Pangdam I/BB ikut merayakan hari jadi PSMS yang ke 65.
Oleh: Doni Hermawan
Jika bercerita orang-orang dahulu, terutama orang Medan berusia 40-60 tahun ke atas, betapa bangganya mereka saat ditanya soal PSMS. Betapa tidak, ketika itu Ayam Kinantan begitu digdaya. Mereka sebut The Killer, atau sang pembunuh lawan-lawannya. Lima kali juara perserikatan, trofi internasional lain seperti Marah Halim, langganan penyumbang pemain di timnas dan banyak lagi taji Ayam Kinantan yang mereka kisahkan.
Tapi itu adalah nostalgia. Cerita untuk dikenang, karena sejak terakhir kali PSMS berpesta tahun 1985, tak ada lagi pesta-pesta berikutnya yang hadir. Membuat para tukang becak berbondong-bondong hadir ke Teladan mengarak para pahlawan mereka yang baru saja berjuang di Senayan. Pada sebuah final yang mencatatkan rekor penonton terbanyak, meluber hingga ke pinggir lapangan. Itu hanya kami dengar dari cerita, kisah mereka 30 tahun lalu.
Terakhir kali momen kebanggaan itu dirasakan generasi 2000-an ketika Saktiawan Sinaga dkk lolos ke final di Jalak Harupat. Ketika itu mereka memang gagal meraih trofi Liga Indonesia. Tapi ketika itu publik Medan punya harapan besar akan tajamnya taji Ayam Kinantan yang dulu diceritakan Bapak-bapak mereka.
Selanjutnya PSMS menorehkan histori bukan dengan tinta emas, tapi catatan hitam. Terutama lima tahun terakhir. Jangan tanya prestasi, karena itu jelas jauh panggang dari api. Tanyakan saja bagaimana kesanggupan PSMS memberikan gaji yang layak kepada para pemainnya. Gaji yang tepat waktu kepada para penggawa yang telah berpeluh keringat di lapangan, terlepas apa hasil yang mereka dapat. Lalu lihat deretan klub tua yang saya sebut di atas tadi, ada di mana mereka sekarang? Ada di mana PSMS sekarang?
Sejak tak lagi mengandalkan dana APBD, PSMS memang cengap-cengap alias setengah mati menghidupi dirinya. Setiap musimnya, PSMS harus harap-harap cemas karena namanya selalu ada dalam daftar tim penunggak gaji. Kalau tak bayar jangan berkompetisi, begitulah isi peraturan dari operator kompetisi, PT Liga Indonesia. Tapi peraturan ini tak tegas-tegas kali, makanya PSMS selalu dapat lampu hijau berkompetisi. Pun dengan musim ini.
Pangdam I/BB ikut merayakan hari jadi PSMS yang ke 65.
Oleh: Doni Hermawan
Jika bercerita orang-orang dahulu, terutama orang Medan berusia 40-60 tahun ke atas, betapa bangganya mereka saat ditanya soal PSMS. Betapa tidak, ketika itu Ayam Kinantan begitu digdaya. Mereka sebut The Killer, atau sang pembunuh lawan-lawannya. Lima kali juara perserikatan, trofi internasional lain seperti Marah Halim, langganan penyumbang pemain di timnas dan banyak lagi taji Ayam Kinantan yang mereka kisahkan.
Tapi itu adalah nostalgia. Cerita untuk dikenang, karena sejak terakhir kali PSMS berpesta tahun 1985, tak ada lagi pesta-pesta berikutnya yang hadir. Membuat para tukang becak berbondong-bondong hadir ke Teladan mengarak para pahlawan mereka yang baru saja berjuang di Senayan. Pada sebuah final yang mencatatkan rekor penonton terbanyak, meluber hingga ke pinggir lapangan. Itu hanya kami dengar dari cerita, kisah mereka 30 tahun lalu.
Terakhir kali momen kebanggaan itu dirasakan generasi 2000-an ketika Saktiawan Sinaga dkk lolos ke final di Jalak Harupat. Ketika itu mereka memang gagal meraih trofi Liga Indonesia. Tapi ketika itu publik Medan punya harapan besar akan tajamnya taji Ayam Kinantan yang dulu diceritakan Bapak-bapak mereka.
Selanjutnya PSMS menorehkan histori bukan dengan tinta emas, tapi catatan hitam. Terutama lima tahun terakhir. Jangan tanya prestasi, karena itu jelas jauh panggang dari api. Tanyakan saja bagaimana kesanggupan PSMS memberikan gaji yang layak kepada para pemainnya. Gaji yang tepat waktu kepada para penggawa yang telah berpeluh keringat di lapangan, terlepas apa hasil yang mereka dapat. Lalu lihat deretan klub tua yang saya sebut di atas tadi, ada di mana mereka sekarang? Ada di mana PSMS sekarang?
Sejak tak lagi mengandalkan dana APBD, PSMS memang cengap-cengap alias setengah mati menghidupi dirinya. Setiap musimnya, PSMS harus harap-harap cemas karena namanya selalu ada dalam daftar tim penunggak gaji. Kalau tak bayar jangan berkompetisi, begitulah isi peraturan dari operator kompetisi, PT Liga Indonesia. Tapi peraturan ini tak tegas-tegas kali, makanya PSMS selalu dapat lampu hijau berkompetisi. Pun dengan musim ini.