26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Bayi 5 Bulan Menderita Gizi Buruk

Ibu-ibu Demo Tagih Program Keluarga Harapan

MEDAN-Bayi berusia 5 bulan bernama Hilmi terpaksa mendapat perawatan secara intensif di RSU dr Pirngadi Medan, karena menderita gizi buruk, Kamis (22/3).

Saat masuk rumah sakit kondisi warga Pasar VI, Batang Kuis, Deliserdang  tersebut kurus dan kekurangan cairan (dehidrasi). Tante bayi, Ima (23) yang membawa Hilmi ke rumah sakit menyebutkan, keponakannya itu diketahui menderita gizi buruk tiga bulan yang lalu.  Menurutnya, ibu bayi kini juga masih berada di rumah karena kondisi tubuhnya masih lemah usai melahirkan Hilmi. “Ibunya tak ikut dan yang membawa Hilmi saya dan abang saya Erwin (ayah Hilmi, Red). Hilmi sempat dibawa berobat di sekitar rumah,” jelasnya, saat menunggu keponakannya di  IGD  RSU dr Pirngadi Medan.

Dia berharap keponakannya itu bisa sehat kembali seperti anak bayi pada umumnya.
Orangtua Hilmi, Erwin mengaku, anaknya itu sudah dibawa berobat ke semua rumah sakit dan klinik di sekitar rumahnya. Dijelaskannya, dirinya juga tak menginginkan anaknya seperti itu.

“Mau bilang apa lagi, sudah terjadi dan saya tak tahu kenapa bisa begitu,” akunya.
Disebutkannya, istrinya rajin memeriksakan anaknya ke posyandu.

Menurutnya, saat masuk ke RSU dr Pirngadi Hilmi tanpa menggunakan program pemerintah. “Hilmi  berobat memakai biaya umum dan tak ada memakai biaya Jamkesda atau apapun namanya. Yang kami inginkan anak kami itu secepatnya bisa sembuh seperti sedia kala,” pungkasnya.
Petugas medis mengaku, bayi tersebut mengalami gizi buruk. “Bayi itu sudah diberikan pertolongan pertama dan langsung diberikan cairan agar kondisinya normal. Berat badan sang bayi sangat memprihatinkan,” pungkasnya.

Sementara itu ibu-ibu menggelar aksi damai mempertanyakan realisasi kesejahteraan masyarakat berupa program keluarga harapan (PKH), program pemberdayaan kemiskinan di perkotaan (P2KP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dana BOS dan lainnya.

Mereka datang bersama anak-anaknya mempertanyakan realisasi PKH dengan peserta program ini adalah ibu rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui mekanisme pemilihan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai kriteria yang ditetapkan.

Koordinator Aksi, Lipen Simanjuntak mengatakan, sesuai dengan kriterianya yang mendapat program PKH adalah ibu hamil atau nifas, memiliki bayi sampai usia prasekolah dan anak usia sekolah dasar hingga SMP. Namun hingga empat tahun berjalan, masih banyak masyarakat Sumut yang tidak mengetahui PKH.

“Banyak masyarakat yang belum menerima dan tidak merasakan PKH ini seperti di Kelurahan Sei Kera Hulu Medan Perjuangan, hanya satu orang yang menerima manfaat dengan besaran Rp550.000, sementara di Kelurahan Pahlawan Medan Perjuangan sama sekali tidak ada yang menerima program itu,” kata Lipen.

Menurutnya, kondisi semakin di perparah dengan adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah berjanji akan memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), namun program penerima itu adalah masyarakat yang menerima PKH juga.
“Jadi penerima PKH sebelumnya akan menerima bantuan BLSM juga atau double. Kalau begitu berarti masyarakat miskin yang tidak menerima sama sekali akan semakin miskin,” ucapnya.

Karenanya, mereka meminta bentuk tim pemantau independen di daerah untuk mengawal dan memonitoring PKH untuk rakyat miskin agar tepat sasaran khususnya di daerah yang sudah berjalan terutama Medan. Mereka juga meminta DPRD Medan memantau pendaftaran rumah tangga sasaran 2012.
“Badan Pusat Statistik (BPS) yang melakukan pendataan bagi rakyat miskin harus benar-benar mengeluarkan data yang akurat,” cetusnya.

Warga Mulai Menerima PKH

Menjelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ratusan warga Kecamatan Medan Polonia Medan ikuti antrean menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) tahap I di Kantor Pos, di Jalan Sudirman, Medan, Kamis (22/3). Terlihat warga ada yang membawa anak saat menerima bantuan PKH tersebut.

Amatan Sumut Pos di Kantor Pos, di Jalan Sudirman ratusan warga antre menerima bantuan program PKH tahap I. Bantuan tersebut besaran nilainya Rp450 ribu per rumah tangga dan itu bisa bertambah sesuai dengan jumlah anak mereka yang sekolah dan balita.
Pembagian program PKH akan mengalami pengurangan sebesar Rp50 ribu akan dilakukan jika anak yang sedang bersekolah di dalam rumah tersebut absen (tak masuk) sekolah maksimal 4 kali berturut-turut.

Tak hanya itu, begitu juga dengan ibu yang mempunyai balita, juga akan mengalami pengurangan jika tak membawakan anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk diperiksakan kondisi si balita selama 4 kali berturut-turut. Pengurangan Rp50 ribu tersebut juga dilakukan bagi sang keluarga yang menerima Program PKH.

Dedi Irwanto Pardede (45) dan Neneng Pujiati (45), petugas pembagian Program PKH saat ditemui di depan Kantor Pos mengatakan, pembagian program PKH Kecamatan Medan Polonia ini merupakan tahap I dan pembagiannya ini dilakukan di kantor Pos. Menurutnya, program ini diberikan kepada setiap rumah tangga dengan persyaratan dalam rumah tersebut ada anak yang bersekolah maksimal SLTP dan jumlah besaran bantuannya tergantung jumlah anak yang sekolah.

“Bantuan untuk rumah tangga yang anaknya bersekolah SD itu sebesar Rp400 ribu, untuk yang anaknya bersekolah SLTP itu sebesar Rp800 ribu. Jika anaknya semuanya bersekolah SD dan SLTP maka bantuan yang diterima Rp220.000. Bantuan Program PKH itu diberikan dengan persyaratan  anak dalam rumah tersebut yang bersekolah harus rajin sekolah dan tak bisa bolos dan kehadirannya harus 85 persen. Jika absen 4 kali dalam sebulan maka akan terjadi pengurangan minimal Rp50 ribu. Begitu juga dengan rumah yang ada anak Balitanya, peraturan tersebut juga diterapkan,” katanya.
Diceritakannya, anak yang tidak sekolah (bolos) dan balita yang tak pernah dibawa ke posyandu atau puskesmas itu diketahui oleh Tim Verivikasi yang melakukan pemantauan.

Disebutkannya, pembagian ini ada empat tahap dan ini merupakan tahap I di tahun 2012. “Pembagiannya ini dilakukan hingga pukul 13.00 WIB. Jika sampai pukul 13.00 WIB ada keluarga yang tak mengambil bantuan mereka, maka mereka bisa mengambilnya Senin mendatang,” bebernya.
Siti Rikmawati (46), salah satu ibu yang mengambil bantuan mengaku, dirinya sangat senang dengan bantuan tersebut. Disambungnya, dengan adanya bantuan tersebut dirinya sangat senang. (jon/adl)

Ibu-ibu Demo Tagih Program Keluarga Harapan

MEDAN-Bayi berusia 5 bulan bernama Hilmi terpaksa mendapat perawatan secara intensif di RSU dr Pirngadi Medan, karena menderita gizi buruk, Kamis (22/3).

Saat masuk rumah sakit kondisi warga Pasar VI, Batang Kuis, Deliserdang  tersebut kurus dan kekurangan cairan (dehidrasi). Tante bayi, Ima (23) yang membawa Hilmi ke rumah sakit menyebutkan, keponakannya itu diketahui menderita gizi buruk tiga bulan yang lalu.  Menurutnya, ibu bayi kini juga masih berada di rumah karena kondisi tubuhnya masih lemah usai melahirkan Hilmi. “Ibunya tak ikut dan yang membawa Hilmi saya dan abang saya Erwin (ayah Hilmi, Red). Hilmi sempat dibawa berobat di sekitar rumah,” jelasnya, saat menunggu keponakannya di  IGD  RSU dr Pirngadi Medan.

Dia berharap keponakannya itu bisa sehat kembali seperti anak bayi pada umumnya.
Orangtua Hilmi, Erwin mengaku, anaknya itu sudah dibawa berobat ke semua rumah sakit dan klinik di sekitar rumahnya. Dijelaskannya, dirinya juga tak menginginkan anaknya seperti itu.

“Mau bilang apa lagi, sudah terjadi dan saya tak tahu kenapa bisa begitu,” akunya.
Disebutkannya, istrinya rajin memeriksakan anaknya ke posyandu.

Menurutnya, saat masuk ke RSU dr Pirngadi Hilmi tanpa menggunakan program pemerintah. “Hilmi  berobat memakai biaya umum dan tak ada memakai biaya Jamkesda atau apapun namanya. Yang kami inginkan anak kami itu secepatnya bisa sembuh seperti sedia kala,” pungkasnya.
Petugas medis mengaku, bayi tersebut mengalami gizi buruk. “Bayi itu sudah diberikan pertolongan pertama dan langsung diberikan cairan agar kondisinya normal. Berat badan sang bayi sangat memprihatinkan,” pungkasnya.

Sementara itu ibu-ibu menggelar aksi damai mempertanyakan realisasi kesejahteraan masyarakat berupa program keluarga harapan (PKH), program pemberdayaan kemiskinan di perkotaan (P2KP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dana BOS dan lainnya.

Mereka datang bersama anak-anaknya mempertanyakan realisasi PKH dengan peserta program ini adalah ibu rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui mekanisme pemilihan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai kriteria yang ditetapkan.

Koordinator Aksi, Lipen Simanjuntak mengatakan, sesuai dengan kriterianya yang mendapat program PKH adalah ibu hamil atau nifas, memiliki bayi sampai usia prasekolah dan anak usia sekolah dasar hingga SMP. Namun hingga empat tahun berjalan, masih banyak masyarakat Sumut yang tidak mengetahui PKH.

“Banyak masyarakat yang belum menerima dan tidak merasakan PKH ini seperti di Kelurahan Sei Kera Hulu Medan Perjuangan, hanya satu orang yang menerima manfaat dengan besaran Rp550.000, sementara di Kelurahan Pahlawan Medan Perjuangan sama sekali tidak ada yang menerima program itu,” kata Lipen.

Menurutnya, kondisi semakin di perparah dengan adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah berjanji akan memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), namun program penerima itu adalah masyarakat yang menerima PKH juga.
“Jadi penerima PKH sebelumnya akan menerima bantuan BLSM juga atau double. Kalau begitu berarti masyarakat miskin yang tidak menerima sama sekali akan semakin miskin,” ucapnya.

Karenanya, mereka meminta bentuk tim pemantau independen di daerah untuk mengawal dan memonitoring PKH untuk rakyat miskin agar tepat sasaran khususnya di daerah yang sudah berjalan terutama Medan. Mereka juga meminta DPRD Medan memantau pendaftaran rumah tangga sasaran 2012.
“Badan Pusat Statistik (BPS) yang melakukan pendataan bagi rakyat miskin harus benar-benar mengeluarkan data yang akurat,” cetusnya.

Warga Mulai Menerima PKH

Menjelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ratusan warga Kecamatan Medan Polonia Medan ikuti antrean menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) tahap I di Kantor Pos, di Jalan Sudirman, Medan, Kamis (22/3). Terlihat warga ada yang membawa anak saat menerima bantuan PKH tersebut.

Amatan Sumut Pos di Kantor Pos, di Jalan Sudirman ratusan warga antre menerima bantuan program PKH tahap I. Bantuan tersebut besaran nilainya Rp450 ribu per rumah tangga dan itu bisa bertambah sesuai dengan jumlah anak mereka yang sekolah dan balita.
Pembagian program PKH akan mengalami pengurangan sebesar Rp50 ribu akan dilakukan jika anak yang sedang bersekolah di dalam rumah tersebut absen (tak masuk) sekolah maksimal 4 kali berturut-turut.

Tak hanya itu, begitu juga dengan ibu yang mempunyai balita, juga akan mengalami pengurangan jika tak membawakan anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk diperiksakan kondisi si balita selama 4 kali berturut-turut. Pengurangan Rp50 ribu tersebut juga dilakukan bagi sang keluarga yang menerima Program PKH.

Dedi Irwanto Pardede (45) dan Neneng Pujiati (45), petugas pembagian Program PKH saat ditemui di depan Kantor Pos mengatakan, pembagian program PKH Kecamatan Medan Polonia ini merupakan tahap I dan pembagiannya ini dilakukan di kantor Pos. Menurutnya, program ini diberikan kepada setiap rumah tangga dengan persyaratan dalam rumah tersebut ada anak yang bersekolah maksimal SLTP dan jumlah besaran bantuannya tergantung jumlah anak yang sekolah.

“Bantuan untuk rumah tangga yang anaknya bersekolah SD itu sebesar Rp400 ribu, untuk yang anaknya bersekolah SLTP itu sebesar Rp800 ribu. Jika anaknya semuanya bersekolah SD dan SLTP maka bantuan yang diterima Rp220.000. Bantuan Program PKH itu diberikan dengan persyaratan  anak dalam rumah tersebut yang bersekolah harus rajin sekolah dan tak bisa bolos dan kehadirannya harus 85 persen. Jika absen 4 kali dalam sebulan maka akan terjadi pengurangan minimal Rp50 ribu. Begitu juga dengan rumah yang ada anak Balitanya, peraturan tersebut juga diterapkan,” katanya.
Diceritakannya, anak yang tidak sekolah (bolos) dan balita yang tak pernah dibawa ke posyandu atau puskesmas itu diketahui oleh Tim Verivikasi yang melakukan pemantauan.

Disebutkannya, pembagian ini ada empat tahap dan ini merupakan tahap I di tahun 2012. “Pembagiannya ini dilakukan hingga pukul 13.00 WIB. Jika sampai pukul 13.00 WIB ada keluarga yang tak mengambil bantuan mereka, maka mereka bisa mengambilnya Senin mendatang,” bebernya.
Siti Rikmawati (46), salah satu ibu yang mengambil bantuan mengaku, dirinya sangat senang dengan bantuan tersebut. Disambungnya, dengan adanya bantuan tersebut dirinya sangat senang. (jon/adl)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/