26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Sang Ibunda Trauma Melahirkan Lagi

Beberapa minggu lalu, Sumatera Utara sempat dihebohkan dengan lahirnya bayi dengan jantung berada di luar tubuh. Kali ini, kejadian langka kembali terulang. Bayi perempuan terlahir dengan banyak kelainan baik di bibir, di tangan dan terlahir tanpa tempurung kepala.

Puput Julianti Damanik, Medan

Saat ini, bayi tersebut sedang mendapatkan perawatan di lantai 1, Ruang Rindu B Anak, Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik (RSUP-HAM), Rabu (21/8).

Tepat di Ruang Rindu B Anak, kamar B1-27, Radiah (32) terlihat duduk santai. Tidak ada yang ia kerjakan.

Ia hanya dapat memandangi anaknya dan memperbaiki selang NGT yang terpasang dihidung buah hatinya yang sesekali melintang di tubuh anaknya. Wajahnya terlihat sayu, usai melahirkan ia memang belum dapat beristirahat dengan nyaman.

Tidak hanya itu, Radiah dan suaminya, Ricu Rasiawadi (31) mengaku tidak mau memiliki anak lagi, trauma menjadi alasan. “Ini terakhirlah, gak mau punya anak lagi. Trauma, abis ini saya KB,” katanya.

Yah, memasuki bulan Ramadhan lalu, tepat pada tanggal 8 Juli 2013, di Rumah Sakit Grand Medistra Lubukpakam, Radiah melahirkan anak ketiganya, Kania Rahmadani. Empat hari setelah ia melahirkan, Radiah akhirnya mengetahui bila anaknya mengalami kelainan. Sentak, ia pun terkejut karena anaknya terlahir tanpa tempurung kepala.

“Empat hari setelah saya melahirkan baru saya diberitahu sama dokter kalau anak saya mengalami kelainan. Kaget apalagi katanya tanpa tempurung kepala, tapi yah harus ikhlas. Dokter memberitahukan dengan pelan-pelan,” ujar warga Desa Pasar V, Kebun Kelapa, Dusun Sunda, Kecamatan Beringin, Deli Serdang ini.

Lanjutnya, saat melahirkan, suaminya Ricu Rasiawadi tidak berada di sampingnya karena merantau ke Kalimantan Timur, namun ia tetap kuat dan semangat. “Sebenarnya sedih, apalagi saat itu tidak ada suami, karena ketika hamil usia 6 bulan suami saya merantau ke Kalimantan Timur, kerja bangunan. Tapi saya harus kuat dan harus ikhlas,” katanya.

Lanjutnya, anak pertamanya, Niki Tania (10), dan anak keduanya, Ciki Ananta (4) lahir dengan normal. Namun, ada banyak kejadian yang tidak biasa yang ia rasakan saat mengandung bayi ketiganya. “Waktu saya hamil, suami saya ada nabrak ayam sampai mati, tapi dibiarkannya. Kejadiannya dua kali, ditempat yang sama. Saat usia 4 bulan, saya juga pernah jatuh naik kereta. Tapi pas USG gak ada kelainan. Hanya saja saat hamil tua pas periksa lagi, dibilang anak saya kepalanya kecil,” ujarnya.

Tambahnya, setelah dirawat di Grand Medistra Pakam selama 4 hari, ia kembali dirawat di RSU Pakam selama 18 hari dan akhirnya dibawa pulang. “Setelah beberapa hari di rumah, keluarga nyuruh bawa ke RS Adam Malik, juga hasil rujukan dari RS Pakam, kita masuk ke RS Adam Malik, kemarin, Selasa (20/8),” tambahnya.

Saat ini ia menjaga anaknya sendiri di RS sedangkan suaminya yang sudah pulang dari Kalimantan menjaga kedua anaknya. “Sendiri disini, tapi nanti sore suami saya datang, anak-anak saya dititip sama keluarga disana,” katanya.

Lanjutnya, karena kejadian ini, ia tidak lagi berminat untuk mengandung lagi. “Cukup inilah yang terakhir, trauma saya,” katanya sembari mengatakan saat berada di Grand Medistra ia menggunakan kartu Jampersal dan di RS Adam Malik dia menggunakan kartu Jamkesda.

Tambahnya, ia melahirkan dengan cara cesar, anaknya terlahir dengan berat badan 2700 gram dan dengan panjang 45 centimeter. Kondisi anaknya saat ini stabil. “Dia gak ada demam, gak rewel juga, gak ada kelainan ditubuhnya, semua normal, kondisinya baik, tapi hanya cacatnya ini saja,” katanya.
Menurut Wakil Kepala Instalasi Rawat Inap RSUP-HAM Misrah Panjaitan M Kep, bayi malang tersebut ditangani dr Johannes Saing SpA dan Prof dr Adril SpBS (K). “Nama penyakitnya dari diagnosa yaitu Multiple Congenital Anomali dan Hydrocephalomeningocele atau banyak kelainan yang dibawa lahir, seperti di kepala, tanpa tempurung kepala, bibir sumbing dan tanpa jari-jari tangan,” ujarnya.

Tindakan yang diberikan, jelasnya, masih penjajakan tindakan penunjang seperti mengambil darah, foto dan bila keadaan memungkinkan dilakukan CT Scan. “Akan dilihat dulu hasil pemeriksaan, kalau baik dan bagus sarafnya, baru ditentukan tim apakah layak di operasi atau tidak,” ujar Misrah.
Sementara mengenai keadaan umum bayi, ia menuturkan, membaik dengan berat badan 3.500 gram, perlu asupan nutrisi dan makan melalui selang. ASI PASI atau dari ibu dan tambahan susu. “Kasus ini merupakan kasus baru, tetapi kasus dengan multiple lain ada seperti kelainan pada bibir,” katanya. (*)

Beberapa minggu lalu, Sumatera Utara sempat dihebohkan dengan lahirnya bayi dengan jantung berada di luar tubuh. Kali ini, kejadian langka kembali terulang. Bayi perempuan terlahir dengan banyak kelainan baik di bibir, di tangan dan terlahir tanpa tempurung kepala.

Puput Julianti Damanik, Medan

Saat ini, bayi tersebut sedang mendapatkan perawatan di lantai 1, Ruang Rindu B Anak, Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik (RSUP-HAM), Rabu (21/8).

Tepat di Ruang Rindu B Anak, kamar B1-27, Radiah (32) terlihat duduk santai. Tidak ada yang ia kerjakan.

Ia hanya dapat memandangi anaknya dan memperbaiki selang NGT yang terpasang dihidung buah hatinya yang sesekali melintang di tubuh anaknya. Wajahnya terlihat sayu, usai melahirkan ia memang belum dapat beristirahat dengan nyaman.

Tidak hanya itu, Radiah dan suaminya, Ricu Rasiawadi (31) mengaku tidak mau memiliki anak lagi, trauma menjadi alasan. “Ini terakhirlah, gak mau punya anak lagi. Trauma, abis ini saya KB,” katanya.

Yah, memasuki bulan Ramadhan lalu, tepat pada tanggal 8 Juli 2013, di Rumah Sakit Grand Medistra Lubukpakam, Radiah melahirkan anak ketiganya, Kania Rahmadani. Empat hari setelah ia melahirkan, Radiah akhirnya mengetahui bila anaknya mengalami kelainan. Sentak, ia pun terkejut karena anaknya terlahir tanpa tempurung kepala.

“Empat hari setelah saya melahirkan baru saya diberitahu sama dokter kalau anak saya mengalami kelainan. Kaget apalagi katanya tanpa tempurung kepala, tapi yah harus ikhlas. Dokter memberitahukan dengan pelan-pelan,” ujar warga Desa Pasar V, Kebun Kelapa, Dusun Sunda, Kecamatan Beringin, Deli Serdang ini.

Lanjutnya, saat melahirkan, suaminya Ricu Rasiawadi tidak berada di sampingnya karena merantau ke Kalimantan Timur, namun ia tetap kuat dan semangat. “Sebenarnya sedih, apalagi saat itu tidak ada suami, karena ketika hamil usia 6 bulan suami saya merantau ke Kalimantan Timur, kerja bangunan. Tapi saya harus kuat dan harus ikhlas,” katanya.

Lanjutnya, anak pertamanya, Niki Tania (10), dan anak keduanya, Ciki Ananta (4) lahir dengan normal. Namun, ada banyak kejadian yang tidak biasa yang ia rasakan saat mengandung bayi ketiganya. “Waktu saya hamil, suami saya ada nabrak ayam sampai mati, tapi dibiarkannya. Kejadiannya dua kali, ditempat yang sama. Saat usia 4 bulan, saya juga pernah jatuh naik kereta. Tapi pas USG gak ada kelainan. Hanya saja saat hamil tua pas periksa lagi, dibilang anak saya kepalanya kecil,” ujarnya.

Tambahnya, setelah dirawat di Grand Medistra Pakam selama 4 hari, ia kembali dirawat di RSU Pakam selama 18 hari dan akhirnya dibawa pulang. “Setelah beberapa hari di rumah, keluarga nyuruh bawa ke RS Adam Malik, juga hasil rujukan dari RS Pakam, kita masuk ke RS Adam Malik, kemarin, Selasa (20/8),” tambahnya.

Saat ini ia menjaga anaknya sendiri di RS sedangkan suaminya yang sudah pulang dari Kalimantan menjaga kedua anaknya. “Sendiri disini, tapi nanti sore suami saya datang, anak-anak saya dititip sama keluarga disana,” katanya.

Lanjutnya, karena kejadian ini, ia tidak lagi berminat untuk mengandung lagi. “Cukup inilah yang terakhir, trauma saya,” katanya sembari mengatakan saat berada di Grand Medistra ia menggunakan kartu Jampersal dan di RS Adam Malik dia menggunakan kartu Jamkesda.

Tambahnya, ia melahirkan dengan cara cesar, anaknya terlahir dengan berat badan 2700 gram dan dengan panjang 45 centimeter. Kondisi anaknya saat ini stabil. “Dia gak ada demam, gak rewel juga, gak ada kelainan ditubuhnya, semua normal, kondisinya baik, tapi hanya cacatnya ini saja,” katanya.
Menurut Wakil Kepala Instalasi Rawat Inap RSUP-HAM Misrah Panjaitan M Kep, bayi malang tersebut ditangani dr Johannes Saing SpA dan Prof dr Adril SpBS (K). “Nama penyakitnya dari diagnosa yaitu Multiple Congenital Anomali dan Hydrocephalomeningocele atau banyak kelainan yang dibawa lahir, seperti di kepala, tanpa tempurung kepala, bibir sumbing dan tanpa jari-jari tangan,” ujarnya.

Tindakan yang diberikan, jelasnya, masih penjajakan tindakan penunjang seperti mengambil darah, foto dan bila keadaan memungkinkan dilakukan CT Scan. “Akan dilihat dulu hasil pemeriksaan, kalau baik dan bagus sarafnya, baru ditentukan tim apakah layak di operasi atau tidak,” ujar Misrah.
Sementara mengenai keadaan umum bayi, ia menuturkan, membaik dengan berat badan 3.500 gram, perlu asupan nutrisi dan makan melalui selang. ASI PASI atau dari ibu dan tambahan susu. “Kasus ini merupakan kasus baru, tetapi kasus dengan multiple lain ada seperti kelainan pada bibir,” katanya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/