26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Dinkes Deliserdang Dituding Lamban

Foto: Hulman/PM Jenni boru Sihombing, korban tewas akibat muntaber, disemayamkan di rumah duka.
Foto: Hulman/PM
Jenni boru Sihombing, korban tewas akibat muntaber, disemayamkan di rumah duka.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Diwarnai isak tangis, 3 korban muntaber akhirnya dimakamkan. Janti Sinaga (21) dimakamkan pada Sabtu (21/3) sore. Sedangkan tetangganya, Jenni br Sihombing (33), warga Dusun VIII Huta Bagasan Desa Durian Kecamatan Pantai Labu, dimakamkan Minggu (22/3) sore, begitu juga Rusmina br Butar-butar (33) warga Dusun VI Barisan Gereja Desa Durian.

Kematian kelima warga akibat muntaber ini menyebabkan Dinkes Deliserdang dituding lamban. Instansi ini dituding tidak serius menangani kasus luar biasa yang sudah menelan 5 korban jiwa itu. Buktinya, salah satu posko penanganan muntaber di Dusun VIII Huta Bagasan Desa Durian tidak dijaga 24 jam.

Posko yang berdiri di rumah marga Sitorus itu, berhadapan dengan rumah duka Jenni. Mirisnya, tenaga medis tidak selalu berada di tempat. Sehingga jika ada warga yang terjangkit terpaksa dilarikan ke praktek bidan lain, yang cukup memakan waktu. Itu diakui Br Peranginangin, salah satu penghuni rumah yang dijadikan posko. “Bidan ada ditempatkan di posko itu tapi tidak selalu ada di tempat,” ujarnya.

Anggota Komisi D DPRD Deli Serdang Darwis Batubara berang. Sebab, dia telah menghubungi Kadis Kesehatan Deliserdang, dr. Aida Harahap dan dikabari kalau tenaga medis selalu standby di posko yang didirikan sekira tiga hari lalu itu. “Tadi Kadis Kesehatan sudah saya telepon. Katanya sudah ada posko, lengkap. Dikibulinya aku ya,” kesalnya.

Sementara, mantan Kepala Desa Durian, Hulman Manurung juga kesal melihat lambannya Dinas Kesehatan untuk menanggulangi penularan muntaber itu. “Sedih kali warga Desa Durian ini. Hingga sekarang belum ada bantuan dari Dinas Kesehatan Deliserdang terhadap 4 korban jiwa yang meninggal dunia belakangan ini,” ujarnya.

“Kami meminta warga Desa Durian disuntik vaksin anti muntaber saja. Jangan hanya oralit dan kaporik  saja yang diberikan kepada warga, tapi warga butuh obat paten,” kesal Manurung.

Diberitakan sebelumnya, meski sudah dikategorikan kasus luar biasa (KLB), penanganan muntaber di Deliserdang, sepertinya belum maksimal. Terbukti, wilayah yang diserang meluas menjadi 4 desa. Bahkan, 4 nyawa kembali melayang.

Keempat desa yang terjangkit yaitu Desa Durian dan Kubah Sentang di Kecamatan Pantai Labu, serta Desa Sidourip dan Pasar V Kebun Kelapa di Kecamatan Beringin. Tim medis dari Dinkes Deliserdang juga masih sebatas memberikan oralit, kaporit untuk sumur dan penyuluhan.

Padahal, Dinkes Sumut sudah menjadikannya KLB. Penyebabnya juga belum diketahui pasti karena hasil tes laboratorium sejumlah sampel bakso bakar, saos dan air minum warga, belum keluar. Dampaknya, muntaber kembali menelan korban jiwa. Total, sudah ada 5 warga meninggal dan sedikitnya 70 yang terjangkit (sebagian besar sudah sembuh).

Foto: Hulman/PM Jenni boru Sihombing, korban tewas akibat muntaber, disemayamkan di rumah duka.
Foto: Hulman/PM
Jenni boru Sihombing, korban tewas akibat muntaber, disemayamkan di rumah duka.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Diwarnai isak tangis, 3 korban muntaber akhirnya dimakamkan. Janti Sinaga (21) dimakamkan pada Sabtu (21/3) sore. Sedangkan tetangganya, Jenni br Sihombing (33), warga Dusun VIII Huta Bagasan Desa Durian Kecamatan Pantai Labu, dimakamkan Minggu (22/3) sore, begitu juga Rusmina br Butar-butar (33) warga Dusun VI Barisan Gereja Desa Durian.

Kematian kelima warga akibat muntaber ini menyebabkan Dinkes Deliserdang dituding lamban. Instansi ini dituding tidak serius menangani kasus luar biasa yang sudah menelan 5 korban jiwa itu. Buktinya, salah satu posko penanganan muntaber di Dusun VIII Huta Bagasan Desa Durian tidak dijaga 24 jam.

Posko yang berdiri di rumah marga Sitorus itu, berhadapan dengan rumah duka Jenni. Mirisnya, tenaga medis tidak selalu berada di tempat. Sehingga jika ada warga yang terjangkit terpaksa dilarikan ke praktek bidan lain, yang cukup memakan waktu. Itu diakui Br Peranginangin, salah satu penghuni rumah yang dijadikan posko. “Bidan ada ditempatkan di posko itu tapi tidak selalu ada di tempat,” ujarnya.

Anggota Komisi D DPRD Deli Serdang Darwis Batubara berang. Sebab, dia telah menghubungi Kadis Kesehatan Deliserdang, dr. Aida Harahap dan dikabari kalau tenaga medis selalu standby di posko yang didirikan sekira tiga hari lalu itu. “Tadi Kadis Kesehatan sudah saya telepon. Katanya sudah ada posko, lengkap. Dikibulinya aku ya,” kesalnya.

Sementara, mantan Kepala Desa Durian, Hulman Manurung juga kesal melihat lambannya Dinas Kesehatan untuk menanggulangi penularan muntaber itu. “Sedih kali warga Desa Durian ini. Hingga sekarang belum ada bantuan dari Dinas Kesehatan Deliserdang terhadap 4 korban jiwa yang meninggal dunia belakangan ini,” ujarnya.

“Kami meminta warga Desa Durian disuntik vaksin anti muntaber saja. Jangan hanya oralit dan kaporik  saja yang diberikan kepada warga, tapi warga butuh obat paten,” kesal Manurung.

Diberitakan sebelumnya, meski sudah dikategorikan kasus luar biasa (KLB), penanganan muntaber di Deliserdang, sepertinya belum maksimal. Terbukti, wilayah yang diserang meluas menjadi 4 desa. Bahkan, 4 nyawa kembali melayang.

Keempat desa yang terjangkit yaitu Desa Durian dan Kubah Sentang di Kecamatan Pantai Labu, serta Desa Sidourip dan Pasar V Kebun Kelapa di Kecamatan Beringin. Tim medis dari Dinkes Deliserdang juga masih sebatas memberikan oralit, kaporit untuk sumur dan penyuluhan.

Padahal, Dinkes Sumut sudah menjadikannya KLB. Penyebabnya juga belum diketahui pasti karena hasil tes laboratorium sejumlah sampel bakso bakar, saos dan air minum warga, belum keluar. Dampaknya, muntaber kembali menelan korban jiwa. Total, sudah ada 5 warga meninggal dan sedikitnya 70 yang terjangkit (sebagian besar sudah sembuh).

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/