25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pabetor Goyang Pagar Balaikota

Meski begitu, Akhyar mengakui bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dari betor yang ada di Kota Medan. Khususnya dalam rangka memberikan kenyamanan kepada para penumpang.”Becak itu sudah jadi icon Medan, tidak akan kami hapus. Kita akan lakukan modifikasi agar penumpang lebih nyaman. Jumlah betor yang ada saat ini juga sudah melebihi plafon awal,” kata Akhyar.

Maka dari itu, lanjut Akhyar, pihaknya akan melakukan evaluasi mengenai jumlah kendaraan betor yang ada di Kota Medan.”Jumlah plafonnya akan kita bahas terlebih dahulu,” tambahnya.

Sedangkan persoalan aplikasi online, diakuinya bukan menjadi domain atau kewenangan Pemko Medan. “Aplikasi online itu dari Kementrian Kominfo, bukan di kami. Makanya kami akan komunikasikan terlebih dahulu,” ujar Akhyar berjanji.

Persoalan angkutan berbasis online diakuinya pernah dibahas bersama Organda beberapa waktu lalu. “Kami juga sudah cari operator tranportasi online itu, tapi gak ketemu. Kalau Internet itu kan bisa diakses dimana saja,” bilangnya.

Setelah memberikan penjelasan tentang komitmen Pemerintah Kota (Pemko) Medan tentang betor, Akhyar lalu langsung meninggalkan para pengunjuk rasa, tanpa mau bernegosiasi lebih jauh serta meminta para pengujuk rasa untuk membubarkan diri secara tertib.

Sontak kejadian ini menimbulkan emosi dari massa, tanpa komando massa langsung menggoyang pagar Balai Kota.

Makian dan cacian terus dilontarkan penarik betor, akan tetapi Akhyar tetap tidak peduli dan meninggalkan para pengujuk rasa.”Kecewa kami sama Pak Akhyar, dia tidak mau memikirkan perut kami seperti apa. Perut kami lapar Pak,” kata pempinan pengunjuk rasa.

Pimpinan Aksi Solidaritas Angkutan dan Transportasi Umum (SATU), Johan Merdeka sempat menyebut bahwa Wakil Wali Kota Medan hanya peduli kepada masyarakat saat moment pemilihan kepala daerah (Pilkada).

“Sewaktu belum terpilih, mereka mau memohon kepada kita. Setelah terpilih, tuntutan masyarakat tidak mau didengarkan,” ujarnya.

Sebelumnya, para pabetor tersebut juga menggelar aksi demo yang sama di depan kantor Gubernur Sumut. (dik/bal/ila)

 

 

Meski begitu, Akhyar mengakui bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dari betor yang ada di Kota Medan. Khususnya dalam rangka memberikan kenyamanan kepada para penumpang.”Becak itu sudah jadi icon Medan, tidak akan kami hapus. Kita akan lakukan modifikasi agar penumpang lebih nyaman. Jumlah betor yang ada saat ini juga sudah melebihi plafon awal,” kata Akhyar.

Maka dari itu, lanjut Akhyar, pihaknya akan melakukan evaluasi mengenai jumlah kendaraan betor yang ada di Kota Medan.”Jumlah plafonnya akan kita bahas terlebih dahulu,” tambahnya.

Sedangkan persoalan aplikasi online, diakuinya bukan menjadi domain atau kewenangan Pemko Medan. “Aplikasi online itu dari Kementrian Kominfo, bukan di kami. Makanya kami akan komunikasikan terlebih dahulu,” ujar Akhyar berjanji.

Persoalan angkutan berbasis online diakuinya pernah dibahas bersama Organda beberapa waktu lalu. “Kami juga sudah cari operator tranportasi online itu, tapi gak ketemu. Kalau Internet itu kan bisa diakses dimana saja,” bilangnya.

Setelah memberikan penjelasan tentang komitmen Pemerintah Kota (Pemko) Medan tentang betor, Akhyar lalu langsung meninggalkan para pengunjuk rasa, tanpa mau bernegosiasi lebih jauh serta meminta para pengujuk rasa untuk membubarkan diri secara tertib.

Sontak kejadian ini menimbulkan emosi dari massa, tanpa komando massa langsung menggoyang pagar Balai Kota.

Makian dan cacian terus dilontarkan penarik betor, akan tetapi Akhyar tetap tidak peduli dan meninggalkan para pengujuk rasa.”Kecewa kami sama Pak Akhyar, dia tidak mau memikirkan perut kami seperti apa. Perut kami lapar Pak,” kata pempinan pengunjuk rasa.

Pimpinan Aksi Solidaritas Angkutan dan Transportasi Umum (SATU), Johan Merdeka sempat menyebut bahwa Wakil Wali Kota Medan hanya peduli kepada masyarakat saat moment pemilihan kepala daerah (Pilkada).

“Sewaktu belum terpilih, mereka mau memohon kepada kita. Setelah terpilih, tuntutan masyarakat tidak mau didengarkan,” ujarnya.

Sebelumnya, para pabetor tersebut juga menggelar aksi demo yang sama di depan kantor Gubernur Sumut. (dik/bal/ila)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/