MEDAN-Unjuk rasa puluhan mahasiswa Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di depan Kantor Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah 1 Sumut-NAD di Jalan Setiabudi Medan berlangsung ricuh, Jumat (20/12). Mahasiswa yang menuntut Koordinator Kopertis, Prof Dian Armanto untuk mundur dari jabatannya bentrok dengan dengan kepolisian. Sejumlah mahasiswa mengalami luka ringan dalam bentrok tersebut.
Awalnya, sekira 50-an massa yang bergerak dari kampus di Jalan Sisingamangaraja Medan tiba di Kantor Kopertis Jalan Seti Budi Medan, sekitar pukul 12.30 Wib. Sebelum menggelar aksi, para mahsiswa menyempatkan salat Jumaat berjamaah di masjid yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Kopertis Sumut.
Usai salat Jumaat sekira pukul 14.00 wib, massa memulai orasi yang dibuka oleh Koordonator Lapangan (Korlap) Sadam. Mereka menuntut Koordinator Kopertis Prof Dian Armanto mundur dari jabatannya, karena dianggap berat sebelah dalam menyelesaikan persoalan konflik UISU untuk penyatuan.
Selang setengah jam, massa yang merasa tidak direspon pihak Kopertis berusaha memaksa masuk ke dalam halaman kantor yang sejak pagi sudah dikawal kepolisian.
Aksi saling dorong pun terjadi. Situasi kian memanas saat massa mencoba mendobrak pagar besi Kantor Kopertis. Setelah kurang lebih setengah jam mencoba masuk, akhirnya massa dipaksa mundur oleh satuan anggota Sabhara Polresta Medan.
“Selama setengah jam tolak menolak dengan petugas kepolisian, akhirnya datang personel polisi dari Sabhara sekira 40 personel. Kita dipukul mundur karena jumlah mereka (polisi) lebih banyak,” kata salah seorang mahasiswa bernama Brimob Ritonga.
Setelah dipukul mundur, massa memutuskan mundur dan kembali ke kampus dengan kawalan ketat dari kepolisian. Padahal sebelumnya mereka berencana untuk menginap di Kopertis hingga persoalan penyatuan UISU selesai.
Sementara empat orang rekannya yang menjadi korban dalam bentrokan tersebut, diberikan pengobatan ringan.
Brimob mengatakan mereka akan melakukan aksi lanjutan sampai tuntutannya dipenuhi.
“Belum tahu kapan kita akan aksi lagi. Mungkin minggu depan bang, kita lagi musyawarahkan dengan teman-teman. Kita akan bawa massa yang lebih banyak lagi, hingga persoalan UISU selesai dan tidak mengorbankan mahasiswa,” tandasnya.
Sementara, puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UISU di Jalan Sisingamangaraja Medan yang sedang berjaga-saja di pintu masuk kampus juga terlibat bentrok dengan petugas sekuriti kampus. Petugas keamanan kampus mencoba membuka paksa kampus yang sudah 22 hari dikuasai mahasiswa.
Sejumlah petugas yang berusaha masuk sempat dihadang oleh barisan mahasiswa yang masih ngotot mempertahankan aksinya menutup kampus hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Aksi saing dorong antara mahasiswa dengan petugas keamanan mengakibatkan sejumlah mahasiswa terjatuh. Melihat kondisi barisan mahasiswa yang terpecah, petugas keamanan mengambil kesempatan dan berhasil masuk kedalam kampus.
Melihat petugas keamanan yang berhasil masuk ke dalam, mahasiswa langsung mengejar dan memaksa petugas untuk membuka paksa pintu ruangan biro administrasi. Namun upaya ini justru membuat mahasiswa mendapatkan pukulan di bagian kepala dan perut. Sementara petugas juga mengalami luka ringan akibat terjatuh dari tangga karena didorong mahasiswa.
“Kami kedatangan tamu yang gak diundang, tiba-tiba ingin masuk ke dalam kampus. Jelas mahasiswa menolak, karena tuntutan kami hingga saat ini belum juga terpenuhi,” kata salah seorang mahasiswa bernama Reza, Jumat (20/12).
Menurutnya, petugas keamanan yang memaksa masuk adalah suruhan Ketua Yayasan UISU Al-Munawwarah, Helmi Nasution yang ingin menguasai kampus FK UISU.
Aksi yang dilatarbelakangi persoalan tidak terdaftarnya mahasiswa di data Dikti, akibat lambannya pimpinan (Wakil Dekan) memproses pendaftaran Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED).
“Untuk urusan memasukkan data EPSBED itu sudah dipercayakan oleh Wakil Rektor (Effendy Barus), biarkan dia bekerja. Ini kenapa malah petugas kemanan memaksa kami membuka pagar kampus, kami akan membuka jika EPSBED mahasiswa FK UISU keluar, dan Rahmad Nasution harus mundur,” teriaknya.
Setelah melakukan negosiasi dengan aparat kepolisian yang tiba di lokasi, akhirnya petugas sekuriti kampus pun diminta untuk keluar dari kampus. Reza menyayangkan aksi yang dilakukan petugas karena membuat rekannya mengalami luka ringan di bagian kepala dan perut.
“Kami tetap akan mempertahankan kampus sebelum tuntutan mahasiswa terpenuhi, ini kampus kami, jadi kami juga akan menjaga semua yang ada di dalamnya” ujarnya.
Sementara itu Komandan Satpam Benar Surbakti mengatakan bahwa pihaknya diperintahkan untuk membuka kembali kampus agar dapat berjalan seperti biasa. “Kami membawa surat perintah untuk membuka akses kampus ini saja, supaya kembali seperti semula. Itu saja,” katanya.
Surat perintah itu sendiri diakuinya ditandatangani oleh Pelaksana Harian Ketua Umum Yayasan UISU Ikhwan Bahrum Jamil dan Sekretaris Umum Arfis Amirudin, “Kami datang dengan surat perintah, kalau tidak karena perintah dari polisi kami tidak akan keluar,” ungkapnya.
(mag-2)