26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Warga Suku Karo Protes, Tak Ada ‘Kepala Kerbau’ di Ornamen Gapura Batas Kota Medan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Suku Karo di Kota Medan, mengkritik pembangunan Gapura Batas Kota di Kecamatan Medan Tuntungan yang tengah dalam proses revitalisasi. Pasalnya usai direvitalisasi, ornamen ‘kepala kerbau’ berikut tanduknya tidak terlihat di atas Gapura berbentuk rumah adat suku karo tersebut.

Saat ini, gapura di pintu gerbang Kota Medan dengan perbatasan Kabupaten Deli Serdang menuju Kabupaten Karo, tepatnya di Jalan Jamin Ginting Simpang Tuntungan itu, tampak berbeda. Pasalnya, di atas gapura berupa Rumah Adat Karo yang sedang dalam proses penyelesain itu hanya terdapat ornamen berbentuk ‘tanduk’ saja, tanpa ada kepala kerbau layaknya rumah adat karo.

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi IV DPRD Medan, Daniel Pinem, meminta Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui Dinas Perkim untuk segera mengganti ornamen yang hanya berbentuk ‘tanduk’ tersebut menjadi ‘kepala kerbau’ lengkap dengan tanduknya di atas gapura berbentuk rumah adat karo tersebut.

“Kita minta agar ornamen di atas Gapura tersebut segera diganti dengan ornamen Kepala Kerbau. Tentunya kalau kepala kerbau ada tanduknya, bukan cuma tanduk tapi tidak ada kepala kerbau seperti saat ini,” ucap Daniel Pinem, Rabu (22/3/2023).

Dikatakan Daniel yang juga merupakan tokoh karo di Kota Medan, ornamen tersebut harus segera diganti dengan kepala kerbau. Pasalnya, setiap rumah adat karo memang memiliki ornamen kepala kerbau diatasnya. Rumah adat karo lengkap dengan kepala kerbau itu merupakan identitas diri suku karo.

“Jadi rumah adat karo itu memang harus ada kepala kerbau di atasnya, itulah identitas suku karo. Kalau tidak ada kepala kerbau diatasnya, ya bukan rumah adat Karo namanya. Sementara, gapura yang dibangun (di Medan Tuntungan) itu tidak ada kepala kerbau di atasnya. Jadi sekali lagi kita minta agar ornamen yang ada saat ini di atas gapura itu segera diganti dengan ornamen kepala kerbau, agar identitas suku karo tidak hilang dari gapura itu,” ujarnya.

Dijelaskan Daniel yang merupakan Anggota DPRD Medan dari Dapil Medan V (Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Polonia, dan Medan Maimun) itu, Guru Patimpus Sembiring Pelawi merupakan pendiri Kota Medan. Sementara, Kecamatan Medan Tuntungan merupakan perbatasan Kota Medan dengan Deliserdang sekaligus pintu masuk dari Kabupaten Karo.

“Kota Medan merupakan kota multi etnis, dan identitas Kota Medan tidak terlepas juga dari suku karo. Identitas-identitas seperti ini tidak boleh hilang, karena ini salah satu kekayaan Kota Medan. Kita harap Dinas Perkim segera menindaklanjuti hal ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, warga suku karo tampak menyampaikan kiritikannya di media sosial atas pembangunan Gapura Batas Kota di Kecamatan Medan Tuntungan tersebut.

“HALLO..HALLO…..HMKI Medan/Sumut, Pemuda Merga Silima Medan/Sumut ,ICK, Mahasiswa Karo Medan. Tolong Usulkan Kepada Walikota Medan Agar Mengubah, Memperbaiki Kepala Kerbau Pada Bangunan Rumah Adat Karo Di Pintu Gerbang Masuk Kota Medan, Jalan Jamin Ginting, Simpang Tuntungan Medan/Pancurbatu.

Seharusnya Bagian Atas Rumah Adat Karo Dibuat Berbentuk KEPALA KERBAU BERTANDUK (Seperti Gambar 2 dan 4). BUKAN HANYA TANDUK SAJA TANPA MUKA dan TANPA KEPALA (Seperti Gambar 1). Hayo Sdr/i Siapa Saja Warga Medan Tolong Usulkan Kepada Wali Kota Medan. Supaya Diperbaiki. Mumpung Belum Selesai Bangunannya. Bujur Mejuah2 Merga Silima,” tulis salah seorang warga Medan di media sosial.

Hal itu pun mendapatkan tanggapan beragam dari warga net.

“Sepatutnya diperbaiki sesuai standar mengingat lokasi ini akan menjadi icon. Banyak tempat untuk branding a.l Sukajulu, Dokan, Lingga,” Cuit W Ginting.

“Bang Wali Bobby Nasution, tolong diperhatikan aspirasi orang Karo. Agar jangan niat baik memuliakan budaya malah jadi dianggap menistakan budaya. Mohon pakailah tenaga ahli yang benar dan ahli, bukan yang sekedar mengaku-ngaku ahli,” kata L Tarigan.

“Sentabi, Perlu perhatian khusus dan segera di ganti itu, jangan berlarut-larut, itu akan berpengaruh Kelak kepada anak kempu, ente ras entah kita Kalak Karo kupudi wari Enda. Ula kari gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Ula kari gara-gara simbol sikitik ena, mbau kerina turi-turin geluh Kalak Karo erkiteken Kita anak sigundari Enda tidak perduli dalam hal-hal kecil begini. Salam PIJER PODI. Mejuah-juah, bujur,” tulis K Ginting. (rel)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Suku Karo di Kota Medan, mengkritik pembangunan Gapura Batas Kota di Kecamatan Medan Tuntungan yang tengah dalam proses revitalisasi. Pasalnya usai direvitalisasi, ornamen ‘kepala kerbau’ berikut tanduknya tidak terlihat di atas Gapura berbentuk rumah adat suku karo tersebut.

Saat ini, gapura di pintu gerbang Kota Medan dengan perbatasan Kabupaten Deli Serdang menuju Kabupaten Karo, tepatnya di Jalan Jamin Ginting Simpang Tuntungan itu, tampak berbeda. Pasalnya, di atas gapura berupa Rumah Adat Karo yang sedang dalam proses penyelesain itu hanya terdapat ornamen berbentuk ‘tanduk’ saja, tanpa ada kepala kerbau layaknya rumah adat karo.

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi IV DPRD Medan, Daniel Pinem, meminta Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui Dinas Perkim untuk segera mengganti ornamen yang hanya berbentuk ‘tanduk’ tersebut menjadi ‘kepala kerbau’ lengkap dengan tanduknya di atas gapura berbentuk rumah adat karo tersebut.

“Kita minta agar ornamen di atas Gapura tersebut segera diganti dengan ornamen Kepala Kerbau. Tentunya kalau kepala kerbau ada tanduknya, bukan cuma tanduk tapi tidak ada kepala kerbau seperti saat ini,” ucap Daniel Pinem, Rabu (22/3/2023).

Dikatakan Daniel yang juga merupakan tokoh karo di Kota Medan, ornamen tersebut harus segera diganti dengan kepala kerbau. Pasalnya, setiap rumah adat karo memang memiliki ornamen kepala kerbau diatasnya. Rumah adat karo lengkap dengan kepala kerbau itu merupakan identitas diri suku karo.

“Jadi rumah adat karo itu memang harus ada kepala kerbau di atasnya, itulah identitas suku karo. Kalau tidak ada kepala kerbau diatasnya, ya bukan rumah adat Karo namanya. Sementara, gapura yang dibangun (di Medan Tuntungan) itu tidak ada kepala kerbau di atasnya. Jadi sekali lagi kita minta agar ornamen yang ada saat ini di atas gapura itu segera diganti dengan ornamen kepala kerbau, agar identitas suku karo tidak hilang dari gapura itu,” ujarnya.

Dijelaskan Daniel yang merupakan Anggota DPRD Medan dari Dapil Medan V (Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Polonia, dan Medan Maimun) itu, Guru Patimpus Sembiring Pelawi merupakan pendiri Kota Medan. Sementara, Kecamatan Medan Tuntungan merupakan perbatasan Kota Medan dengan Deliserdang sekaligus pintu masuk dari Kabupaten Karo.

“Kota Medan merupakan kota multi etnis, dan identitas Kota Medan tidak terlepas juga dari suku karo. Identitas-identitas seperti ini tidak boleh hilang, karena ini salah satu kekayaan Kota Medan. Kita harap Dinas Perkim segera menindaklanjuti hal ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, warga suku karo tampak menyampaikan kiritikannya di media sosial atas pembangunan Gapura Batas Kota di Kecamatan Medan Tuntungan tersebut.

“HALLO..HALLO…..HMKI Medan/Sumut, Pemuda Merga Silima Medan/Sumut ,ICK, Mahasiswa Karo Medan. Tolong Usulkan Kepada Walikota Medan Agar Mengubah, Memperbaiki Kepala Kerbau Pada Bangunan Rumah Adat Karo Di Pintu Gerbang Masuk Kota Medan, Jalan Jamin Ginting, Simpang Tuntungan Medan/Pancurbatu.

Seharusnya Bagian Atas Rumah Adat Karo Dibuat Berbentuk KEPALA KERBAU BERTANDUK (Seperti Gambar 2 dan 4). BUKAN HANYA TANDUK SAJA TANPA MUKA dan TANPA KEPALA (Seperti Gambar 1). Hayo Sdr/i Siapa Saja Warga Medan Tolong Usulkan Kepada Wali Kota Medan. Supaya Diperbaiki. Mumpung Belum Selesai Bangunannya. Bujur Mejuah2 Merga Silima,” tulis salah seorang warga Medan di media sosial.

Hal itu pun mendapatkan tanggapan beragam dari warga net.

“Sepatutnya diperbaiki sesuai standar mengingat lokasi ini akan menjadi icon. Banyak tempat untuk branding a.l Sukajulu, Dokan, Lingga,” Cuit W Ginting.

“Bang Wali Bobby Nasution, tolong diperhatikan aspirasi orang Karo. Agar jangan niat baik memuliakan budaya malah jadi dianggap menistakan budaya. Mohon pakailah tenaga ahli yang benar dan ahli, bukan yang sekedar mengaku-ngaku ahli,” kata L Tarigan.

“Sentabi, Perlu perhatian khusus dan segera di ganti itu, jangan berlarut-larut, itu akan berpengaruh Kelak kepada anak kempu, ente ras entah kita Kalak Karo kupudi wari Enda. Ula kari gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Ula kari gara-gara simbol sikitik ena, mbau kerina turi-turin geluh Kalak Karo erkiteken Kita anak sigundari Enda tidak perduli dalam hal-hal kecil begini. Salam PIJER PODI. Mejuah-juah, bujur,” tulis K Ginting. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/