26.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Andreas Tembok Kokoh PSMS Medan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Andreas Libero kokoh PSMS berdarah Tionghoa ini lahir di Medan pada 17 Juni 1965. Andreas alias Lee Kok Keong adalah putra bungsu dari 3 bersaudara pasangan Lee Fuk Yun dan Han Sui Ing.

Andreas mengenal sepakbola dengan bermain bola di lapangan hoki yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di Kampung Madras Medan.

Dalam bermain sepak bola Andreas terkenal berani,cekatan,tak kenal kompromi dan tak kenal lelah. Meskipun warga keturunan Tionghoa, tapi dalam bermain kengototannya tidak kalah dengan anak – anak lain. Bakatnya ini kemudian mulai dilirik ketika Andreas sering datang berlatih di Kebun Bunga yang merupakan markas PSMS Medan.

Andreas sendiri termasuk terlambat memulai karir sebagai pesepakbola karena dia baru memulainya pada usia 16 tahun ketika bergabung dengan klub anggota PSMS Medan yaitu Kejora yang diasuh oleh mantan kiper PSMS yang juga berdarah Tionghoa, yaitu Atjong yang dengan jeli melihat bakat terpendam pada diri Andreas.

Bakatnya kian terasah ketika sukses bermain gemilang memperkuat Kejora di kompetisi PSMS. Kemampuannya makin matang ketika direkrut oleh klub anggota PSMS yang lain yaitu klub Dharma Putra. Dan di sini, Andreas mampu berdaptasi dengan rekan – rekan setimnya yang pada umumnya adalah warga keturunan Tamil.

Kemampuannya ini kemudian membuat dirinya dipanggil memperkuat PSMS Medan. Di awali Piala Caltex 1986.
Andreas juga dipanggil PSMS Medan ke Piala Wali Kota Padang pada tahun 1987. Di turnamen ini, Andreas turut berperan membawa PSMS Menjadi Juara setelah di Final menaklukkan Pelita Jaya 1-0 lewat gol yang dicetak Guntur Adiputra.Kemudian Andreas juga turut memperkuat PSMS di Turnamen Perpisahan Azwar Anas 1987 di Padang. Dan kembali Andreas berperan besar membawa PSMS menjadi Juara setelah di Final menaklukkan Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1987 yaitu PSIS Semarang 2-0 lewat gol yang dicetak Sugito dan Bambang Usmanto.

Andreas juga turut menjadi bagian PSMS yang tampil di Piala Caltex 1988.Kehadirannya cukup sukses membuat lini pertahanan PSMS kian solid dan akhirnya sukses menjadi Juara.

Disinilah Andreas mendapat julukan “Soh Chin Ann Indonesia” karena permainannya yang lugas dan kokoh seperti libero kenamaan Malaysia tersebut yang pernah menjadi libero terbaik Asia Tenggara era 70-an.Kesuksesan ini kembali diulang Andreas ketika membawa PSMS Medan menjadi Juara Piala Caltex 1990.

Sinar Andreas baru benar – benar terang benderang, ketika memperkuat PSMS Medan di Divisi Utama Perserikatan PSSI 1991/1992 yang dilatih oleh Wibisono,Ismail Ruslan dan Atjong.

Duetnya di lini belakang bersama Ramli Lubis membuat pertahanan PSMS solid dan kokoh hingga akhirnya PSMS lolos dengan sukses ke babak 6 Besar Divisi Utama Perserikatan PSSI dengan status Juara Grup Wilayah Barat.Kecemerlangan PSMS ini terus berlanjut hingga akhirnya PSMS lolos ke Semifinal sebagai Juara Grup dan melawan Persebaya Surabaya.

Duel kedua tim ini berlangsung sengit dan keras. Ibnu Graham dkk berulang kali membombardir gawang PSMS namun selalu mentok ketika berhadapan dengan duet palang pintu PSMS Andreas dan Ramli Lubis. Namun Persebaya sukses membobol gawang PSMS lewat gol Hartono pada menit ke-42 yang kemudian dibalas PSMS lewat gol penalti dari Suharto AD.Di babak kedua Persebaya kembali melancarkan serangan yang berujung lahirnya gol pada menit ke-65 lewat kaki Ibnu Grahan.

Ketinggalan gol membuat PSMS makin bersemangat untuk membalas bahkan Andreas ikut maju hingga ke depan dan akhirnya berbuah gol lewat kaki Sumardi pada menit ke-83 yang bertahan hingga pertandingan berakhir.

Pertandingan dilanjutkan pada babak perpanjangan waktu dan disinilah PSMS menunjukkan kelasnya dengan kokohnya pertahanan dan serangan yang gencar hingga akhirnya PSMS menambah 2 gol lewat kaki Suharto AD pada menit ke – 102 dan 112 dan akhirnya PSMS lolos ke Final setelah unggul 4-2 atas Persebaya.

Sayang di Final melawan PSM walau diunggulkan PSMS malah tampil antiklimaks. Walau Andreas dan Ramli Lubis bermain di lapangan yang becek akibat hujan namun tetap solid menjaga lini belakang. Tetapi pada menit ke – 11 Jeffri Dien Anwar sukses membelah lini pertahanan PSMS dengan mencetak gol.

PSMS Medan yang coba membalas selalu gagal termasuk penalti Suharto AD yang gagal dan tendangan Azwardin Lubis yang sukses mengecoh kiper PSM namun gagal jadi gol karena bola sepakannya tertahan lumpur di gawang PSM.

PSMS baru membalas pada menit ke-67.Akhirnya pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu. Dan di perpanjangan waktu ini gol Mustari Ato pada menit ke-91 sukses membawa PSM menjadi Juara.

Kegagalan ini cukup memukul bathin para pemain PSMS termasuk Andreas.

Bahkan dalam wawancara dengan media Andreas mengaku merasa bersalah kepada warga Medan karena gagal membawa PSMS menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1991/1992 tersebut.Pada 1993 Andreas juga turut membawa PSMS Medan menjadi Juara Surya Cup di Surabaya.PSMS menjadi Juara setelah menaklukkan Persija di Final.

Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1993/1994 Andreas kembakli menjadi pilihan utama di lini belakang berduet bersama Iwan Karokaro dalam skuad PSMS yang waktu itu diasuh oleh Tumsila dan sukses membawa PSMS lolos ke – 8 Besar. Sayang langkah PSMS Medan terhenti di putaran 8 Besar Divisi Utama Perserikatan PSSI ini karena kalah 1-2 dari Persebaya dalam laga penentuan kelolosan ke Semifinal.

Setelah itu Andreas tetap memperkuat PSMS pada awal Liga Indonesia I musim 1994/1995. Namun dirinya mundur dan hanya fokus bermain di kompetisi antar klub PSMS.Pada musim ketiga Liga Indonesia 1996/1997 Andreas kemabli dipanggil untuk memperkuat PSMS karena kondisi PSMS yang krisis pemain di bek tengah karena Budiono mengalami cedera sehingga PSMS harus bertumpu pada pemain – pemain muda yang minim pengalaman.Kehadiran Andreas juga diharapkan untuk membimbing stopper – stopper muda waktu itu seperti : Surimanto,Seswanto,Slamet Riadi dll.Dan di tengah kondisi PSMS yang “sempoyongan” tersebut akhirnya PSMS selamat dari jurang degradasi setelah di partaui akhir berhasil menahan Persib 0-0 di Stadion Siliwangi Bandung.

Seusai Liga Indonesia 1996/1997 Andreas memutuskan mundur sebagai pesepakbola.Seusai mundur Andreas sempat menekuni usaha toko olahraga.Kini Andreas sudah meninggalkan dunia olahraga maupun bisnis dan lebih banyak aktif dalam kegiatan kerohanian.(indra efendi rangkuti/han)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Andreas Libero kokoh PSMS berdarah Tionghoa ini lahir di Medan pada 17 Juni 1965. Andreas alias Lee Kok Keong adalah putra bungsu dari 3 bersaudara pasangan Lee Fuk Yun dan Han Sui Ing.

Andreas mengenal sepakbola dengan bermain bola di lapangan hoki yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di Kampung Madras Medan.

Dalam bermain sepak bola Andreas terkenal berani,cekatan,tak kenal kompromi dan tak kenal lelah. Meskipun warga keturunan Tionghoa, tapi dalam bermain kengototannya tidak kalah dengan anak – anak lain. Bakatnya ini kemudian mulai dilirik ketika Andreas sering datang berlatih di Kebun Bunga yang merupakan markas PSMS Medan.

Andreas sendiri termasuk terlambat memulai karir sebagai pesepakbola karena dia baru memulainya pada usia 16 tahun ketika bergabung dengan klub anggota PSMS Medan yaitu Kejora yang diasuh oleh mantan kiper PSMS yang juga berdarah Tionghoa, yaitu Atjong yang dengan jeli melihat bakat terpendam pada diri Andreas.

Bakatnya kian terasah ketika sukses bermain gemilang memperkuat Kejora di kompetisi PSMS. Kemampuannya makin matang ketika direkrut oleh klub anggota PSMS yang lain yaitu klub Dharma Putra. Dan di sini, Andreas mampu berdaptasi dengan rekan – rekan setimnya yang pada umumnya adalah warga keturunan Tamil.

Kemampuannya ini kemudian membuat dirinya dipanggil memperkuat PSMS Medan. Di awali Piala Caltex 1986.
Andreas juga dipanggil PSMS Medan ke Piala Wali Kota Padang pada tahun 1987. Di turnamen ini, Andreas turut berperan membawa PSMS Menjadi Juara setelah di Final menaklukkan Pelita Jaya 1-0 lewat gol yang dicetak Guntur Adiputra.Kemudian Andreas juga turut memperkuat PSMS di Turnamen Perpisahan Azwar Anas 1987 di Padang. Dan kembali Andreas berperan besar membawa PSMS menjadi Juara setelah di Final menaklukkan Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1987 yaitu PSIS Semarang 2-0 lewat gol yang dicetak Sugito dan Bambang Usmanto.

Andreas juga turut menjadi bagian PSMS yang tampil di Piala Caltex 1988.Kehadirannya cukup sukses membuat lini pertahanan PSMS kian solid dan akhirnya sukses menjadi Juara.

Disinilah Andreas mendapat julukan “Soh Chin Ann Indonesia” karena permainannya yang lugas dan kokoh seperti libero kenamaan Malaysia tersebut yang pernah menjadi libero terbaik Asia Tenggara era 70-an.Kesuksesan ini kembali diulang Andreas ketika membawa PSMS Medan menjadi Juara Piala Caltex 1990.

Sinar Andreas baru benar – benar terang benderang, ketika memperkuat PSMS Medan di Divisi Utama Perserikatan PSSI 1991/1992 yang dilatih oleh Wibisono,Ismail Ruslan dan Atjong.

Duetnya di lini belakang bersama Ramli Lubis membuat pertahanan PSMS solid dan kokoh hingga akhirnya PSMS lolos dengan sukses ke babak 6 Besar Divisi Utama Perserikatan PSSI dengan status Juara Grup Wilayah Barat.Kecemerlangan PSMS ini terus berlanjut hingga akhirnya PSMS lolos ke Semifinal sebagai Juara Grup dan melawan Persebaya Surabaya.

Duel kedua tim ini berlangsung sengit dan keras. Ibnu Graham dkk berulang kali membombardir gawang PSMS namun selalu mentok ketika berhadapan dengan duet palang pintu PSMS Andreas dan Ramli Lubis. Namun Persebaya sukses membobol gawang PSMS lewat gol Hartono pada menit ke-42 yang kemudian dibalas PSMS lewat gol penalti dari Suharto AD.Di babak kedua Persebaya kembali melancarkan serangan yang berujung lahirnya gol pada menit ke-65 lewat kaki Ibnu Grahan.

Ketinggalan gol membuat PSMS makin bersemangat untuk membalas bahkan Andreas ikut maju hingga ke depan dan akhirnya berbuah gol lewat kaki Sumardi pada menit ke-83 yang bertahan hingga pertandingan berakhir.

Pertandingan dilanjutkan pada babak perpanjangan waktu dan disinilah PSMS menunjukkan kelasnya dengan kokohnya pertahanan dan serangan yang gencar hingga akhirnya PSMS menambah 2 gol lewat kaki Suharto AD pada menit ke – 102 dan 112 dan akhirnya PSMS lolos ke Final setelah unggul 4-2 atas Persebaya.

Sayang di Final melawan PSM walau diunggulkan PSMS malah tampil antiklimaks. Walau Andreas dan Ramli Lubis bermain di lapangan yang becek akibat hujan namun tetap solid menjaga lini belakang. Tetapi pada menit ke – 11 Jeffri Dien Anwar sukses membelah lini pertahanan PSMS dengan mencetak gol.

PSMS Medan yang coba membalas selalu gagal termasuk penalti Suharto AD yang gagal dan tendangan Azwardin Lubis yang sukses mengecoh kiper PSM namun gagal jadi gol karena bola sepakannya tertahan lumpur di gawang PSM.

PSMS baru membalas pada menit ke-67.Akhirnya pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu. Dan di perpanjangan waktu ini gol Mustari Ato pada menit ke-91 sukses membawa PSM menjadi Juara.

Kegagalan ini cukup memukul bathin para pemain PSMS termasuk Andreas.

Bahkan dalam wawancara dengan media Andreas mengaku merasa bersalah kepada warga Medan karena gagal membawa PSMS menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1991/1992 tersebut.Pada 1993 Andreas juga turut membawa PSMS Medan menjadi Juara Surya Cup di Surabaya.PSMS menjadi Juara setelah menaklukkan Persija di Final.

Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1993/1994 Andreas kembakli menjadi pilihan utama di lini belakang berduet bersama Iwan Karokaro dalam skuad PSMS yang waktu itu diasuh oleh Tumsila dan sukses membawa PSMS lolos ke – 8 Besar. Sayang langkah PSMS Medan terhenti di putaran 8 Besar Divisi Utama Perserikatan PSSI ini karena kalah 1-2 dari Persebaya dalam laga penentuan kelolosan ke Semifinal.

Setelah itu Andreas tetap memperkuat PSMS pada awal Liga Indonesia I musim 1994/1995. Namun dirinya mundur dan hanya fokus bermain di kompetisi antar klub PSMS.Pada musim ketiga Liga Indonesia 1996/1997 Andreas kemabli dipanggil untuk memperkuat PSMS karena kondisi PSMS yang krisis pemain di bek tengah karena Budiono mengalami cedera sehingga PSMS harus bertumpu pada pemain – pemain muda yang minim pengalaman.Kehadiran Andreas juga diharapkan untuk membimbing stopper – stopper muda waktu itu seperti : Surimanto,Seswanto,Slamet Riadi dll.Dan di tengah kondisi PSMS yang “sempoyongan” tersebut akhirnya PSMS selamat dari jurang degradasi setelah di partaui akhir berhasil menahan Persib 0-0 di Stadion Siliwangi Bandung.

Seusai Liga Indonesia 1996/1997 Andreas memutuskan mundur sebagai pesepakbola.Seusai mundur Andreas sempat menekuni usaha toko olahraga.Kini Andreas sudah meninggalkan dunia olahraga maupun bisnis dan lebih banyak aktif dalam kegiatan kerohanian.(indra efendi rangkuti/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/