pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah syaraf itu yakni syaraf kejepit pada bagian leher. Hal itu ditandai dengan berat di pundak, leher tegang, tangan kesemutan, dan bangun tidur tak segar.

“Ini biasanya dialami para orang tua usia 50 tahun ke atas tapi saat ini hampir semua usia mulai merasakannya,” jelas Ridha.

Jika gejala awal itu masih bisa ditanggulangi lewat meja operasi. Ia mengatakan jika kondisinya dibiarkan dan terus berlangsung maka yang terjadi adalah kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang bagi kaum lelaki, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss.

“Tidak ada obat yg menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan dan yang ada berujung kecacatan,” tutur Prof Ridha.

Sebelum menutup, Prof Ridha kembali menegaskan kepada para mahasiswa, bahwa pintar, bermoral dan berahlak baik serta fisik sehat bukanlah pilihan tapi menjadi kewajiban.

“Karena kita tahu lima hingga sepuluh tahun ke depan kita tidak lagi bersaing dengan sesama anak bangsa, namun juga bangsa lain karena Indonesia sudah mulai membuka diri dan juga persaingan dengan mesin yang mulai menggantikan peran manusia,” tandas Ridha.(gus/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) mewarning penggunaan gadget berlebihan berdampak dengan kesehatan. Apa lagi, pengguna smartphone terbanyak di Indonesia di kalangan kaum muda.

Hal itu, diungkapkan Prof Ridha saat mengisi materi gadget sehat di hadapan ratusan mahasiswa baru di Kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), di Jalan SM Raja, Kota Medan. Ia menjelaskan penyebab utamanya adalah menggunakan gadget yang salah.

Ridha mengungkapkan penggunaan gadget yang salah berangkat dari cara penggunaannya yang membuat tekukan pada leher. Dimana, leher dipaksa menanggung beban yang cukup berat selama waktu yang lama.

Kemudian, berulang tak cuma sehari, sebulan bahkan hingga tahunan yang menjadi pemicu kerusakan tulang belakang pada bagian leher atau saraf kejepit di leher.

Prof Ridha menyayangkan jika kondisi ini banyak dialami generasi muda sebagai pewaris bangsa. Padahal saat ini, Indonesia dalam situasi menghadapi bonus demografi. Di mana jumlah penduduk produktifnya lebih tinggi dari non produktif.

“Saat ini hanya dua dunia yang mengalami bonus demografi yakni Indonesia dan India. Jika ini bisa dimanfaatkan dengan menghasilkan generasi berkualitas, maka Indonesia akan masuk dalam lima besar di dunia,” sebut Ridha, Rabu (20/9/2023).

Ridha mengatakan bahwa jika yang terjadi adalah generasi cacat akibat pengggunaan gadget yang salah dan berlebih, yang terjadi justru bencana demografi.

“Untuk itu, adik-adik harus lebih bijak menggunakan gadget jika ingin Indonesia melahirkan generasi yang berkualitas yakni generasi pintar, bermoral dan berahlak baik, serta fisik yang sehat,” kata Ridha.

Atas hal itu, Prof Ridha memberi peringatan sejak dini kepada mahasiswa baru Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) tentang bahaya mengintai para generasi muda lima tahun ke depan.

Bahaya yang dimaksudkan oleh pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah syaraf itu yakni syaraf kejepit pada bagian leher. Hal itu ditandai dengan berat di pundak, leher tegang, tangan kesemutan, dan bangun tidur tak segar.

“Ini biasanya dialami para orang tua usia 50 tahun ke atas tapi saat ini hampir semua usia mulai merasakannya,” jelas Ridha.

Jika gejala awal itu masih bisa ditanggulangi lewat meja operasi. Ia mengatakan jika kondisinya dibiarkan dan terus berlangsung maka yang terjadi adalah kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang bagi kaum lelaki, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss.

“Tidak ada obat yg menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan dan yang ada berujung kecacatan,” tutur Prof Ridha.

Sebelum menutup, Prof Ridha kembali menegaskan kepada para mahasiswa, bahwa pintar, bermoral dan berahlak baik serta fisik sehat bukanlah pilihan tapi menjadi kewajiban.

“Karena kita tahu lima hingga sepuluh tahun ke depan kita tidak lagi bersaing dengan sesama anak bangsa, namun juga bangsa lain karena Indonesia sudah mulai membuka diri dan juga persaingan dengan mesin yang mulai menggantikan peran manusia,” tandas Ridha.(gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/