Pergaulan bebas di kalangan remaja berisiko terhadapĀ penularan HIV/AIDS, penyakit menular seksual dan kanker rahim.
Bahkan data menyebutkan, jika dari seluruh penderita HIV 57 persen diantaranya adalah remaja dan dari angka tersebut 25 persen diantaranya adalah pelajar. Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Kesuma Ramadhan dengan praktisi kesehatan, dr Delyuzar SpPA.
Bagaimana Anda menilai fenomena seks bebas di kalangan remaja?
Seks bebas di kalangan remaja khususnya di Kota Medan, tidak bisa dipungkiri memang cukup tinggi. Tentu saja ini berakibat terhadap beberapa penyakit menular seperti HIV/AIDS, IMS, dan kanker rahim. Bahkan, penularan HIV sudah tidak lagi dikelompokkan berdasarkan risiko tinggi saja seperti pekerja seks maupun pelanggan seks, namun sudah masuk komunitas umum. Komunitas umum bisa seperti ibu rumah tangga, pelajar dan tentunya masyarakat. Sehingga perlu penanganan dan penangkalan dari lingkungan masyarakat seperti sekolah dan sebagainya
Bagaimana langkah nyata dalam meminimalisasi penularan penyakit menular seperti HIV/AIDS?
Untuk meminimalisasi, langkah awal adalah mengurangi Dimmannya (keinginan memakai atau menggunakan), seperti narkoba jarum suntik ataupun keinginan melakukan seks bebas. Salah satunya dilakukan oleh pihak kepolisian dengan langkah preventif lewat tindakan. Selain itu bentuk sosialasi ke masyarakat dan sekolah juga sangat berperan dalam meminimalisasi penyebaran sekaligus memberikan pemahaman menganai dampak dan akibat yang dihasilkan dari perbuatan seks bebas.
Siapa saja yang paling berperan dalam memberikan. pemahaman terutama bagi pelajar?
Dalam hal ini tentunya yang paling berperan adalah orangtua, keluarga, guru, dan tokoh-tokoh agama. Selain itu pemerintah daerah juga harus bisa mengatur daerah strategis seperti tempat lokalisasi sebagai transaksi seksual untuk tidak berada di lokasi keramaian dan mudah dilalui. (*)