MEDAN, SUMUTPOS.CO – Indikasi peracunan terhadap pohon di depan perumahan Milenium Jalan Sakura Raya, Medan Tuntungan semakin menguat. Sebab, di akar setiap pohon yang sudah mongering ditemukan bekas pengupasan kulit dan siraman zat kimia tertentu.
Menurut Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, Zulkifli Sitepu pihaknya sudah melakukan pengecekan di lokasi dan ditemukan bahwa di setiap pohon ditemukan kulir akar yang dikupas serta adanya bekas siraman zat kimia.
“Setia pohon sama. Akarnya dikupas dan disiram dengan zat kimia. Dugaan kami, zat yang disiramkan merupakan campuran dari soda api dengan karbit. Ini membuat pohon cepat mengering dan mati,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Senin (22/4).
Dan, ketika Sumut Pos mendatangi komplek Perumahan Milenium di Jalan Sakura Raya, Sabtu (20/4) lalu, hanya ditemui petugas keamanan. Petugas keamanan yang tidak mau menyebutkan namanya tersebut sempat memprotes pemberitaan Sumut Pos. Dia juga membantah kalau kematian pohon itu akibat tindakan pemilik perumahan.
“Berita Koran ini salah, kami tidak pernah meracuni pohon itu. Pohon itu mati setelah drainase jalan itu disemen. Mungkin akarnya terkena semen itu,” ujar seorang petugas keamanan tersebut. Petugas tersebut juga enggan memberitahukan di mana kantor pemasaran perumahan tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, Sumut Pos juga menemukan keganjilan terhadap pembangunan komplek perumahan itu. Menurut plang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang terpasang di dalam ruang pos jaga, komplek ruko ini akan didirikan 52 unit, dengan rincian 11 unit lantai tiga dan 41 unit berlantai dua. Namun, pada kenyataannya semua bangunan dibagian depan dibangun 3 lantai, lebih dari 11 unit.
Di sisi lain, pengamat menduga pohon yang mati adalah ulah tangan manusia dan bukan faktor alam. Ini dikarenakan untuk membunuh pohon bukan pekerjaan yang ‘susah’.
Hal ini dikatakan oleh Dekan Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Ir.Alridiwirsah,MM. “Untuk bunuh pohon gampang, pakai minyak lampu (tanah) atau juga Solar pohon itu sudah mati jika akarnya yang di sirim. Apalagi, akar tersebut di kupas lamban laut pohon tersebut akan mati,”ucapnya.Selasa (22/4).
Ia menyebutkan, selain memakai kedua minyak itu ada juga jenis zat kimia yang dapat langsung mematikan pohon tersebut. Dengan adanya pohon yang mati di daerah Bunga Asoka tersebut dianggap tidak wajar dan di yakini ulah tangan manusia.
“Apalagi di sekelilingnya tidak mati, hanya daerah situ aja. Pastinya itu ulanh manusia, dan tak mungkin dari faktor udara di kota Medan,”ucapnya.
Terpisah, Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) dan sebagai ahli Bulma, Prof Edison Purba mengatakan, ada banyak jenis racun pohon atau tumbuhan yang ada di pasaran. Salah satunya ia menyebutkan, racun yang berjenis biofosfat dan juga racun triclopyr.
“Untuk jangkauan matinya ada yang sebulan, per minggu dan bahkan per hari saja sudah mati. Sebenarnya, ada banyak jenis dan merek untuk membunuh pohon atau tumbuhan tersebut,”ucapnya dengan singkat.
Terpisah, Direktur Walhi Sumut, Kusnadi enggan menyebutkan nama jenis dan merek racun pohon tersebut. Karena menurutnya publik akan semakin mengetahui racun apa yang di pakai untuk membunuh pohon tersebut.
Ia mengatakan, dengan adanya kasus yang seperti di Bunga Asoka tersebut bisa jadi ada kongkalikong antara Pemko Medan dengan pengembang. “Maka kenapa pohon tersebut bisa mati seperti itu?” terangnya.
Memang, Kusnadi menduga keras matinya pohon tersebut indikasinya di rencanakan terhadap pembunuh pohon tersebut dan bukan dari alam. “Sebenarnya keberadaan pohon tersebut sangat bagus, salah satunya pohon penyumbang oksigen (O2) yang mengakibatkan daerah tersebut akan sejuk,”ucpanya.
Untuk itu, menurut Kusnadi kasus ini harus di usut tuntas agar pembunuh pohon mendapatkan efek jera. “Agar tindakan pembunuh pohon tersebut ini benar. Kalau masyarakat tidak mau menjaga siapa lagi ?”sebutnya. (*)