26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dadah Mama, Jangan Lupa Berdoa Ya!

 

Dalam pantauan, di rumahnya yang berlokasi di Jalan Cempaka G 53 RT 15 RW 04 Komplek KPAD Cijantung 2, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (21/3), para kerabat masih menunggu datangnya jenazah Kolonel Ontang.

 

Tampak, tenda untuk kerabat yang melayat didirikan di depan rumah. Sejumlah karangan bunga berjejer di pinggir jalan menjelang rumah duka.

 

Beberapa karangan bunga ucapan belasungkawa datang dari berbagai pihak, misalnya dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, Wakil Kepala BIN Torry Djohar, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, dan sejumlah kalangan lainnya.

 

“Menurut informasi dari petugas yang berwenang, jenazah baru diterbangkan dari Palu,” kata pihak keluarga memberi pengumuman sekitar pukul 11.50, di rumah duka, Senin (21/3) siang.

 

Kerabat Ontang, Kolonel (Purn) Fauka Nur Farid mengatakan, ia sempat berbincang tentang penumpasan pimpinan teroris di Poso.

 

Menurutnya, Ontang punya motivasi tinggi bergabung dengan BIN. “Dia sempat bilang, mau ke BIN karena mau nurunin Santoso hidup-hidup, itu janjinya dia,” kata Fauka di rumah duka.

 

Fauka mengenang, ia pernah satu tim dalam kesatuan Komando Pasukan Khusus TNI AD saat bertugas di Aceh. Saat tugas bersama di Tim Mawar, kata Fauna, Ontang tak pernah merasa canggung untuk bergaul dengan juniornya maupun memimpin misi penugasan.

 

“Kami di Tim Mawar sama-sama, sempat bertugas di Aceh. Dia supel, tidak bedain senior-junior. Di daerah tugas dia memiliki semangat,” kenang dia.

 

Janji Ontang belum sempat terpenuhi. Ia gugur saat misi membantu penumpasan kelompok teroris Santoso di hutan Poso. Helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 yang ditumpanginya jatuh di atas perkebunan Kelurhana Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Sulawesi Tengah. Diduga, helikopter jatuh karena tersambar petir.

 

Belasan anggota TNI AD lain turut gugur, enam di antaranya merupakan penumpang, yakni Kolonel Saiful (Danrem), Mayor Faqi (Kapenrem), Kapten Yanto (dokter), Kolonel Heri (BIN), Letkol Tedi (Dandenpom Poso), serta Prada Kiky (Ajudan Danrem).

 

Enam korban lainnya merupakan awak helikopter. Mereka adalah Kapten Agung (pilot), Lettu Wiradi (kopilot), Lettu Tito (kopilot), Sertu Bagus (mekanik), Serda Karmin (mekanik), serta Pratu Bangkit (avionik).

 

Kolonel Ontang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dia meninggalkan seorang istri, Anasanti boru Sianturi serta dua orang anaknya, Bella yang masih duduk di SMA kelas 1 dan Wendi yang masih bersekolah SMP kelas 3. (bbs/val)

 

Dalam pantauan, di rumahnya yang berlokasi di Jalan Cempaka G 53 RT 15 RW 04 Komplek KPAD Cijantung 2, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (21/3), para kerabat masih menunggu datangnya jenazah Kolonel Ontang.

 

Tampak, tenda untuk kerabat yang melayat didirikan di depan rumah. Sejumlah karangan bunga berjejer di pinggir jalan menjelang rumah duka.

 

Beberapa karangan bunga ucapan belasungkawa datang dari berbagai pihak, misalnya dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, Wakil Kepala BIN Torry Djohar, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, dan sejumlah kalangan lainnya.

 

“Menurut informasi dari petugas yang berwenang, jenazah baru diterbangkan dari Palu,” kata pihak keluarga memberi pengumuman sekitar pukul 11.50, di rumah duka, Senin (21/3) siang.

 

Kerabat Ontang, Kolonel (Purn) Fauka Nur Farid mengatakan, ia sempat berbincang tentang penumpasan pimpinan teroris di Poso.

 

Menurutnya, Ontang punya motivasi tinggi bergabung dengan BIN. “Dia sempat bilang, mau ke BIN karena mau nurunin Santoso hidup-hidup, itu janjinya dia,” kata Fauka di rumah duka.

 

Fauka mengenang, ia pernah satu tim dalam kesatuan Komando Pasukan Khusus TNI AD saat bertugas di Aceh. Saat tugas bersama di Tim Mawar, kata Fauna, Ontang tak pernah merasa canggung untuk bergaul dengan juniornya maupun memimpin misi penugasan.

 

“Kami di Tim Mawar sama-sama, sempat bertugas di Aceh. Dia supel, tidak bedain senior-junior. Di daerah tugas dia memiliki semangat,” kenang dia.

 

Janji Ontang belum sempat terpenuhi. Ia gugur saat misi membantu penumpasan kelompok teroris Santoso di hutan Poso. Helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 yang ditumpanginya jatuh di atas perkebunan Kelurhana Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Sulawesi Tengah. Diduga, helikopter jatuh karena tersambar petir.

 

Belasan anggota TNI AD lain turut gugur, enam di antaranya merupakan penumpang, yakni Kolonel Saiful (Danrem), Mayor Faqi (Kapenrem), Kapten Yanto (dokter), Kolonel Heri (BIN), Letkol Tedi (Dandenpom Poso), serta Prada Kiky (Ajudan Danrem).

 

Enam korban lainnya merupakan awak helikopter. Mereka adalah Kapten Agung (pilot), Lettu Wiradi (kopilot), Lettu Tito (kopilot), Sertu Bagus (mekanik), Serda Karmin (mekanik), serta Pratu Bangkit (avionik).

 

Kolonel Ontang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dia meninggalkan seorang istri, Anasanti boru Sianturi serta dua orang anaknya, Bella yang masih duduk di SMA kelas 1 dan Wendi yang masih bersekolah SMP kelas 3. (bbs/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/