26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Usia 21 Tahun, Sudah Kantongi 100 Jam Terbang

Dea mengatakan profesi di bidang yang belum mainstream bagi perempuan. Khusus di profesi pilot, dia harus membuktikan bahwa perempuan juga bisa mengendalikan pesawat. Apalagi, hingga saat ini belum banyak perempuan yang menjadi pilot.

Data dari Asosiasi Penerbang Perempuan Indonesia menunjukkan, jumlah perempuan yang melakoni profesi pilot masih minim. Saat ini asosiasi tersebut beranggota 123 pilot perempuan. Sebagian besar masih berstatus siswa. Yang sudah bekerja di maskapai berjumlah 38 orang. Jumlah tersebut termasuk pilot militer sebanyak lima orang.

Dea mengakui, menjadi pilot memang tidak mudah bagi perempuan. Saat seleksi pilot, sangat sedikit perempuan yang diterima. Di angkatannya saja hanya ada dua, termasuk dirinya. ’’Biasanya perempuan gagal waktu tes bakat,’’ tuturnya. Saat tes bakat, calon pilot dihadapkan pada sebuah simulator dan kemampuan motoriknya benar-benar diuji. Saat itulah banyak yang bertumbangan. Sebab, saat terbang, pilot harus bisa melakukan banyak pekerjaan sekaligus.

Yang jelas, untuk melakoni profesi-profesi spesifik seperti pilot, seorang perempuan harus berani dan mandiri. Apabila takut ketinggian, misalnya, lebih baik perempuan tidak mendaftarkan diri untuk seleksi pilot. Dea pernah menjumpai satu kasus calon pilot perempuan yang takut ketinggian. Alhasil, saat tes terbang, dia selalu gagal.

Kedisiplinan juga penting bagi pilot. Makan dan tidur harus tepat waktu karena jadwal terbang tidak bisa disamakan dengan jam kantor pada umumnya. Tidak jarang selepas subuh, dia dijemput karena sudah waktunya terbang. Kadang dia juga harus membawa pesawat di penerbangan terakhir menjelang tengah malam.

Dea juga mengagumi Kartini, khususnya dalam hal kemandirian. Sejak kecil, Dea terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri meski ada teman-temannya yang menawarkan bantuan. ’’Karena ngerjain kerjaan cowok, semua harus bisa diatasi sendiri,’’ katanya.

Pada dasarnya perempuan itu sama dengan laki-laki sesuai porsi masing-masing. Karena itu, lanjut Dea, ketika perempuan bisa melakoni pekerjaan yang mainstream laki-laki, dia bisa dikategorikan perempuan hebat. ’’Kadang ada teman yang bilang, kalau cewek jadi pilot, terus yang cowok jadi apa,’’ tambahnya. (byu/c7/ai)

Dea mengatakan profesi di bidang yang belum mainstream bagi perempuan. Khusus di profesi pilot, dia harus membuktikan bahwa perempuan juga bisa mengendalikan pesawat. Apalagi, hingga saat ini belum banyak perempuan yang menjadi pilot.

Data dari Asosiasi Penerbang Perempuan Indonesia menunjukkan, jumlah perempuan yang melakoni profesi pilot masih minim. Saat ini asosiasi tersebut beranggota 123 pilot perempuan. Sebagian besar masih berstatus siswa. Yang sudah bekerja di maskapai berjumlah 38 orang. Jumlah tersebut termasuk pilot militer sebanyak lima orang.

Dea mengakui, menjadi pilot memang tidak mudah bagi perempuan. Saat seleksi pilot, sangat sedikit perempuan yang diterima. Di angkatannya saja hanya ada dua, termasuk dirinya. ’’Biasanya perempuan gagal waktu tes bakat,’’ tuturnya. Saat tes bakat, calon pilot dihadapkan pada sebuah simulator dan kemampuan motoriknya benar-benar diuji. Saat itulah banyak yang bertumbangan. Sebab, saat terbang, pilot harus bisa melakukan banyak pekerjaan sekaligus.

Yang jelas, untuk melakoni profesi-profesi spesifik seperti pilot, seorang perempuan harus berani dan mandiri. Apabila takut ketinggian, misalnya, lebih baik perempuan tidak mendaftarkan diri untuk seleksi pilot. Dea pernah menjumpai satu kasus calon pilot perempuan yang takut ketinggian. Alhasil, saat tes terbang, dia selalu gagal.

Kedisiplinan juga penting bagi pilot. Makan dan tidur harus tepat waktu karena jadwal terbang tidak bisa disamakan dengan jam kantor pada umumnya. Tidak jarang selepas subuh, dia dijemput karena sudah waktunya terbang. Kadang dia juga harus membawa pesawat di penerbangan terakhir menjelang tengah malam.

Dea juga mengagumi Kartini, khususnya dalam hal kemandirian. Sejak kecil, Dea terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri meski ada teman-temannya yang menawarkan bantuan. ’’Karena ngerjain kerjaan cowok, semua harus bisa diatasi sendiri,’’ katanya.

Pada dasarnya perempuan itu sama dengan laki-laki sesuai porsi masing-masing. Karena itu, lanjut Dea, ketika perempuan bisa melakoni pekerjaan yang mainstream laki-laki, dia bisa dikategorikan perempuan hebat. ’’Kadang ada teman yang bilang, kalau cewek jadi pilot, terus yang cowok jadi apa,’’ tambahnya. (byu/c7/ai)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/